Pagi itu, pagi-pagi sekali Aby dan Dirga sudah berangkat menuju perkampungan yang letaknya jauh dari kota asal mereka.
Mereka sengaja pergi lebih pagi karena menghindari kemacetan yang biasa terjadi di pusat kota.
"Yakin kita mau ke sana lagi?" tanya Dirga.
"Yakin, kenapa memangnya?" sahut Aby yang duduk di sebelah Dirga.
"Di sana pernah ada yang hampir membuat Tuan Muda tamat kan."
"Iya. Kamu jangan takut sekarang kita bawa bodyguard."
Karena pernah mendapatkan penyerangan dari orang tak dikenal, Aby sengaja membawa tiga bodyguard nya bersamanya ke kampung tempat dirinya akan membeli lahan untuk membangun pabrik.
"Waktu itu kamu ditolong oleh seorang perempuan tapi aku gak tahu siapa dan gak tahu orangnya seperti apa."
"Iya, aku sangat berhutang padanya karena kalau gak ada dia mungkin aku udah gak bakal keluyuran di alam dunia lagi."
"Kita harus cari wanita itu."
"Sayangnya dia pakai masker jadi kita gak punya petunjuk untuk menemukan dia. Kita gak tahu bagaimana wajahnya."
Bodyguard yang dari tadi hanya diam, terus melajukan mobilnya dengan kecepatan tinggi agar mereka cepat tiba di tempat tujuan, meski begitu, Frans yang memiliki keahlian khusus dalam menyetir mobil tetap berhati-hati dalam menjalankan tugasnya. Baginya keselamatan dirinya dan para penumpangnya adalah prioritas utama.
**********
"Tumben Papa udah rapi, biasanya juga berangkat kantornya siang," ucap Nasya sembari menarik kursi makan untuknya duduk.
Gadis remaja itu sudah berpakaian sekolah, dia sudah siap menjalankan tugasnya yaitu sekolah.
"Hari ini Kakak kamu dan Mas ganteng mu tidak masuk kantor jadinya Papa harus masuk pagi," ucap Randy.
"Pa, apa Papa yakin mau bangun pabrik di perkampungan?"
"Yakin Ma, kita akan membantu banyak orang di sana. Yang Papa tahu di kampung jarang sekali orang bersekolah dan pastinya orang tidak punya pendidikan akan sulit mendapatkan pekerjaan nah karena itulah, sengaja Papa bangun pabrik di sana agar mereka bisa menjadi pekerja di pabrik kita nanti."
"Mama gak yakin. Di Kampung kan biasanya orang bertani."
"Iya Papa tahu. Coba Mama ingat-ingat deh dari ratusan karyawan kita kebanyakan dari kampung jadi Papa rasa gak ada yang gak mungkin."
"Hmm, iya sih. Semoga sukses deh. Bukan uang sedikit tuh yang dikeluarkan untuk pembiayaannya belum lagi nyawa Aby yang pernah terancam gara-gara pergi ke sana. Orang-orang kampung pada brutal Pa."
"Mama jangan takut, kak Aby kan sudah punya bodyguard, tiga lagi," ucap Nasya mencampuri perbincangan kedua orang tuanya.
"Nasya, sebentar lagi kamu lulus sekolah kan? Kamu mau lanjut kuliah di mana?" tanya Randy sembari mengoles selai pada roti yang dipegangnya.
"Terserah kalian aja, aku ikut apa kata Papa, Mama aja." Gadis cantik itu menggigit lagi roti miliknya itu.
"Mama mau kamu kuliah di luar negri."
"Kalau bisa di Amerika eh Belanda aja, eh jangan, Jepang aja deh," cerocos Nasya.
"Pikirkan dulu baik-baik kamu mau kuliah di mana, jangan sampai kamu menyesal nantinya."
"Iya Pa, tenang saja."
"Papa berangkat duluan ya." Randy beranjak dari duduknya lalu mulai melangkah pergi!
**********
"Kamu sudah siap untuk pulang?" tanya Ratna.
"Bu, aku pulang nanti aja habis zuhur."
"Oh ya sudah. Kamu mau kemana kok udah rapi?"
"Aku mau ke Pasar Bu. Mau beli bumbu dan lauk."
"Bumbu apa? Kan semua masih ada."
"Aku mau masak daging sapi. Sebelum aku pulang aku mau masak daging untuk kalian."
Kehidupan di kampung tidaklah sama dengan kehidupan di kota, dimana semua serba sulit didapatkan di perkampungan, belum lagi keuangan yang tidak stabil membuat Ratna dan Dirja jarang sekali menikmati olahan berbahan daging.
Sebelum pergi, Mawar ingin kedua orang tuanya makan enak bersamanya.
"Memangnya kamu punya uang?"
"Ada, kemarin kan Bapak menjual cabai jadi aku dikasih tiga ratus ribu, katanya sih karena cabai itu aku yang tanam."
"Itu kan untuk ongkos kamu pulang."
"Masih ada sisa kok Bu lagian dari sini ke stasiun, aku minta tolong Taufik yang antar aku. Kan lumayan Bu, gak usah ngeluarin ongkos."
"Dari sini ke stasiun kan jauh, apa kamu gak kasihan sama dia?"
"Suatu saat aku akan bayar ongkosnya Bu, setelah suami aku ngasih uang bulanan." Mawar tertawa kecil lalu menjadikan pundak Ratna sebagai penopang dahinya.
**********
Setelah hampir tiga jam berkendara, akhirnya Aby tiba di perkampungan itu.
"Ga, kita berhenti di sini sebentar ya," ucap Aby.
"Mau ngapain?"
"Kali aja cewek itu lewat lagi."
"Oh, terserah kalau gitu."
"Frans berhenti di depan ya," titah Aby.
Frans mengangguk lalu memperlambat laju mobilnya sampai akhirnya berhenti dipinggir jalan.
Aby dan Dirga langsung turun dan memasuki tempat yang terlihat seperti taman kecil itu.
Di tempat itulah, Aby pernah diserang oleh orang-orang tak dikenal.
"Sepi ya Ga." Aby mengedarkan pandangannya ke sekeliling mencari seseorang yang lewat di sana.
"Ya, jam segini mungkin orang-orang di sini masih sibuk di rumah atau mungkin sudah pada pergi ke sawah."
"Mawar," gumam Dirga.
"By itu Mawar bukan?" Dirga mengarahkan jari telunjuknya ke arah seorang wanita yang sedang berjalan ke arah mereka.
Aby mengikuti arah jari telunjuk Dirga dan dia langsung melihat Mawar sedang berjalan ke arahnya.
"Mawar, kok dia ada di sini?" ucap Aby sembari terus menatap ke arah Mawar.
"Cepat sembunyi!" sambung Aby.
Aby menarik tangan Dirga dan membawanya ke balik tanaman yang tumbuh di sana!
"Kenapa harus sembunyi? Bukankah ini suatu kebetulan yang menguntungkan?Kamu lagi nyari Mawar kan?"
"Ssst! Diam. Kita selidiki Mawar. Sedang apa dia di sini."
Mereka berdua mengintip dari balik tanaman itu hingga sampai Mawar sudah menjauh, mereka baru berdiri dan mengikuti Mawar!
"Lahan itu gimana By?"
"Udahlah, lahan itu gak akan kabur. Kalau sekarang kita gak ikutin Mawar, kita bisa kehilangan dia nanti."
Mereka terus berjalan mengikuti Mawar dari kejauhan.
"Kok Mawar gak baik motor atau apa kek alat transportasi di sini?" gumam Dirga.
Setelah mengikuti Mawar lumayan jauh, akhirnya mereka tiba di dekat sebuah Pasar.
"Rupanya Mawar mau ke pasar. Apa perlu kita ikuti dia?"
"Iya lah, kalau dia hilang gimana?"
Saat itu Mawar sedang di tempat penjual daging.
"Pak daging sapi satu kilo ya," ucap Mawar dengan ramah.
"Eh Neng Mawar, mau daging apa Neng?" tanya seorang penjual daging itu.
"Daging yang mana yang bagus? Saya tidak mengerti."
"Semua daging bagus Neng, tinggal pilih mau daging bagian dada, paha atau punggung."
"Oh gitu, ya udah daging bagian dada aja."
Dari jarak sekitar lima sampai tujuh meter dari tempat Mawar berada.
"Mawar beli daging, berarti dia tinggal di kampung ini. Ada orang tua lain yang dimaksud oleh Mawar," ucap Dirga.
"Kamu benar, kita harus tahu dengan siapa Mawar tinggal di sini."
"Jadi berapa Pak, semuanya?" tanya Mawar setelah daging yang dibelinya siap untuk dibawa.
"Karena Neng Mawar sudah nolongin anak saya waktu itu, dagingnya Bapak kasih gratis."
Mawar tersenyum sembari mengambil uang dari dalam dompetnya.
"Jangan Pak, saya bayar aja dagingnya lagian kan Bapak mengunakan modal untuk beli barang dagangan Bapak."
"Gak usah Neng, Bapak ikhlas kok."
"Tapi saya juga ikhlas Pak."
"Teh Mawar terima aja dagingnya. Udah dari waktu itu, Bapak mencari teteh tapi gak ketemu. Sekarang Teteh jarang ke Pasar ya," ucap seorang anak perempuan yang waktu itu pernah ditolong oleh Mawar.
Ya, gadis remaja berusia lima belas sampai enam belas tahun itu pernah hampir diculik orang untuk diperdagangkan tapi perbuatan mereka gagal karena Mawar berhasil membawa gadis itu lari dari mereka.
Sementara mereka asyik berbincang, SBY dan Dirga terus memperhatikan mereka dan terus mendengarkan semua yang mereka perbincangkan.
"Siapa Mawar sebenarnya?" gumam Aby.
Bersambung
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 290 Episodes
Comments
Lilis Ilham
lanjutkan
2023-08-15
0
Nurjani Lambu
istri mu lah bambank Aby
2023-07-20
0
Yani
Mawar itu yang nolong kamu Aby waktu ada yang mukulin
2023-07-17
1