Walaupun Alvin memiliki energi Mana yang jauh lebih rendah di bandingkan Brondy, namun ia sama sekali tidak pernah merasakan takut pada orang yang selalu merundung dan membuat teman-teman di Akademi Hunter mengucilkannya.
Alvin langsung berdiri dan menghadapi Brondy dengan berani.
"Hei... Hei... Sudahlah. Kita bahkan belum masuk ke Dungeon dan kalian sudah ingin membuang-buang energi Mana di sini?" Shiva berusaha menengahi mereka, untuk mencegah terjadinya keributan lebih jauh.
"Apa yang sedang kalian lakukan?! Cepat kenakan perlengkapan raid dan berkumpul di depan gerbang." Ucap seorang hunter dengan suara nyaring dan berhasil membuat Brondy langsung kehilangan nyalinya.
Hunter yang baru saja menegur mereka adalah Nathan Logan, hunter Asosiasi berperingkat C yang akan memimpin tim dalam melakukan raid hari ini.
Mendengar apa yang baru saja Nathan katakan, semua hunter mulai bersiap dan mengenakan perlengkapan raid yang mereka miliki.
Setelah melihat semua kru nya dalam keadaan siap tempur, Nathan berjalan lebih dulu menghampiri gerbang.
Nathan menatap gerbang sihir besar berbentuk oval dengan perasaan sedikit tidak nyaman. Ada hal aneh yang ia rasa salah pada energi sihir yang terpancar dari gerbang.
Sedikit ragu dengan keadaan tersebut, Nathan menoleh pada salah satu rekannya, yang juga bekerja di bawah naungan Asosiasi Hunter.
"Apakah ini benar-benar gerbang Dungeon peringkat D?" tanya Nathan pada pria berambut punk itu.
"Tentu. Tim pendeteksi sudah memeriksanya berulang kali, tuan Logan." Sahutnya.
Nathan mengernyitkan kedua alisnya lalu bertolak pinggang sembari menatap gerbang berwarna biru malam-metalik itu agak lama dalam diam.
'Aneh, kenapa energi sihirnya sangat besar? Bukankah ini terasa seperti gerbang peringkat A?'
"Kapten, tim sudah terlambat selama satu setengah jam dari jadwal yang seharusnya," Brondy mengingatkan saat melihat Nathan sepertinya tampak ragu.
Mendengar itu, Nathan menghela nafas panjang untuk menyingkirkan prasangka buruknya.
'Mungkin aku terlalu lelah karena hampir tidak beristirahat dalam tiga hari belakangan.'
Nathan akhirnya berbalik dan berbicara dengan suara lantang pada tim yang akan di pimpinnya.
"Kita masuk sekarang!"
......................
Dungeon itu lumayan gelap. Bintang-bintang di langit malam yang terhalang sihir pembatas area Dungeon, terlihat buram hingga tidak menampakkan jelas kilauannya.
Beberapa hunter langsung menyalakan lampu portable berbahan pecahan kristal sihir yang mereka bawa untuk menerangi lingkungan gelap tempat mereka berada. Namun, lampu portable yang memang tidak memiliki cahaya terlalu terang itu tetap tidak bisa membuat keadaan sekitar menjadi terang benderang seperti yang mereka inginkan.
Tim raid akhirnya diam di tempat itu selama beberapa menit sambil membiasakan mata mereka pada gelapnya lingkungan Dungeon.
Sementara itu, Nathan mengeluarkan alat pendeteksi energi Mana untuk mengecek lokasi-lokasi monster berada.
Sampai 15 menit kemudian, tim raid akhirnya bergerak menuju lokasi pertama yang merupakan lokasi dengan energi Mana terkecil dibandingkan lokasi lainnya.
Nathan memilih tempat itu karena ia tahu, di lokasi tersebut memiliki jumlah monster yang lebih sedikit.
"Tuan Logan sepertinya bukan seorang yang pemberani," bisik Brondy pada rekan yang berjalan di sebelahnya, "Jika itu saudari ku, dia akan memimpin kita langsung ke lokasi yang memiliki jumlah energi Mana terbesar," tambahnya.
"Lihat dia. Selalu berbicara buruk tentang orang lain. Padahal, mereka jauh lebih buruk." Ucap Shiva, yang berjalan bersebelahan dengan Alvin.
Alvin menoleh pada gadis itu dan menatapnya dengan tatapan malas. Walaupun ia setuju dengan apa yang baru saja Shiva katakan, namun mereka saat ini sedang berada di dalam Dungeon. Mencari ribut di tempat seperti ini dengan sesama hunter adalah pilihan yang sangat buruk.
Namun, Brondy yang berjalan hanya beberapa meter di depan mereka dapat mendengar ucapan Shiva tadi.
Brondy menghentikan langkah kakinya dan berbalik.
"Kau mau mati?!" gertak Brondy dengan geram.
Tapi, dia tidak menatap ke arah Shiva, melainkan pada Alvin.
"Tsk... Kau hanya berani pada ku?" sahut Alvin yang kemudian tersenyum sinis.
Mendapatkan ejekan itu, Brondy melangkah maju untuk meraih leher Alvin dengan tangannya, namun Shiva langsung mencegah dengan berdiri di depan Alvin.
"Apa yang ingin kau lakukan? Kita sedang berada di Dungeon. Kenapa kau tidak mencari masalah dengan monster saja? Apa kau tidak berani?" Ejek Shiva. Bukan hanya dengan ucapannya, namun juga dibarengi dengan tatapan yang sangat merendahkan Brondy.
"Bisakah kalian diam?! Kita sudah berada dekat dengan lokasi monster." Bentak Gary Logan, seorang hunter senior berperingkat D.
Dia juga hunter yang bekerja di bawah naungan Asoiasi Hunter, sama seperti Brondy dan Nathan, kakaknya.
Mendapat gertakan itu, nyali Brondy menciut seketika. Walaupun sebenarnya memiliki peringkat yang sama dengan Gary, namun ia kalah jauh pengalaman dalam hal bertarung.
Suasana pun kembali hening.
......................
Beberapa puluh menit kemudian, tim raid akhirnya memasuki kawasan monster berada.
Nathan dan Gary melakukan penyelidikan terlebih dahulu untuk melihat jenis monster yang akan mereka hadapi.
Dari balik batu karang yang cukup untuk mereka bersembunyi, Nathan dan Gary melihat ada 6 golem yang sedang duduk bersama, dengan membentuk sebuah lingkaran.
"Golem." Nathan bergumam.
"Akan lebih menguras energi Mana kita, tapi lebih baik dari pada laba-laba atau monster jenis serangga lainnya." Ucap Gary.
"Maksud ku, apa kau bisa merasakan energi Mana mereka?"
Gary menggeleng. Dia masih peringkat D. Tentu saja tidak bisa merasakan energi Mana sedetail peringkat A dan S.
"Apa kau bisa merasakan detail energi Mana mereka?" tanya Gary dengan alis mengernyit. Ia juga tahu kalau saudaranya pasti tidak bisa.
Seperti yang Gary duga, Nathan menggelengkan kepalanya.
"Tapi, dari alat pendeteksi yang ku lihat, aku menduga akan ada sedikitnya tiga puluhan monster di sini." Nathan memberitahu apa yang membuatnya merasa janggal dengan keadaan di Dungeon ini.
Gary terdiam, sembari memikirkan arti dari perkataan Nathan.
Tidak seperti monster jenis lain, golem bisa menjadi penghuni Dungeon dari peringkat E, yang terendah, sampai peringkat A yang tertinggi.
Jika petugas dari Asosiasi tidak memeriksa sihir gerbang dengan benar, bisa saja hunter yang melakukan raid akan salah mengira peringkat monster, jika mereka bertemu golem.
"Apakah mereka golem yang berperingkat tinggi? Apa mereka memeriksa energi sihir gerbang dengan benar?"
Nathan mengangguk. "Mereka mengatakan bahwa Dungeon ini benar peringkat D."
Gary mengerutkan keningnya. "Apakah sebagian golem nya sedang bersembunyi?"
Nathan hampir tertawa mendengar pertanyaan itu.
"Golem tidak suka bersembunyi seperti goblin."
"Tsk... Aku juga tahu. Aku hanya bercanda," sahut Gary. "Jadi, apa yang akan kita lakukan? Kita melanjutkan penyerangan atau kembali saja?" tanya Gary lagi.
Nathan tidak langsung menjawabnya. Dia mengingat kembali ucapan rekan mereka di depan gerbang tadi.
"Harus nya aku tadi tidak memercayai orang itu dan meminta mereka untuk memanggil petugas pemeriksa dan memeriksa ulang energi sihir gerbang." Pikir Nathan, menyesali kecerobohannya.
Ia tahu, petugas pemeriksa sihir gerbang mungkin malas memeriksa dengan benar karena bonus mereka selalu di korupsi pejabat Asosiasi.
"Nathan?"
Mendengar suara Gary, Nathan tersadar dari lamunannya.
"Kita kembali dulu. Aku akan mendiskusikannya dengan yang lain." Ajak Nathan.
Namun, saat mereka baru keluar dari tempat persembunyian dan bermaksud untuk pergi kembali pada rombongan, mereka mendengar suara teriakan dari arah tempat rombongan harusnya berada.
"Kenapa mereka ribut sekali?" bisik Gary, merasa curiga.
Nathan dan Gary akhirnya berlari secepat yang mereka bisa untuk kembali pada rombongan.
Saat mereka masih separuh jalan, kedua hunter itu bertemu dengan seorang hunter yang berlari dengan panik tepat ke arah mereka.
"Tuan Logan, tim kita di sergap monster!" Seru Nolan, hunter yang baru saja tiba setelah mati-matian berusaha meloloskan diri untuk mencari kapten tim.
Armor yang ia kenakan pecah di sana-sini. Nathan juga dapat melihat banyak darah di sekitar mulut dan hidungnya.
"Sial! Mereka benar-benar golem peringkat tinggi!" Nathan mengumpat marah.
Tak lama kemudian, Alvin dan Shiva juga tiba di tempat mereka.
"Kau Healer, kan?" tanya Nathan pada Alvin.
"Ya, tuan." Sahut Alvin.
"Tolong bantu dia." Pinta Nathan, "Aku dan Gary akan pergi ke tempat rombongan."
Sebelum mereka pergi, Nathan meminta Alvin dan Shiva untuk bersembunyi di gundukan batu yang berada tak jauh dari situ.
Namun, saat mereka masih dalam perjalanan menuju persembunyian, 6 monster yang tadi di pantau Nathan dan Gary, muncul dari belakang mereka.
......................
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 231 Episodes
Comments
Sampah Satu
mantaaaap
2024-08-29
3
ⁱ'ᵐ ᵗʰᵉ ⁿⁱᵍʰᵗ ᵈᵉᵛⁱˡ
semangat Thor 💪🙏
2024-08-06
1
Donat
kangen lama ga baca
2024-06-02
6