NovelToon NovelToon

Hunter System

Bab 1 - Alvin Rufino

[“Tuan, salah satu quest harian Anda belum selesai. Waktu penyelesaian hanya tersisa tiga jam dari sekarang,”]

Terdengar sebuah suara pria mekanik di dalam kepala ku.

Suara dari sebuah Sistem Hunter yang telah menyatu dengan ku, setelah aku hampir saja tewas dalam kegagalan raid di dalam sebuah Dungeon.

...****************...

“Hei Alvin! Alvin...!”

Dalam tidurnya, sayup-sayup Alvin dapat mendengar suara seorang wanita yang sudah sangat akrab di telinganya.

Tak lama kemudian, akibat goncangan keras yang ia rasakan, Alvin akhirnya membuka kedua mata dan langsung terduduk di atas ranjangnya.

“Gempa Bumi?!”

Alvin hendak turun dari tempat tidur, namun membatalkan niatnya saat melihat Vina, kakaknya, duduk di tepi ranjang sambil tertawa cekikikan.

Ia akhirnya menyadari bahwa getaran yang terasa seperti sebuah gempa tadi pasti ulah Vina yang berusaha membangunkan dirinya dengan mengguncang-guncankan tubuhnya.

"Oh, wajah mu sangat lucu," ejek Vina, yang kemudian tertawa lagi.

Alvin menatap Vina dengan marah, seraya memegangi kedua pipinya yang terasa panas dan sakit.

“Bisakah kau membangunkan ku dengan sedikit lembut?!” Umpat Alvin.

“Tsk... Alarm mu sudah berbunyi sejak tadi dan aku melihat notifikasi ‘janji penting’ di layar ponsel mu. Harusnya kau berterima kasih pada ku!" Sahut Vina dengan suara lebih keras, sembari berdiri dan pergi menuju pintu kamar.

“Setidaknya, bisakah kau tidak memukuli wajah ku juga?” protes Alvin lagi, dengan perasaan mendongkol.

Dari rasa sakit yang tersisa di kedua pipinya, ia tahu, Vina pasti memukulnya juga.

“Bukankah kau seorang hunter? Ku dengar hunter tidak akan terpengaruh oleh pukulan manusia normal walau pukulan itu dilakukan dengan sekuat tenaga." Sahut Vina tanpa berpaling dan terus berjalan menuju pintu.

Alvin menatap punggung Vina, masih dengan perasaan kesal. Namun, ia tidak menanggapi ucapan kakaknya lagi.

'Yah, lagian dia tidak tahu kalau adiknya adalah hunter payah yang selalu di ejek hunter lain.'

Saat ia sudah berada di ambang pintu, Vina berhenti dan berbalik.

“Besok peringatan hari kematian ibu. Ayah mungkin akan pulang. Ku harap kau juga tidak pulang terlambat," ucap Vina, mengingatkan.

Alvin tidak menanggapinya lagi, namun ada sedikit perubahan pada ekspresi wajahnya yang tadinya terlihat marah, menjadi lebih tenang.

Tidak mendapatkan tanggapan lagi, Vina kembali berbicara pada adiknya itu, "Kau ingin melakukan raid lagi, kan?"

"Ya."

Vina menghela nafas panjang, khawatir dengan keselamatan saudara satu-satunya itu. "Hati-hati, ok?"

Alvin hanya menanggapi dengan tersenyum tipis. Ia tahu, Vina khawatir padanya yang selalu pulang dalam keadaan terluka lumayan parah setelah melakukan raid.

......................

Alvin Rufino yang kini telah berusia 25 tahun, lahir tepat 3 hari setelah kemunculan gerbang Dungeon pertama di dunia.

Saat itu, gerbang Dungeon yang membawa petaka bagi umat manusia di seluruh dunia, telah membuat umat manusia kehilangan hampir setengah dari populasinya.

Untungnya, selain kehadiran gerbang yang membawa para monster menginvasi umat manusia, di barengi juga dengan adanya kebangkitan manusia sebagai seorang manusia super, yang nantinya akan dikenal dengan nama hunter.

Jika tidak, mungkin populasi manusia saat ini telah musnah seluruhnya.

Namun, mendapatkan kebangkitan untuk menjadi seorang hunter, tidak otomatis menjadikan orang itu istimewa.

Tidak semua orang yang telah di bangkitkan akan mendapat kekuatan yang sangat luar biasa.

Di antara mereka, ada hunter yang mendapatkan kekuatan sangat biasa, bahkan ada yang mendapatkan kekuatan yang sangat lemah, hingga hampir tidak ada bedanya dengan manusia normal pada umumnya.

Sialnya, Alvin berada di antara barisan hunter sangat lemah tersebut.

Akibat terlalu lemah, Alvin bahkan sudah mengalami kesulitan saat masih berada di Akademi Hunter, saat ia mengikuti pelatihan untuk menjadi hunter profesional.

Malah, ia hampir saja tidak lulus seandainya seseorang tidak memberinya rekomendasi.

Setelah ia menjadi hunter profesional pun, Alvin sering diintimidasi dan di hina oleh rekan-rekannya karena kelas hunter yang ia miliki bisa di katakan hampir tidak berguna.

Seorang Healer dengan peringkat F. Peringkat terendah dalam sistem peringkat para hunter.

“Jika kau mengalami kebangkitan awal di peringkat F, setidaknya jadilah hunter tipe apa pun selain Healer. Kemampuan mu hampir tidak berguna!!!"

Itulah kata-kata yang selalu di ucapkan salah seorang hunter dari Asosiasi, Brondy Lewis, yang selalu mengejeknya.

...****************...

Alvin tiba lebih awal di area gerbang Dungeon yang telah di jaga ketat oleh para hunter dari Asosiasi, di bandingkan 6 hunter sewaan lain yang juga akan berada dalam tim raidnya.

Saat dia baru memasuki kawasan yang telah di jaga ketat tersebut, ia langsung mendapatkan tatapan tidak senang dari dua hunter Asosiasi yang sedang duduk mengobrol di dekat gerbang.

Alvin bahkan mendengar salah satu dari mereka langsung membicarakan dirinya dengan sangat merendahkan.

'Tsk... Brondy Lewis lagi.'

Tanpa memerdulikan hinaan dari orang yang selama 5 tahun ini selalu berusaha menghancurkan mentalnya, Alvin berjalan terus menuju meja petugas identifikasi identitas hunter untuk melakukan regristasi.

Bisa dikatakan, ia sudah kebal dengan hinaan yang selalu Brondy dan teman-temannya lakukan. Alvin tahu, Brondy akan selalu menghinanya setiap dia memiliki kesempatan.

“Astaga, kenapa mereka memanggilnya lagi? Sial, jika aku tahu dia ikut, aku akan mengambil cuti hari ini!” Umpat Brondy, sembari menatap Alvin dengan tatapan menghina.

“Hei, pelankan suara mu. Dia bisa mendengarnya.” Tegur hunter lain yang duduk di sebelah Brondy.

“Apa peduli ku? Aku hanya mengatakan sebuah kebenaran.” Sahut Brondy.

“Dia mungkin akan menyerah menjadi seorang hunter jika orang-orang selalu mengejeknya.” Pria itu menambahkan.

Mendengar ucapan hunter itu, Alvin tersenyum sinis. Ia tahu, rekan Brondy itu hanya ingin terlihat baik di mata orang lain. Padahal, di dalam hatinya, dia mungkin mengejek dengan lebih kasar lagi.

Mereka berada di Akademi Hunter yang sama selama 4 tahun. Jadi, Alvin sudah mengenal baik sifat orang-orang itu.

Alvin yang sudah biasa di ejek, bahkan tahu perbedaan sebuah ejekan atau rasa simpati yang ditujukan padanya. Dan sepengetahuannya, hanya ada 1 orang di Akademi yang benar-benar peduli pada dirinya dengan tulus.

“Justru aku mengatakannya agar dia mendengar dan merasa malu! Akan lebih baik jika orang sepertinya melupakan impian untuk menjadi seorang hunter. Kemampuannya benar-benar tidak berguna!" Ucap Brondy, yang mulai berbicara dengan nada suara lebih tinggi.

“Hei, sudahlah...”

“Aku juga heran, kenapa kapten tim memintanya untuk dimasukkan dalam tim raid kita.”

Bukan hanya Alvin, semua petugas dari Asosiasi Hunter kini dapat mendengar apa yang dibicarakan kedua hunter tersebut.

“Jangan patah semangat hanya karena omongan seperti itu, ok? Berjuanglah untuk menaikkan peringkat mu. Suatu saat nanti, kau akan membungkam mulut orang-orang yang merendahkan mu itu.” Ucap wanita muda, petugas identifikasi identitas hunter, seraya mengembalikan kartu pengenal Alvin padanya.

Alvin menerima kembali kartunya dan tersenyum tipis pada wanita itu tanpa menanggapi kata-kata penyemangat yang diberikan olehnya.

‘Tsk..., mata mu mengatakan hal yang berbeda.’

Alvin langsung pergi menjauh setelahnya. Ia tahu, wanita itu hanya mengatakan hal baik seperti itu di depannya saja. Justru orang sepertinyalah yang biasanya membicarakan hunter-hunter lemah seperti Alvin di belakang dengan lebih menyakitkan.

......................

Enam hunter sewaan lain, yang semuanya berperingkat D, akhirnya tiba 1 jam setelah kedatangan Alvin.

Di antara mereka, ada seorang gadis berparas manis yang langsung berlari menghampiri Alvin dan mengagetkannya saat Alvin sedang asik mendengarkan lagu lawas melalui earphonenya.

“Alvin!” Seru gadis itu seraya menepuk keras pundak Alvin.

Dibuat terkejut seperti itu, tentu saja membuat Alvin mendongkol. Ia menatap wajah Shiva Kania, satu-satunya teman masa kecil bahkan bisa dikatakan satu-satunya teman yang ia miliki, dengan marah.

“Bisakah kau menyapa tanpa mengagetkan orang?"

“Oh, maaf sudah mengagetkan mu.”

Shiva kemudian tertawa cekikikan sembari menutup mulut dengan satu tangannya.

Pada saat itu, Borndy datang mendekat.

“Kau temannya, kan? Ku harap kau bisa menjaga pecundang ini dengan baik dan tidak merepotkan kami.” Ucap Brondy pada Shiva, sengaja ingin mencari perhatian dari gadis itu.

Alvin yang masih duduk beralaskan tanah, mendongak menatap Brondy, hanya untuk memberikan tatapan menghina pada pria tersebut. Ia tahu, Brondy selalu berusaha untuk mendekati Shiva, namun Shiva juga selalu mengabaikannya.

"Kau berani menatap ku seperti itu?!" Umpat Brondy, tidak senang dengan tatapan mengejek Alvin, padanya.

Karena nyaringnya suara Brondy saat ia membentak Alvin, semua orang yang berada di situ dapat mendengar, lalu mereka pun menoleh ke arah datangnya suara dengan hampir bersamaan.

Suasana pun menjadi tegang seketika.

......................

Bab 2 - Di Dalam Dungeon

Walaupun Alvin memiliki energi Mana yang jauh lebih rendah di bandingkan Brondy, namun ia sama sekali tidak pernah merasakan takut pada orang yang selalu merundung dan membuat teman-teman di Akademi Hunter mengucilkannya.

Alvin langsung berdiri dan menghadapi Brondy dengan berani.

"Hei... Hei... Sudahlah. Kita bahkan belum masuk ke Dungeon dan kalian sudah ingin membuang-buang energi Mana di sini?" Shiva berusaha menengahi mereka, untuk mencegah terjadinya keributan lebih jauh.

"Apa yang sedang kalian lakukan?! Cepat kenakan perlengkapan raid dan berkumpul di depan gerbang." Ucap seorang hunter dengan suara nyaring dan berhasil membuat Brondy langsung kehilangan nyalinya.

Hunter yang baru saja menegur mereka adalah Nathan Logan, hunter Asosiasi berperingkat C yang akan memimpin tim dalam melakukan raid hari ini.

Mendengar apa yang baru saja Nathan katakan, semua hunter mulai bersiap dan mengenakan perlengkapan raid yang mereka miliki.

Setelah melihat semua kru nya dalam keadaan siap tempur, Nathan berjalan lebih dulu menghampiri gerbang.

Nathan menatap gerbang sihir besar berbentuk oval dengan perasaan sedikit tidak nyaman. Ada hal aneh yang ia rasa salah pada energi sihir yang terpancar dari gerbang.

Sedikit ragu dengan keadaan tersebut, Nathan menoleh pada salah satu rekannya, yang juga bekerja di bawah naungan Asosiasi Hunter.

"Apakah ini benar-benar gerbang Dungeon peringkat D?" tanya Nathan pada pria berambut punk itu.

"Tentu. Tim pendeteksi sudah memeriksanya berulang kali, tuan Logan." Sahutnya.

Nathan mengernyitkan kedua alisnya lalu bertolak pinggang sembari menatap gerbang berwarna biru malam-metalik itu agak lama dalam diam.

'Aneh, kenapa energi sihirnya sangat besar? Bukankah ini terasa seperti gerbang peringkat A?'

"Kapten, tim sudah terlambat selama satu setengah jam dari jadwal yang seharusnya," Brondy mengingatkan saat melihat Nathan sepertinya tampak ragu.

Mendengar itu, Nathan menghela nafas panjang untuk menyingkirkan prasangka buruknya.

'Mungkin aku terlalu lelah karena hampir tidak beristirahat dalam tiga hari belakangan.'

Nathan akhirnya berbalik dan berbicara dengan suara lantang pada tim yang akan di pimpinnya.

"Kita masuk sekarang!"

......................

Dungeon itu lumayan gelap. Bintang-bintang di langit malam yang terhalang sihir pembatas area Dungeon, terlihat buram hingga tidak menampakkan jelas kilauannya.

Beberapa hunter langsung menyalakan lampu portable berbahan pecahan kristal sihir yang mereka bawa untuk menerangi lingkungan gelap tempat mereka berada. Namun, lampu portable yang memang tidak memiliki cahaya terlalu terang itu tetap tidak bisa membuat keadaan sekitar menjadi terang benderang seperti yang mereka inginkan.

Tim raid akhirnya diam di tempat itu selama beberapa menit sambil membiasakan mata mereka pada gelapnya lingkungan Dungeon.

Sementara itu, Nathan mengeluarkan alat pendeteksi energi Mana untuk mengecek lokasi-lokasi monster berada.

Sampai 15 menit kemudian, tim raid akhirnya bergerak menuju lokasi pertama yang merupakan lokasi dengan energi Mana terkecil dibandingkan lokasi lainnya.

Nathan memilih tempat itu karena ia tahu, di lokasi tersebut memiliki jumlah monster yang lebih sedikit.

"Tuan Logan sepertinya bukan seorang yang pemberani," bisik Brondy pada rekan yang berjalan di sebelahnya, "Jika itu saudari ku, dia akan memimpin kita langsung ke lokasi yang memiliki jumlah energi Mana terbesar," tambahnya.

"Lihat dia. Selalu berbicara buruk tentang orang lain. Padahal, mereka jauh lebih buruk." Ucap Shiva, yang berjalan bersebelahan dengan Alvin.

Alvin menoleh pada gadis itu dan menatapnya dengan tatapan malas. Walaupun ia setuju dengan apa yang baru saja Shiva katakan, namun mereka saat ini sedang berada di dalam Dungeon. Mencari ribut di tempat seperti ini dengan sesama hunter adalah pilihan yang sangat buruk.

Namun, Brondy yang berjalan hanya beberapa meter di depan mereka dapat mendengar ucapan Shiva tadi.

Brondy menghentikan langkah kakinya dan berbalik.

"Kau mau mati?!" gertak Brondy dengan geram.

Tapi, dia tidak menatap ke arah Shiva, melainkan pada Alvin.

"Tsk... Kau hanya berani pada ku?" sahut Alvin yang kemudian tersenyum sinis.

Mendapatkan ejekan itu, Brondy melangkah maju untuk meraih leher Alvin dengan tangannya, namun Shiva langsung mencegah dengan berdiri di depan Alvin.

"Apa yang ingin kau lakukan? Kita sedang berada di Dungeon. Kenapa kau tidak mencari masalah dengan monster saja? Apa kau tidak berani?" Ejek Shiva. Bukan hanya dengan ucapannya, namun juga dibarengi dengan tatapan yang sangat merendahkan Brondy.

"Bisakah kalian diam?! Kita sudah berada dekat dengan lokasi monster." Bentak Gary Logan, seorang hunter senior berperingkat D.

Dia juga hunter yang bekerja di bawah naungan Asoiasi Hunter, sama seperti Brondy dan Nathan, kakaknya.

Mendapat gertakan itu, nyali Brondy menciut seketika. Walaupun sebenarnya memiliki peringkat yang sama dengan Gary, namun ia kalah jauh pengalaman dalam hal bertarung.

Suasana pun kembali hening.

......................

Beberapa puluh menit kemudian, tim raid akhirnya memasuki kawasan monster berada.

Nathan dan Gary melakukan penyelidikan terlebih dahulu untuk melihat jenis monster yang akan mereka hadapi.

Dari balik batu karang yang cukup untuk mereka bersembunyi, Nathan dan Gary melihat ada 6 golem yang sedang duduk bersama, dengan membentuk sebuah lingkaran.

"Golem." Nathan bergumam.

"Akan lebih menguras energi Mana kita, tapi lebih baik dari pada laba-laba atau monster jenis serangga lainnya." Ucap Gary.

"Maksud ku, apa kau bisa merasakan energi Mana mereka?"

Gary menggeleng. Dia masih peringkat D. Tentu saja tidak bisa merasakan energi Mana sedetail peringkat A dan S.

"Apa kau bisa merasakan detail energi Mana mereka?" tanya Gary dengan alis mengernyit. Ia juga tahu kalau saudaranya pasti tidak bisa.

Seperti yang Gary duga, Nathan menggelengkan kepalanya.

"Tapi, dari alat pendeteksi yang ku lihat, aku menduga akan ada sedikitnya tiga puluhan monster di sini." Nathan memberitahu apa yang membuatnya merasa janggal dengan keadaan di Dungeon ini.

Gary terdiam, sembari memikirkan arti dari perkataan Nathan.

Tidak seperti monster jenis lain, golem bisa menjadi penghuni Dungeon dari peringkat E, yang terendah, sampai peringkat A yang tertinggi.

Jika petugas dari Asosiasi tidak memeriksa sihir gerbang dengan benar, bisa saja hunter yang melakukan raid akan salah mengira peringkat monster, jika mereka bertemu golem.

"Apakah mereka golem yang berperingkat tinggi? Apa mereka memeriksa energi sihir gerbang dengan benar?"

Nathan mengangguk. "Mereka mengatakan bahwa Dungeon ini benar peringkat D."

Gary mengerutkan keningnya. "Apakah sebagian golem nya sedang bersembunyi?"

Nathan hampir tertawa mendengar pertanyaan itu.

"Golem tidak suka bersembunyi seperti goblin."

"Tsk... Aku juga tahu. Aku hanya bercanda," sahut Gary. "Jadi, apa yang akan kita lakukan? Kita melanjutkan penyerangan atau kembali saja?" tanya Gary lagi.

Nathan tidak langsung menjawabnya. Dia mengingat kembali ucapan rekan mereka di depan gerbang tadi.

"Harus nya aku tadi tidak memercayai orang itu dan meminta mereka untuk memanggil petugas pemeriksa dan memeriksa ulang energi sihir gerbang." Pikir Nathan, menyesali kecerobohannya.

Ia tahu, petugas pemeriksa sihir gerbang mungkin malas memeriksa dengan benar karena bonus mereka selalu di korupsi pejabat Asosiasi.

"Nathan?"

Mendengar suara Gary, Nathan tersadar dari lamunannya.

"Kita kembali dulu. Aku akan mendiskusikannya dengan yang lain." Ajak Nathan.

Namun, saat mereka baru keluar dari tempat persembunyian dan bermaksud untuk pergi kembali pada rombongan, mereka mendengar suara teriakan dari arah tempat rombongan harusnya berada.

"Kenapa mereka ribut sekali?" bisik Gary, merasa curiga.

Nathan dan Gary akhirnya berlari secepat yang mereka bisa untuk kembali pada rombongan.

Saat mereka masih separuh jalan, kedua hunter itu bertemu dengan seorang hunter yang berlari dengan panik tepat ke arah mereka.

"Tuan Logan, tim kita di sergap monster!" Seru Nolan, hunter yang baru saja tiba setelah mati-matian berusaha meloloskan diri untuk mencari kapten tim.

Armor yang ia kenakan pecah di sana-sini. Nathan juga dapat melihat banyak darah di sekitar mulut dan hidungnya.

"Sial! Mereka benar-benar golem peringkat tinggi!" Nathan mengumpat marah.

Tak lama kemudian, Alvin dan Shiva juga tiba di tempat mereka.

"Kau Healer, kan?" tanya Nathan pada Alvin.

"Ya, tuan." Sahut Alvin.

"Tolong bantu dia." Pinta Nathan, "Aku dan Gary akan pergi ke tempat rombongan."

Sebelum mereka pergi, Nathan meminta Alvin dan Shiva untuk bersembunyi di gundukan batu yang berada tak jauh dari situ.

Namun, saat mereka masih dalam perjalanan menuju persembunyian, 6 monster yang tadi di pantau Nathan dan Gary, muncul dari belakang mereka.

......................

Bab 3 - Sekarat Dan Ditinggalkan

"Cepat lari!" teriak Nathan pada ketiga hunter itu, sementara ia dan Gary langsung menghadang 6 golem yang hendak mengincar Alvin dan rombongannya.

Setelah berhasil meloloskan diri dengan bantuan Nathan dan Gary, Alvin dan Shiva akhirnya membawa Nolan pergi dan bersembunyi di balik gundukan batu yang cukup untuk menyembunyikan tubuh mereka bertiga.

Setelah merasa cukup aman, Alvin menggunakan sihir penyembuhnya untuk mengobati Nolan yang terluka parah. Namun, saat baru setengah jalan dalam proses pemulihan, Nolan menghentikan usaha Alvin.

"Sudahlah, healing skill mu tidak berguna." Ucap Nolan seraya menepis kasar lengan Alvin.

Nolan kemudian merogoh tas pinggangnya untuk mengambil sebuah botol kecil transparan dari sana, ia membuka tutup botol tersebut dan meminum cairan hitam di dalamnya.

"Health potion akan bekerja lebih baik dari pada sihir mu," ucap Nolan setelah ia menelan habis health potion dari dalam botol dan menatap Alvin seraya tersenyum sinis padanya.

"Kau..."

"Sudahlah," ucap Alvin, langsung menahan Shiva saat gadis itu terlihat hendak mendamprat Nolan, hunter Asosiasi yang tadi berbicara dengan Brondy di depan gerbang Dungeon.

Tak lama kemudian, seseorang tiba-tiba datang dan langsung bersembunyi di tempat persembunyian ketiga hunter tersebut.

Brondy, yang baru saja datang, langsung mengeluarkan dua botol kecil health dan mana potion dari dalam tas pinggangnya lalu mengosumsi isinya secara bersamaan untuk menyembuhkan luka dalam dan memulihkan energi Mana nya.

Setelah membuang kedua botol kosong dari tangannya, barulah Brondy menoleh pada Alvin dan Shiva dan menyadari bahwa orang yang dibencinya ada di antara mereka.

Sebenarnya bukan hanya Brondy yang tidak senang dengan adanya Alvin disitu. Alvin juga menatap Brondy dengan tatapan tidak senang yang sama.

"Kenapa kau menatap ku seperti itu? Kau mau mati, hah?!" bentak Brondy.

"Tsk..., dari pada menggertak ku, kenapa kau tidak menggertak golem-golem itu saja?"

Bukkk...!!!

Brondy langsung menerjang dan memukul wajah Alvin, merasa tersinggung dengan perkataannya.

Sebagai seorang Healer yang memiliki pertahanan terlemah diantara hunter tipe lain, serangan Brondy, hunter bertipe Warrior, cukup untuk membuat Alvin terpental hanya dengan satu pukulan saja.

"Brengsek! Berani-beraninya hunter lemah sspertimu mengejekku!" umpat Brondy.

Alvin hendak langsung berdiri, namun ia segera membatalkan niatnya saat melihat makhluk bertubuh batu dengan tinggi lebih dari 3 meter mengintip keberadaan mereka dari balik gundukan batu yang menjadi tempat Nolan menyandarkan tubuhnya.

Dengan mata melebar, Alvin menatap tiga hunter lain yang masih belum menyadari kehadiran monster tersebut.

Jika bukan karena ada Shiva di sana, Alvin pasti akan langsung berbalik dan lari menjauh tanpa memerdulikan Brondy dan Nolan.

Alvin akhirnya berdiri. Ia berlari cepat menghampiri Shiva lalu meraih lengan gadis itu dan menariknya pergi.

“Cepat lari!"

Walaupun tidak melihat apa yang baru saja Alvin lihat, namun Shiva dapat mengerti keadaan yang terjadi dan mengikuti Alvin tanpa bertanya apa pun.

Brondy yang akhirnya menyadari kehadiran monster, langsung berdiri dan meninggalkan Nolan yang masih tidak menyadari apa pun.

Naas bagi Nolan yang diabaikan. Golem akhirnya menangkap dan meremukkan tubuhnya, sebelum akhirnya membanting hunter malang itu hingga tewas seketika itu juga.

......................

Alvin dan Shiva berusaha untuk terus berlari menembus semak belukar yang berlawanan arah dari tempat kedatangan golem tanpa menoleh ke belakang lagi, setelah mereka tadi sempat melihat Nolan diremukkan golem.

Namun, saat Alvin masih berusaha menyingkirkan semak lebat yang menghadang laju mereka, ia tiba-tiba merasakan sakit di kakinya saat sebuah pisau kecil terbang dan menancap di sana.

Zlebbb...!

Pisau yang dilemparkan dengan menggunakan energi sihir itu menancap tepat di kaki kanan Alvin hingga membuat tubuhnya oleng.

Saat Alvin menoleh untuk melihat siapa yang melemparkan pisau itu padanya, sebuah tendangan bersarang di wajahnya dan membuatnya langsung terpental.

Buakkkk!!!

"Matilah kau pecundang!" seru Brondy yang kemudian menendang Alvin sekali lagi dengan lebih kuat, hingga Alvin terpental lebih jauh dan jatuh di dekat kaki golem yang tadi telah membunuh Nolan.

"Alvin!" teriak Shiva dengan histeris saat melihat golem berdiri di belakang pria itu.

Tapi, peringatan yang Shiva berikan sudah sangat terlambat.

Buakkk!!!

Golem langsung memukul Alvin hingga membuatnya terbang terpental lagi, tepat ke dekat kaki Shiva.

Pada saat yang hampir bersamaan, golem lain muncul dari arah samping mereka dan langsung berlari menghampiri Alvin dan Shiva.

Karena sudah tidak memiliki kekuatan untuk berdiri, Alvin akhirnya menyodorkan tangannya untuk meminta bantuan pada Shiva.

"Apa yang kau tunggu?! Cepat lari selagi golem masih berkonsentrasi padanya!" seru Brondy pada Shiva sebelum ia berusaha masuk menembus semak belukar yang sangat lebat di hadspannya.

Mendengar itu, juga melihat golem yang sudah semakin dekat, Shiva yang ketakutan dan tidak ingin mati akhirnya berlari mengikuti Brondy.

"Maafkan aku, Alvin!"

Golem akhirnya menyambar tubuh Alvin dan langsung mencengkeramnya kuat, meremukkan tubuh pria itu dengan telapak tangan besarnya.

Kraaakkkkkk...!

Dalam keadaannya yang sudah sekarat, Alvin dapat melihat Shiva berlari pergi menyusul Brondy, alih-alih berusaha menyelamatkannya.

"Shiv..."

Bammm...!

Golem membanting keras tubuh Alvin ke tanah berbatu di bawah kakinya.

Tidak sampai di situ, golem kemudian mengangkat kakinya untuk menginjak dan meremukkan tubuh Alvin, bermaksud untuk langsung membunuhnya.

......................

Alvin tidak mau menyerah begitu saja. Dengan sekuat tenaga ia berusaha menggulingkan tubuhnya untuk menghindari injakan kaki golem.

Namun, karena seluruh tulang di tubuhnya sudah patah dan remuk, ia pada akhirnya tidak bisa menggerakkan tubuhnya lagi dan hanya bisa memejamkan kedua mata, pasrah pada kematian yang akan segera menjemputnya.

Tapi, saat kaki raksasa itu hanya berjarak kurang lebih setengah meter lagi dari tubuhnya, gerakan golem tiba-tiba terhenti.

Alvin yang sudah menantikan kematian, membuka kedua matanya lagi secara perlahan saat merasa injakan itu tak kunjung sampai padanya.

Alvin terkejut saat melihat golem menghentikan serangannya, walaupun jarak tubuhnya dari kaki monster itu sudah tidak teralalu jauh.

["Persyaratan untuk menerima Sistem Pemburu telah terpenuhi."]

["Calon pengguna. Anda akan mati dalam waktu lima menit jika Anda hanya diam tanpa melakukan apa pun. Tapi, jika waktu berjalan lagi dan kaki monster berhasil menginjak tubuh Anda, maka Anda akan mati seketika itu juga."]

Alvin terkejut saat mendengar suara aneh yang tiba-tiba terdengar sangat dekat di telinganya. Atau, suara itu malah berasal dari dalam kepalanya.

"S-siapa?"

["Saya adalah Sistem Pemburu dan Sistem Kecerdasan yang berasal dari masa depan. Anda diberikan kesempatan untuk menerima bantuan saya atau Anda akan mati dengan dua cara seperti yang telah saya katakan tadi,"]

["Apakah Anda akan menerimanya?"]

"A-apa?"

Dalam keadaan sekarat, Alvin tidak bisa menangkap dengan jelas maksud perkataan 'suara' itu.

Ia masih merasa aneh dengan suara mekanik yang terdengar kaku seperti suara robot di film-film yang pernah ia tonton.

["Calon pengguna, waktu yang tersisa sebelum penghentian waktu dinonaktifkan hanya tersisa satu menit dan dua puluh detik lagi. Apa Anda akan menerima bantuan Sistem?"]

Alvin mengerjap-ngerjapkan kedua matanya setelah mendapatkan pertanyaan berulang yang terdengar seperti mendesaknya.

Walaupun ia masih bingung dengan apa yang suara itu maksud, namun ada satu kalimat yang bisa ia mengerti.

'Menerima bantuan, atau mati.'

"A-aku akan menerima bantuan mu."

["Pilihan yang bagus. Sistem akan mengambil alih tubuh Anda mulai sekarang."]

'Mengambil alih tubuhku?'

Tiba-tiba, Alvin merasakan ada sengatan listrik di sekujur tubuhnya yang terjadi dalam beberapa saat hingga membuatnya terbatuk seteguk darah karena getaran kuat yang dialaminya.

Secara ajaib, ia merasa tubuhnya tiba-tiba bergerak sendiri tanpa otaknya perintahkan.

Namun, gerakan yang di lakukan saat seluruh tulang di tubuhnya masih dalam keadaan patah dan remuk itu, membuatnya merasakan sakit yang amat sangat menyiksa.

Bersamaan dengan rasa sakit yang ia rasakan, Alvin juga bisa merasakan ada aliran energi Mana yang mengalir di seluruh tubuhnya yang sedang berproses memperbaiki kondisi seluruh tulang yang telah golem patah dan remukkan.

Alvin berteriak-teriak kesakitan saat Sistem memperbaiki seluruh tulang dan jaringan ototnya. Rasa sakit itu bahkan melebihi dari rasa sakit saat tubuhnya diremukkan golem tadi.

Alvin kemudian mendengar sebuah suara lain di kepalanya yang memberikan peringatan bahwa skill yang di gunakan untuk menghentikan waktu telah habis.

Di saat yang hampir bersamaan, tubuh Alvin tiba-tiba berguling ke samping, menghindari injakan kaki golem, yang tiba-tiba saja sudah bergerak kembali.

Baaammmmm...!!!

Walaupun ia berhasil menghindari serangan tersebut, tentu saja Alvin kebingungan karena tubuhnya telah bergerak sendiri.

'Apa dia benar-benar mengambil alih tubuhku?'

Melihat serangannya di hindari, golem pun murka. Monster itu akhirnya berusaha menginjak tubuh Alvin lagi, namun lagi-lagi Alvin bergulingan untuk menghindarinya.

Melihat kawannya kerepotan membunuh lawan, golem lain berdatangan dan berusaha menangkap Alvin yang bergulingan kesana kemari untuk menghindari tangkapan dan injakan mereka.

["Proses pemulihan selesai. Saatnya untuk menyerang balik."] Ucap suara di dalam kepala Alvin.

"Menyerang balik? Apa maksudmu?"

Belum habis rasa terkejut Alvin dengan suara yang kembali terdengar itu, tubuhnya tiba-tiba bangkit berdiri dan dengan cepat melompat tinggi lalu menerjang ke arah kepala golem.

Wussshhhh... Bannnggg!!!

Kepala golem yang terkena tinju Alvin, langsung hancur seketika.

Tidak sampai di situ. Tubuhnya kembali bergerak sendiri dan menyerang 5 golem lain yang berada di sekitarnya.

Bang... Bang... Bang... Bang... Bang...!!!

Hanya dalam sekejap, 6 monster menakutkan yang membuat hampir semua tim raid nya tewas, dapat Alvin kalahkan dengan sangat mudah juga sangat cepat.

Melihat hasil perbuatannya, Alvin yang merasa tidak melakukan apa-apa karena sama sekali tidak menggerakkan tubuhnya sendiri, kebingungan.

'B-bagaimana aku bisa melakukan semua ini?'

Saat ia masih kebingungan dengan apa yang telah terjadi pada dirinya, suara di dalam kepalanya kembali terdengar.

["Sekarang Sistem akan mengembalikan hak penguasaan penuh tubuh pada Anda. Sampai bertemu lagi."]

Setelah suara Sistem menghilang, Alvin merasakan tubuhnya tiba-tiba menjadi sangat lemas. Ia juga merasa pusing dan mual di saat yang bersamaan sebelum akhirnya jatuh pingsan tanpa daya.

...****************...

Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!

Download Novel PDF
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!