Setelah kepergian Bimo,Kiki hendak kembali melanjutkan pekerjaan ibu rumah tangga nya tetapi Teguh menghentikan langkah nya dan meminta Kiki untuk tetap duduk di samping nya.
" Kenapa?" tanya Kiki mengernyit heran.
" Ada yang mau Aku bicarakan,sepulang dari Villa ini, Aku akan membawa Kamu tinggal di rumah pribadi Aku,bukan rumah Nenek yang di dalam nya ada Ayah dan juga Bunda.apa Kamu tidak keberatan?" ujar Teguh terus mencium rambut Kiki yang sangat wangi.
"Terserah sama Kamu aja Mas, Aku ikut kemanapun Kamu pergi, tetapi apa tidak sebaik nya kita tinggal di rumah Ibu sama Ayah untuk sementara waktu ?" jawab Kiki.
" Aku ingin mandiri sayang, sesekali kita bisa menginap di rumah Ibu , tetapi tidak boleh keseringan karena Aku tidak ingin membuat mereka terganggu mendengar suara merdu milik Kamu di tengah malam." sindir Teguh begitu halus.
" Apaan sih Mas! Kenapa malah lari ke sana." protes Kiki tidak suka.
" Aku hanya ingin mengingatkan Kamu saja sayang, Kamu ingin pergi bulan madu ke mana?" tanya Teguh sambil melukis tanda cinta di leher Kiki yang terekspos nyata.
" Aku belum tau, tetapi sebaiknya jangan dulu,karena Minggu depan kegiatan kuliah Aku sangat padat, sebentar lagi mau ujian akhir semester." tutur Kiki memberi ide.
" Baiklah,tapi jika waktu Kamu sudah luang, segera kabari Aku. biar kita bisa segera terbang ke tempat impian Kamu." ujar Teguh sambil merapatkan tubuhnya kepada istri nya.
" Aku sayang banget sama Kamu ." bisik Teguh penuh kasih di samping telinga Kiki.
" Aku juga sayang banget sama Kamu Mas,suami ku tercinta." balas Kiki ikut memeluk erat tubuh suami nya.
Pasangan suami istri ini saling memandang dengan jarak yang sangat dekat dan semakin dekat.
Dan sore ini kedua pengantin baru ini melewati sore yang panjang yang sangat syahdu untuk yang kesekian kali nya.deras nya rintik hujan yang turun membasahi daerah puncak membuat suasana sore ini semakin terasa indah untuk memadu kasih .apalagi untuk mereka yang sedang bucin- bucin nya.
****
" Bu! Kenapa Ibu sudah pulang? Bukan kah acara pengajian nya masih berlangsung?" tanya Pak Agus ketika melihat istri nya sudah pulang padahal suara ceramah agama dari ustadz masih berlangsung.
" Ibu tiba-tiba teringat dengan Kiki setelah mendengar isi ceramah yang beliau sampaikan tadi.tentang anak perempuan." jawab Ibu Ratna berurai air mata.
Hiks...Hiks...
" Rasa nya masih seperti mimpi saja Yah,ternyata putri Ibu sudah dewasa, padahal baru kemaren sore ini di bedong, Ibu suapin makan, Ibu mandi kan,tidur saja harus Ibu temani, tetapi sekarang dia sudah menikah dan menjadi seorang istri." Ibu Ratna mengeluarkan semua unek-unek yang beliau rasakan.
Bukan hanya Ibu Ratna yang masih belum siap melepas Kiki,jauh di lubuk hati Pak Agus pun sebenarnya memiliki perasaan yang campur aduk antara senang dan sedih.
" Semoga Allah selalu melindungi Kamu dan suami mu di manapun kalian berada " gumam pak Agus sambil menatap bingkai foto Kiki yang sedang berada di pangkuan beliau.
Satu tetes air mata Pak Agus mulai terlihat keluar dari persembunyiannya.
Mereka hanya perlu sedikit waktu untuk menyesuaikan diri dengan keadaan ini karena tidak mudah melepaskan satu-satunya anak perempuan Ayah.
" Ayah, Ibu! Ada apa?" tanya Riko dengan wajah cemas nya.
Di saat dia ingin keluar,tidak sengaja melihat kedua orang tua nya sedang sibuk mengelap air mata satu sama lain.bahkan wajah keriput kedua pasangan paruh baya ini sudah sembab karena terlalu larut dalam ruang rindu.
" Tidak apa-apa Nak, kami hanya sedang rindu kepada Kakak Kamu." ujar Ibu Ratna.
" Ya Allah Bu! Baru juga 1 hari berpisah nya,udah kangen aja." geleng Riko tidak percaya.
" Itu lah orang tua, walaupun baru satu hari,rasa nya seperti sudah 1 bulan tidak bertemu.kita yang biasa nya setip menit dan jam bertemu tiba-tiba seketika harus berpisah.rasa nya sungguh aneh sekali." Ibu Ratna berbicara sambil memeluk bingkai foto putri satu-satu nya.
" Nanti jika Kamu sudah menikah dan menjadi orang tua,baru lah Kamu akan menyadari bagaimana sulit nya menjadi orang tua." tutur Pak Agus mengingat kan putra nya.
****
Pak Heru dan Bunda Yeni sedang cemas menunggu Nenek Kamila keluar dari kamar nya.
Sejak kepulangan Nenek Kamila dari puncak ,mereka sama sekali belum ada bertatap muka.walaupun tinggal dalam satu atap yang membentang, tetapi Nenek Kamila selalu berdiam diri di dalam kamar.dan itu menyulitkan mereka untuk bertemu atau pun berbicara.
Ceklek
Pintu kamar Nenek Kamila terbuka lebar.dari dalam kamar itu keluar lah Nenek Kamila bersama Asisten pribadi nya yang khusus mengurus semua keperluan Nenek Kamila mulai dari pagi hingga malam hari.
Tidak ada yang berani membuka suara ketika acara makan masih berlangsung.
Semua nya fokus dengan makanan yang mereka kunyah.
" Heru! Mama ingin bicara,ikut Mama ke kamar jika kalian sudah selesai makan." ujar Nenek Kamila berdiri dari kursi nya lalu masuk kembali ke dalam kamar pribadi.
Pak Heru dan Bunda Yeni tidak akan bisa masuk ke dalam kamar Nenek Kamila jika tidak mendapatkan izin dari Nenek Kamila ,karena kamar itu menggunakan sandi di pintu nya.
" Yah! Bagaimana ini?" ucap Bunda Yeni pelan.
" Ayah juga ngga tau Bun, sebaiknya cepat habis kan makanan Bunda,biar kita tidak telat ." jawab Pak Heru.
" Semoga saja nenek tua itu tidak marah-marah lagi." batin Bunda Yeni.
Makanan yang ada di dalam piring nya,hanya di aduk-aduk tidak menentu.Pak Heru yang melihat pun memilih diam dan tanpa mau menegur sang istri.
" Yah! Tungguin." teriak Bunda Yeni sambil berlari mengejar Pak Heru yang sudah dekat dengan kamar Nenek Kamila.
Namun Pak Heru tetap saja berjalan dengan langkah kaki lebar nya,beliau seakan tidak perduli dengan teriakan istri nya.
" Yah! Ayah kenapa sih? Wajah Ayah kenapa kusam seperti itu?" cerocos Bunda Yeni dengan suara besar nya.
" Jangan banyak tanya,ketuk pintu nya." ujar Pak Heru dingin.
Pak Heru sangat kesal melihat tingkah istri nya, Meskipun sering mendapatkan peringatan dari Mama nya, tetapi istri Pak Heru seolah masa bodoh dengan segala bentuk ancaman yang di berikan oleh kepada mereka,bukan hanya satu atau pun dua kali Pak Heru terjebak di dalam hasutan jahat Bunda Yeni tetapi sudah sangat sering sekali dan selalu saja membuat beliau dalam masalah besar.kali ini beliau tidak bisa menerka lagi , hukuman apa yang akan di berikan oleh sang Mama kepada mereka berdua.
" Silahkan Tuan, Nyonya." ucap Asisten Nenek Kamila membuka pintu dari dalam.
Pasangan suami paruh baya ini melangkah masuk dengan wajah tegang.tidak terdengar sedikit pun kata terimakasih yang keluar dari mulut mereka berdua.
" Mulai hari ini,dan detik ini juga! Angkat kaki kalian dari rumah Saya ini." ujar Nenek Kamila tegas.
Wajah yang sudah tidak muda lagi sedang menyirat sebuah kemurkaan besar.
Gejolak emosi itu terlihat jelas dari rahang beliau yang menonjol keluar.
Deg
Jantung kedua pasangan paruh baya ini langsung berdetak kencang.bahkan hampir meledak jika mereka tidak segera menarik nafas dalam-dalam.
Huft...
Pak Heru terdengar menghela nafas berat nya.
Kejadian ini sudah dia prediksi dari jauh hari.Nenek Kamila tidak akan mungkin tinggal diam ketika melihat mereka kembali berulah sesuka hati nya.
" Aku minta maaf Ma,jangan usir kami." ucap pak Heru memohon ampun sang Mama.
" Saya tidak butuh lagi kata maaf dari kalian berdua yang tidak punya hati, kemasi semua barang-barang kalian dan segera lah angkat kaki dari rumah ini." ucap Nenek Kamila sambil menunjuk pintu keluar.
Jangan lupa Like,Vote dan Berikan Hadiah sebanyak mungkin ya guys.
Tinggalkan jejak sayang kalian di kolom komentar walaupun hanya satu kata.
Dukungan dan support dari kalian sangat berarti bagi Author .
Terimakasih semuanya 😍🥰🥰🥰
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 115 Episodes
Comments