Alvin merasa sedikit kesal karena belum sempat menyelesaikan quest hariannya, setelah jam perjanjian untuk melakukan raid ilegal antara dirinya dan tim raid Lawrence hampir tiba.
"Padahal sedikit lagi level dua puluh satu," gumam Alvin, seraya mengelempar ponsel barunya ke atas tempat tidur.
Walaupun demikian, dia akhirnya mandi dan pergi ke lokasi gerbang Dungeon dengan sangat buru-buru.
Gerbang Dungeon yang ia tuju berada agak jauh dari pusat kota dan mengharuskannya berjalan kaki masuk ke dalam hutan melalui jalan setapak yang sangat licin, setelah sebuah perhentian bus.
Lokasi gerbang itu berada di lereng bukit yang susah di jangkau dengan kendaraan darat. Karena itulah banyak guild kecil yang tidak mau membeli hak raidnya.
Asosiasi juga terlihat mengabaikan gerbang Dungeon tersebut. Selain karena lokasinya, itu juga merupakan Dungeon peringkat rendah yang dapat di kesampingkan karena sihir penghalang gerbangnya masih akan terbuka dalam setengah bulan lagi.
......................
Berbeda dengan sebuah raid resmi, saat Alvin tiba di lokasi gerbang, ia tidak menemukan adanya hunter resmi dari Asosiasi yang menjaga lokasi tersebut.
Di sana, ia hanya bertemu dengan belasan hunter yang akan melakukan raid bersamanya nanti.
"Kau Alvin?" sapa seorang hunter saat ia melihat Alvin baru saja keluar dari dalam hutan melalui jalan setapak.
"Ya. Lawrence mengajak ku untuk bergabung," sahut Alvin dengan sopan.
Pria itu kemudian mengajak Alvin untuk berjabat tangan. Ia juga mengenalkan Alvin pada hunter lain yang menyambutnya dengan kurang memiliki minat.
"Sekarang sudah lengkap, kan?" tanya seorang pria yang tampak seumuran dengan Alvin.
"Ya," sahut pria yang tadi menyapa Alvin, "Ayo ambil perlengkapan menambangnya. Kita akan masuk sekarang," ajaknya kemudian.
Semua hunter mengambil ransel besar dan perlengkapan pemecah batu yang biasanya di gunakan untuk menambang kristal sihir. Lalu, seperti sudah terbiasa melakukan raid ilegal itu, mereka yang sudah siap dengan semua perlengkapan, langsung pergi menuju gerbang Dungeon.
Sementara itu, Alvin menghampiri pria yang menyapanya tadi, yang terlihat beberapa tahun lebih tua darinya.
"Tuan hunter,"
Pria itu menoleh pada Alvin dan tertawa.
"Kita bukan tim resmi, panggil nama ku saja. Raymond," sahut pria itu kemudian. "Atau kau bisa memanggilku Ray saja."
"Ah, y-ya..."
"Ada yang ingin kau tanyakan?"
"Aku tidak melihat Lawrence." Sahut Alvin.
"Oh, dia mengalami sedikit kecelakaan. Aku baru bertemu dengannya tadi pagi dan dia terlihat kesulitan untuk berjalan."
"Kecelakaan?"
"Katanya, mobil yang ia kendarai terguling saat menghindari orang yang sedang melaju melanggar lampu merah."
"Apa?" Alvin sedikit bingung mengetahui hal itu.
"Lucu, kan? Bagaimana seorang hunter peringkat D sepertinya bisa cidera parah hanya karena kecelakaan lalu lintas?"
Pria itu kemudian tertawa lagi.
Alvin juga menyetujuinya. Sepengetahuannya, hunter dengan peringkat seperti Lawrence tidak akan mengalami masalah apa-apa bahkan jika mengalami tabrakan sekalipun.
"Apakah dia dan mobilnya masuk ke dalam jurang?" tanya Alvin penasaran. Hal itu mungkin saja bisa membuat seorang hunter terluka parah jika jurangnya dalam. Jika tidak, luka memar akan sangat mudah di sembuhkan oleh seorang Healer atau dengan mengosumsi health potion.
Raymond kembali tertawa.
"Dia kecelakaan di tengah kota. Mana mungkin ada jurang di sana?"
Pada saat itu, seseorang memanggil mereka, karena hanya mereka berdua saja yang masih belum terlihat ingin masuk ke dalam gerbang sementara rekan lainnya sudah berada di dalam Dungeon.
"Kalian tidak masuk?"
"Oh maaf. Aku akan segera datang." Sahut Raymond. Ia kemudian menoleh kembali pada Alvin, "Kau jadi masuk, kan?"
Karena bayarannya sudah di berikan sebanyak 75%, Alvin tentu tidak mungkin menolaknya. "Tentu." Sahut Alvin, yang kemudian berjalan mengikuti Raymond menuju gerbang.
......................
Ketua tim yang sudah menunggu kedatangan mereka di dekat gerbang, di dalam Dungeon, langsung membagi tim itu menjadi 5 tim kecil. Karena semua hunter itu berjumlah 20 orang, jadi dalam satu tim ada 4 orang.
"Di dalam ransel yang kalian bawa ada persediaan ransum untuk tiga hari. Ingat tugas kita kan? Kita hanya perlu mengisi ransel kita sampai penuh dengan kristal sihir, lalu kita keluar dari Dungeon ini," ucapnya, seraya menatap Alvin yang merupakan satu-satunya orang baru di dalam tim tersebut.
"Jika ransel belum penuh dan stok makanan sudah habis, siapa pun sebaiknya keluar saja. Jangan mengambil resiko kelaparan hanya untuk memenuhi target. Mengerti?"
Semua hunter mengangguk tanpa bersuara untuk menyahutinya. Bukan karena tidak mau, mereka hanya tidak ingin suara mereka akan mengundang monster yang mungkin saja berada tak jauh dari lokasi keberadaan tim saat ini.
"Ingat, jangan pernah bersinggungan dengan para monster. Jika kebetulan bertemu mereka, sebaiknya sembunyi atau lari saja. Walaupun ini hanya Dungeon peringkat D, berhati-hati akan lebih baik," ucap kapten tim, mengingatkan.
Tim itu akhirnya menyebar, mencari lokasi keberadaan kristal sihir.
......................
Setelah berjalan sejauh 1 jam perjalanan, tim Alvin akhirnya menemukan sebuah lokasi kristal sihir.
Mereka kemudian menyelidiki keadaan sekitar untuk melihat seaman apa lokasi itu. Saat mereka tidak menemukan keberadaan monster di sana, keempat hunter itu akhirnya mulai mencangkul kristal-kristal sihir yang melekat di batu karang.
Tanpa mereka sangka, Alvin yang bertubuh kurus dapat menggali dengan sangat baik dan cepat. Bahkan, mereka dapat melihat bagaimana stamina Alvin yang bagus, membuatnya tampak seperti tidak terlalu mengeluarkan tenaga dalam bekerja.
Karena Alvin juga, kristal sihir yang berada di tempat itu habis hanya dalam waktu 1 jam saja.
"Kau luar biasa," puji salah satu hunter seraya menatap Alvin dengan tatapan takjub.
"Padahal, ku dengar-dengar kau sangat lemah untuk urusan fisik seperti ini," ucap hunter lain, juga dengan tatapan takjub. Ia tidak sedang menghina Alvin. Itu juga kata-kata pujian, walau mirip sebuah ejekan.
Dari nada bicaranya, Alvin tahu hunter itu sedang memujinya. Jadi, Alvin menggaruk-garuk belakang kepalanya dengan wajah tersipu.
.........
Saat mereka sedang asik mengobrol, dari sebuah arah, muncul beberapa hunter dengan persenjataan lengkap di tangan.
Alvin yang menyadari kehadiran mereka, menjadi orang pertama yang langsung menoleh ke arah 7 hunter yang datang mendekat itu.
Alvin begitu terkejut saat melihat hunter-hunter berwajah garang itu berlari mendekat. Terutama saat melihat Lawrence berada di antara mereka.
"Lawrence?"
Lawrence yang memiliki luka lebam di beberapa lokasi pada wajahnya, menghentikan langkah kaki nya saat sudah berada beberapa meter di hadapan Alvin. Ia kemudian menatap 3 hunter lain yang berdiri di dekat Alvin, lalu menelengkan kepalanya pada mereka.
Ketiga hunter tersebut seakan mengerti apa yang Lawrence maksud. Mereka pun pergi menjauh.
Alvin melihat keadaan itu dan menjadi curiga. Ia tahu ada yang tidak beres dalam situasi ini.
"Ada apa ini?" tanya Alvin, seraya menatap tajam Lawrence dengan tatapan elangnya.
Lawrence menarik nafas panjang, sebelum akhirnya menanggapi pertanyaan itu.
"Maaf kawan. Aku sebenarnya sangat ingin bekerjasama dengan mu. Tapi kau tahu kan, Brondy Lewis memiliki orang-orang kuat di belakangnya. Aku terpaksa melakukan ini karena masih menyayangi nyawa ku." Ucap Lawrence, yang kemudian memberi kode pada 6 rekannya untuk menyerang Alvin.
"'Sial, lagi-lagi Brondy Lewis! Kalau karena di pukuli hunter yang memiliki energi sihir sih, sudah pasti wajahnya akan lebam seperti itu," gumam Alvin, yang akhirnya tahu kecelakaan apa yang sebenarnya menimpa Lawrence.
Alvin tahu, Brondy dan para pengikut ayahnya pasti telah menyerang pria itu untuk membalas dendam, karena Lawrence telah mempermalukannya di gerbang Akademi.
...****************...
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 231 Episodes
Comments
Luthfi Aamiin
4⁰⁰
2024-07-14
0
Raysonic Lans™
good
2023-07-30
2
Zoelf 212 🛡⚡🔱
waduh
2023-07-25
1