Bab 12: Perasaan Musim Semi

Masih di hari yang sama, di malam harinya Shen Shen berpikir untuk kembali melanjutkan naskah novelnya yang belum selesai. Kali ini dia akan merevisi kembali alur yang dia buat, masih dengan karakter yang sama, yaitu Chen Lu Lu dan Zhuo Yi Qing.

Cerita ini harus berhasil dan membuat para pembaca menyukainya, dengan begitu jumlah tabungan miliknya akan terus bertambah seiring novel buatannya semakin populer di kalangan pecinta novel. Sepertinya Shen Shen harus mengurung dirinya di dalam apartemen selama beberapa hari ke depan demi mendapatkan inspirasi.

Dia dengan sengaja mengikat seluruh rambutnya dan menggulungnya ke atas hingga berbentuk bulatan berukuran kecil dan menaruh tusuk rambut sederhana agar gulungan tersebut tidak jatuh ke bawah. Kedua matanya menatap dengan fokus ke arah layar komputer di depannya, beberapa kali dia terlihat menggumamkan sesuatu dengan jari-jarinya yang mengetik papan keyboard dengan cepat.

...[Revisi ke sepuluh]...

...Cinta Di Musim Semi...

...Bagian 2...

Benar! Shen Shen telah merevisi naskahnya hingga sepuluh kali dan dari kesepuluh revisi yang dia lakukan, tidak ada satupun bagian yang dapat membuat para pembaca merasakan emosi dari karakter yang dia buat.

Zhuo Yi Qing menahan tangan Chen Lu Lu dan menariknya sedikit kuat hingga Chen Lu Lu jatuh ke pelukannya, gadis itu memekik terkejut. Yi Qing menyeringai, satu tangannya bergerak mengusap pipi kanan Lu Lu.

"Kamu milikku, Lu Lu! Aku tidak akan membiarkanmu pergi ke mana pun."

"Yi Qing..."

Membaca kembali naskahnya, Shen Shen menggeleng dengan raut penuh emosi. "Pria brengsek! Tidak bisa! Tidak bisa! Ganti!"

Shen Shen menatap layar monitor sembari berpikir, di tangannya dia memegang sebungkus makanan ringan manis kesukaannya sembari sesekali menyuapkan makanan tersebut ke dalam mulutnya. "Apa yang harus aku lakukan untuk Zhuo Yi Qing dan Chen Lu Lu?"

Di dalam apartemen Chen Lu Lu, Zhuo Yi Qing memandang Chen Lu Lu dengan lekat, sorot matanya terlihat penuh cinta. Senyum tulus terulas di wajahnya yang tampan, perlahan kedua tangannya bergerak menggenggam kedua tangan Chen Lu Lu.

"Lu Lu, aku mencintaimu."

Mendengar itu Chen Lu Lu terkesiap, "Yi Qing, kamu jangan berbohong padaku!"

Setelah mengucapkan pengakuan cinta itu, Zhuo Yi Qing merengkuh pinggang Chen Lu Lu hingga tubuh keduanya berjarak sangat dekat. "Lu Lu, aku benar-benar mencintaimu."

Lu Lu terdiam, merasa terkejut dengan pengakuan Yi Qing yang mendadak. Perlahan Yi Qing mendekatkan wajahnya pada wajah Lu Lu, kemudian dia mencium bibir Lu Lu dengan lembut. Chen Lu Lu melingkarkan kedua tangannya pada leher Zhuo Yi Qing, tubuh mereka semakin menempel satu sama lain dan—

"Tidak bisa seperti itu! Tidak bisa!" Shen Shen tertawa kecil sembari menutup mulutnya dengan satu tangan, wajahnya sedikit memerah malu dengan tawa yang terus saja terdengar dari mulutnya.

Shen Shen menghela napas lelah setelah berhenti tertawa, namun secara tiba-tiba dia teringat pada Fu Ling Tian. "Hhh ... aiya! Kira-kira apa yang sedang dilakukan oleh Sutradara Fu, ya?"

"Eh? Tidak! Tidak! Apa yang sedang kamu pikirkan Xiao Shen Shen?! Haish! Kenapa sulit sekali?" Nona Penulis Xiao meletakkan kepalanya di atas meja kerjanya.

Shen Shen memijat dahinya yang terasa pening, semua ide yang muncul dalam kepalanya selalu berakhir dengan tidak bagus. Bagaimana mungkin seorang penulis tidak bisa menulis naskahnya sendiri? Menepuk-nepuk pipinya sedikit keras, Shen Shen berusaha menyadarkan dirinya, jari-jari tangannya kembali dia gerakkan di atas tombol-tombol keyboard.

Suara ketikan terdengar keras di kamar Shen Shen, tidak peduli apa yang terjadi, naskah ini harus selesai bagaimana pun caranya. Namun, tak lama kemudian Shen Shen merasa kedua matanya memberat, sekalipun dia mencoba untuk mengedipkan matanya beberapa kali, rasa kantuk itu perlahan terasa semakin kuat. Dia kemudian tertidur dengan kepala yang bertumpu pada kedua tangannya yang dia lipat di atas meja.

.........................

Terdengar suara dentingan yang menandakan bahwa pintu lift telah terbuka, di dalam sana, Sutradara Muda Fu Ling Tian berjalan keluar dari dalam lift. Sambil menyugar rambutnya ke belakang, Ling Tian menekan tombol password apartemennya dengan tenang. Satu tangannya menekan knop pintu dan memutarnya hingga pintu apartemen tersebut terbuka, saat dia akan masuk ke dalamnya langkah kakinya tiba-tiba terhenti.

Terdiam sebentar, Ling Tian menolehkan kepalanya ke belakang, kedua mata hitamnya menatap ke arah pintu apartemen Shen Shen tanpa mengatakan apa pun. Entah kenapa Ling Tian merasakan rasa aneh di dalam hatinya karena tidak melihat wajah gadis itu dalam beberapa hari ini.

Tersadar bahwa apa yang dia lakukan itu tidak seperti biasanya, Ling Tian dengan cepat menggelengkan kepalanya. Kembali menolehkan kepalanya ke depan, pria muda dan tampan itu memasuki unit apartemennya dalam diam. Fu Ling Tian melepaskan sepatu dan jam tangannya, lalu membuka beberapa kancing teratas kemejanya.

Hari ini dia merasa cukup lelah, karena ini adalah hari terakhir shooting, Ling Tian sebagai seorang sutradara harus melihat semua adegan yang telah mereka ambil dari awal shooting hingga hari ini dan menyeleksinya dengan ketat. Dia harus memutuskan mana yang akan dipakai dan mana yang akan dibuang dalam proses editing.

Ling Tian mendudukkan tubuhnya di atas sofa yang berada di ruang tengah dan menyandarkan punggungnya pada sandaran sofa. Satu tangannya meraih sebuah remote dan menekannya hingga televisi di depannya menyala, menatap layar televisi yang menayangkan sebuah drama berlatar kolosal tanpa minat, Ling Tian mendengus.

Semua ini terasa membosankan, beberapa kali ibunya terus menelpon dan memintanya untuk pulang ke rumah karena wanita paruh baya itu mengeluh merindukannya. Ling Tian tentu saja ingin menemui ibunya, namun ayahnya yang dingin itu tentu saja akan terus memaksanya untuk keluar dari dunia hiburan dan fokus pada perusahaan milik pria itu.

Fu Ling Tian tidak bisa, setidaknya untuk sekarang dia tidak menginginkannya. Karirnya sebagai sutradara tidak ingin dia lepas begitu saja karena dia mendapatkan semua pencapaian ini dengan susah payah. Melepaskan semua ini artinya Ling Tian membuang semua usaha yang telah dia lakukan dari bawah dalam sekejap mata.

Perbedaan pendapat antara dia dan ayahnya inilah yang membuat Fu Ling Tian memilih untuk tinggal sendirian di sebuah apartemen dibandingkan tinggal bersama kedua orang tuanya. Ling Tian meletakkan satu lengannya ke atas dahinya, kedua matanya terpejam seperti orang yang tertidur, namun dalam pikirannya dia mengingat satu nama.

Seorang gadis muda dengan rambut hitam pekat dan mata hitam yang selalu terlihat cerah bagaikan kaca. Seorang gadis yang memandangnya dengan hangat, namun terkadang juga terlihat seperti kesal ketika mereka berdua bertemu. Xiao Shen Shen ... kira-kira apa yang sedang dilakukan gadis itu saat ini?

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!