Bab 3: Tetangga Apartemen

Malam hari tiba, ketika Shen Shen telah menghabiskan beberapa jam waktunya untuk menyelesaikan beberapa bab naskah yang dia buat. Menyadarkan punggungnya yang terasa pegal pada sandaran kursi, gadis muda itu melengkungkan kepalanya ke kanan dan ke kiri untuk meregangkan otot-ototnya yang mulai kaku.

Jam di sebelahnya menunjukkan pukul delapan malam, suara-suara kecil terdengar dari perut Xiao Shen Shen, sebenarnya perutnya memang terasa kosong sejak beberapa waktu lalu. Bangkit dari kursinya, gadis itu berjalan ke arah dapur dan membuka kulkas miliknya dengan malas. Shen Shen menghela napas panjang saat dia tidak menemukan satu pun bahan makanan yang tersisa, sepertinya dia harus keluar untuk berbelanja di supermarket terdekat.

Dengan pakaian seadanya, Shen Shen bersiap-siap keluar dari apartemennya. Membuka pintu dengan santai, Shen Shen terdiam membeku begitu pintu apartemennya terbuka. Di sana, tepat beberapa langkah dari tempatnya berdiri, Shen Shen melihat pintu apartemen di depannya juga terbuka dan memperlihatkan seorang pria muda dengan pakaian serba hitam dan topi berdiri sembari memegang knop pintu apartemen miliknya.

Ketika pria itu mendongakkan kepalanya, seketika dia juga terdiam dengan wajah yang kaku, terlihat cukup terkejut saat tanpa sengaja matanya menatap ke arah Shen Shen yang juga sedang terdiam menatapnya dengan mata yang membulat.

Beberapa detik bertatapan, pria muda itu berdeham membuat Shen Shen mengedipkan matanya beberapa kali sebelum dia dengan cepat memalingkan wajahnya malu. Haish! Mengapa mereka harus keluar di waktu yang sama?! Shen Shen menggerutu dalam hatinya, di saat dia belum benar-benar melupakan kejadian memalukan pagi tadi, dia masih harus bertemu dengan pria itu lagi hari ini!

Pria muda itu berjalan lebih dulu, wajahnya terlihat datar dengan sorot mata yang dingin, melihat hal itu Shen Shen memilih berjalan setelahnya, dia tepat berada beberapa langkah di belakang pria tampan itu. Diam-diam Shen Shen mengamati pria itu, pakaiannya terlihat jauh lebih santai dibandingkan saat dia bertemu dengan pria itu untuk pertama kalinya.

Jika saja karakternya tidak begitu dingin, mungkin akan ada banyak wanita dan gadis yang mengejarnya dengan bersemangat. Dilihat dari sudut mana pun, pria itu begitu tampan dan penuh dengan pesona. Melihat dari tempat tinggalnya, Shen Shen dapat mengetahui bahwa pria itu merupakan seorang yang kaya. Tentu saja, itu karena tidak semua orang dapat menyewa ataupun membeli unit apartemen tempat dia dan pria itu tinggal.

Jika bukan karena ini adalah hadiah dari kakaknya, bahkan Shen Shen juga akan berpikir berulang kali untuk menempati apartemen ini. Begitu sampai di depan lift, Shen Shen berdiri diam di samping pria itu, mengingat niat awalnya, Shen Shen akan turun ke bawah dan berjalan beberapa menit dari luar gedung apartemennya untuk berbelanja dan mengisi kulkas miliknya yang kosong.

Tidak Shen Shen sangka, pria itu sepertinya memiliki tujuan yang sama dengannya. Tepat ketika lift menunjukkan lantai satu gedung apartemen, pria itu dan dia sama-sama keluar dari sana dan berjalan keluar gedung dengan arah yang sama. Sama seperti sebelumnya, Shen Shen tetap berjalan beberapa langkah di belakang pria itu dengan perasaan yang tidak nyaman.

Mengapa dari semua hal yang terjadi, dia dan pria itu kembali memiliki tujuan yang sama saat ini?! Diam-diam Shen Shen merasa frustasi, raut wajahnya terlihat kusut, jauh lebih kusut dibandingkan saat dia sedang kesulitan mengerjakan naskah novelnya. Xiao Shen Shen menundukkan kepalanya dengan kesal, dia menatap ke arah jalan aspal yang ada di bawahnya sembari berjalan dengan pelan.

Namun, tak lama setelahnya langkah Shen Shen terhenti ketika dahinya menabrak sesuatu yang cukup keras di depannya. Mengaduh dengan pelan, dengan kepala yang masih menunduk ke bawah dan mata yang terpejam erat karena terkejut, Xiao Shen Shen mengusap dahinya. "Aiya!"

"Apa kamu sedang mengikutiku, Nona?" suara berat dari seseorang membuat Shen Shen membuka kedua matanya dengan cepat dan mendongakkan kepalanya ke atas.

Melihat wajah pria muda itu dari jarak yang cukup dekat, diam-diam Shen Shen terpana, itu terlihat sangat tampan dan tidak nyata untuk ukuran seorang laki-laki. Tersadar, Shen Shen menggelengkan kepalanya dan berjalan mundur beberapa langkah, berusaha memberi jarak antara dirinya dan sang kakak tampan.

'Uh, kembali bertemu dengan kamu saja sudah membuatku gila, apalagi aku sengaja mengikutimu. Apa aku benar-benar gila sampai mau mengikutimu?!'

Dalam hati Shen Shen merutuk dengan keras, bagaimana bisa pria itu mengatakan bahwa dia sengaja mengikutinya? Dia pikir Shen Shen itu orang seperti apa? Ha ... pria, apa kamu sudah tidak waras?!

"Dengar ya, Kakak Tampan! Kamu jangan begitu percaya diri, aku sedang dalam perjalanan menuju supermarket untuk berbelanja, bukan untuk mengikuti kamu!" Shen Shen mendengus dengan kesal, kedua matanya melotot ke arah sang pria muda. "Lagi pula untuk apa aku mengikuti kamu! Aku bahkan tidak tahu siapa kamu! Apa kamu seorang selebriti hingga aku harus mengikuti kamu?"

Pria itu mendengus pelan sebelum berbalik sembari bergumam, "Mn, terserah."

Shen Shen kembali berjalan dengan wajah yang cemberut, seperti yang sudah diperkirakan sebelumnya, dalam beberapa menit yang singkat dia sudah sampai di depan supermarket. Tanpa memandang ke arah pria yang sejak tadi berjalan di depannya, Shen Shen dengan cepat berjalan menuju lorong makanan ringan dan cepat saji. Merasa apa yang dia butuhkan sudah cukup, gadis yang baru berusia 25 tahun itu berjalan menuju lorong yang menyediakan bahan-bahan masakan, kedua mata Shen Shen berbinar ketika dia melihat deretan daging sapi yang terlihat begitu segar.

Satu tangannya bergerak meraih salah satu kotak berisi daging yang ada di depannya, namun tanpa diduga sebelumnya, sebuah tangan yang lain ikut memegang kotak yang sama membuat Shen Shen tersentak karena tangannya yang secara tidak sengaja bersentuhan dengan tangan seseorang tersebut.

"Kakak Tampan?!" Shen Shen menoleh dengan wajah yang terkejut. Sama seperti Shen Shen, pria muda itu memperlihatkan ekspresi yang sama.

Melihat hal itu, sang pria muda melepaskan tangannya dari kotak daging yang sebelumnya dia pegang, wajahnya terlihat sedikit memerah karena malu. "Maaf, aku akan mengambil yang lain."

Melihat pria itu yang berjalan menjauh, Shen Shen diam-diam menundukkan kepalanya, menatap kotak daging yang ada di depannya dengan wajah yang memerah cerah. Tanpa sadar seulas senyum terlintas di wajahnya yang cantik.

'Sepertinya, dia tidak begitu buruk.'

Mengambil semua barangnya dan membayarnya dengan cepat, Shen Shen berjalan sendirian menuju gedung apartemennya dengan wajah yang hangat. Sembari tersenyum cerah, Xiao Shen Shen memeluk kantong belanjanya dengan manis.

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!