Keesokan pagi nya, di mansion Jonathan semua jadwal kegiatan harian berjalan lancar tidak ada kehebohan yang berarti. Valexa dan Deondria sejak pagi sudah bangun dan menurut pada Vadeo dan kedua pengasuh nya. Mereka berdua sudah dimandikan oleh kedua pengasuh nya dan sudah memakai seragam sekolah. Mereka berdua masih berada di dalam kamar mereka yang letaknya berdampingan dengan kamar kedua orang tua nya hanya bersekat pintu kaca yang lebar dan tebal.
“Nanny cekalang tita cudah boyeh te tamar Papa, tuh coden na cudah dibuta.” Ucap Valexa yang sudah tampil cantik siap untuk sarapan lalu berangkat ke sekolah.
“Coden cudah dibuta talo tunci beyum dibuta cama Papa ya cama aja ndak bica macuk Ca..” teriak Deondria yang masih dipakaikan pita rambutnya oleh pengasuh nya.
“Tamu pandil aja Papa..” teriak Deondria lagi.
“Atu tuh cudah ndak cabar pedi te yumah ante Pin dan tetemu cama Om Yicado.” Ucap Valexa yang lalu jalan mendekati pintu penyekat ruangan. Vadeo memang berjanji sepulang sekolah mereka dijemput oleh Vadeo dan selanjutnya pergi ke rumah Bang Bule Vincent. Dan karena itulah si kembar sejak pagi tidak membuat kehebohan.
“Papa.... buta pintu na..” teriak Valexa dengan lantang.
Sementara itu Vadeo yang sudah selesai bersiap siap dan sedang baru mulai akan menghubungi Alexandria. Dia ingin melaporkan pada istrinya jika kedua anaknya baik baik saja dan manis manis. Masih dengan memegang hand phone yang sedang melakukan panggilan video, Vadeo berjalan mendekat pintu penyekat lalu membukakan pintu kaca itu.
“Hallo sayang...” teriak Alexandria di balik hand phone Vadeo karena telah melihat suasana kamar yang dia rindu.
“Hayyyooo Mama....” teriak Valexa lalu merebut hand phone yang dipegang Papa nya. Deondria pun segera berlari dan mendekat pada Valexa. Mereka berdua pun dengan seru nya bercerita kalau mau ke rumah Bang Bule Vincent setelah pulang sekolah.
“Udah ya Ma.. atu mo cetoyah bial puna banyak teman...” ucap Valexa selanjutnya lalu dia mendekati Papanya dan menggandeng jari tangan Papanya. Hand phone yang masih dipegang oleh Deondria pun lalu diberikan pada Vadeo sang Papa.
“Benar kan Sayang.. Mereka berdua manis manis dan semangat bersekolah...” ucap Vadeo sambil tersenyum menatap wajah isterinya yang selalu dia rindu.
“Hmmm mereka semangat sekolah karena dijanji akan diajak ke rumah Bang Bule.. Ada perlu apa Pa?” tanya Alexandria yang memang belum diberi tahu oleh Vadeo maupun orang tuanya tentang musibah usaha penculikan pada kedua anaknya dan kedatangan Richie Bach.
“He... he.. biar mereka semangat bersekolah..” ucap Vadeo sambil tertawa kecil.
“Pa... ayo... “ rengek Valexa dan Deondria sambil menarik tangan dan ujung jas Vadeo. Akhirnya Vadeo pun mengakhiri sambungan teleponnya pada istrinya dan tidak lupa mengucapkan salam sayang mesra penuh cinta dan berjanji akan menghubungi lagi nanti.
Setelah Vadeo mengunci lagi pintu kaca penyekat mereka bertiga lalu keluar dari pintu kamar Vadeo untuk turun ke lantai bawah. Sementara dua pengasuh keluar kamar Valexa dan Deondria lewat pintu lainnya.
Acara makan pagi pun juga berjalan dengan manis. Dan setelahnya Vadeo mengantar kedua puteri nya itu ke sekolah.
Waktu pun terus berlalu. Dan jam sekolah Valexa dan Deondria pun sudah selesai. Ibu Guru mereka yang sudah mendapat cerita dari Valexa dan Deondria tentang rencana penculikan dan kecelakaan yang menimpa pada mereka kemarin, kini semakin waspada pada murid murid nya. Semua murid murid nya diberi pesan harus langsung pulang ke rumah tidak usah mampir mampir dulu. Sebab Valexa dan Deondria dengan runtut menceritakan kronologi kejadian penculikan nya. Dan sudah pasti dengan penekanan gara gara sang pengasuh tidak nurut pada mereka akhirnya terjadi lah musibah.
Dan tiba lah saatnya mobil Vadeo memasuki halaman sekolah Valexa dan Deondria. Ibu Guru yang melihat mobil orang tua si kembar sudah masuk ke halaman sekolah pun segera memberi tahu pada si kembar jika sang Papa yang menjemput mereka sudah datang.
Mereka pun segera pamit pada Ibu Guru dan teman temannya yang masih menunggu jemputan. Dua bocah itu dengan tas mungil yang berada di punggungnya segera berlari menghambur ke arah sang Papa yang sudah turun dari mobil.
“Ayo Pa.. tita cepat ke lumah Ante Pin ...” teriak mereka berdua yang tidak berkenan sang Papa turun dari mobil. Vadeo pun lalu membukakan pintu buat mereka dan mereka pun segera masuk ke dalam mobil. Mereka berdua duduk di jok belakang di belakang kemudi. Sedangkan Vadeo mengemudikan mobilnya seorang diri tanpa sopir ataupun pengawal.
Mobil melaju dengan kecepatan sedang. Vadeo tampak santai sebab urusan Jonathan Co sudah ditangani oleh Tuan Jonathan sang Papa. Demi keselamatan kedua cucunya Tuan Jonathan rela melakukan apa saja, termasuk masa pensiun muda yang dulu dia mimpikan jika Vadeo sudah menikah, ternyata mimpi tak seindah kenyataan beliau tetap belum bisa menikmati masa pensiun.
“Pa cepat dikit napa cih....” teriak Deondria yang sudah tidak sabar untuk sampai di rumah Bang Bule Vincent.
“Uncle Vin juga masih kerja sayang.. kita jalan sambil nunggu waktu..” ucap Vadeo yang tetap menjalankan mobilnya dengan santai santai..
“Tan ada Om Yicado, ada enti Icoya....” saut Valexa.
“Mereka juga sedang kerja.” Jawab Vadeo.
“Tapi na meyeka ada di lumah loh...” teriak mereka berdua lalu mereka meloncat turun dari jok dan menggoyang goyang jok yang diduduki oleh Vadeo agar Papanya itu menambah laju kecepatan nya.
“Hahhh baru manis beberapa jam sudah membuat heboh lagi...” gumam Vadeo dalam hati lalu dia menambah laju kecepatannya sebab goyangan jok nya makin kencang dan tidak nyaman. Berbeda dengan goyangan dari sang isteri bila semakin kencang semakin membuatnya merem melek..
Beberapa menit kemudian mobil sudah memasuki halaman rumah Bang Bule Vincent. Rumah dengan bangunan lama model bangunan Belanda, bangunan di jaman Belanda akan tetapi rumah itu masih kuat kokoh dan terawat dengan baik.
Vadeo memarkirkan mobilnya di bawah pohon yang rindang, tempat di mana dia biasa memarkirkan mobil nya jika main di rumah Bang Bule. Kedua anaknya langsung membuka pintu mobil dan berlari menghambur menuju ke rumah Bang Bule Vincent. Vadeo pun dengan langkah cepatnya segera menyusul kedua anaknya yang sudah mulai menaiki anak tangga teras rumah Bang Bule.
Bang Bule yang sudah melihat kedua keponakan menuju ke rumahnya dia pun segera membukakan pintu rumahnya dan mengangkat tubuh mungil dua anak itu satu persatu dan menciumi wajah dua anak itu penuh sayang. Valexa dan Deondria pun tertawa bahagia.
“Ayo langsung masuk Bro, aku mau bicara masalah penting.” Ucap Vadeo lalu masuk ke dalam rumah Bang Bule dan menutup pintu rumah Bang Bule.
Mereka pun berjalan menuju ke ruang keluarga. Valexa dan Deondria pun sudah berada di sana dan asyik membuka buka toples yang ada di atas meja. Bang Bule sudah menyiapkan makanan makanan kesukaan mereka, aneka permen dan kue dari Belanda buatan asli dari tangan Nyonya Jansen Sang Mama Bang Bule Vincent.
“Richie sudah bebas dan tampaknya dia mau balas dendam padaku.” Ucap Vadeo dengan nada serius sambil mendudukkan pantatnya di sofa.
“Dia sudah datang ke Indonesia, dan bersamaan dengan itu juga ada usaha penculikan pada Aca dan Aya.” Ucap Vadeo lagi. Bang Bule tampak serius mendengarkan semua yang diceritakan oleh Vadeo.
“Okey aku akan bilang pada klien yang sudah mengontrak Richardo aku akan tawarkan pengganti Richardo.” Ucap Bang Bule kemudian setelah Vadeo menceritakan banyak hal tentang Valexa dan Deondria.
“Kalau perlu kamu yang mengganti posisi Richardo.” Ucap Vadeo Dan Bang Bule pun menyetujui hal itu demi keselamatan kedua keponakannya. Akan tetapi tiba tiba ada ekspresi sedih di wajah Bang Bule Vincent .
“Tetapi kenapa mereka selalu memilih Richardo dibanding aku yang Uncle nya sendiri. Kurang apa coba aku, semua kesukaan mereka sudah aku siapkan.... “ ucap Bang Bule dengan ekspresi sedih dan menoleh untuk melihat kedua keponakannya.
Akan tetapi...
“Deo di mana mereka? Bukannya tadi asyik makan kue kue di belakang ku?” tanya Bang Bule yang khawatir kedua ponakan itu masuk ke dalam kamar nya dan mengacak acak segalanya. Vadeo hanya menjawab dengan mengangkat kedua bahunya sambil tersenyum, sebab tadi memang melihat kedua anaknya berjalan secara pelan pelan menuju ke kamar Bang Bule Vincent.
“Aca ... Aya....” teriak Bang Bule Vincent sambil bangkit berdiri dan melangkah menuju ke kamarnya.
“Aca... Aya....” teriak Bang Bule lagi.. Akan tetapi dia tidak menemukan dua bocah itu hanya melihat dua tas mungil tergeletak di bawah jendela yang terbuka.
“Deo... Anak anak mu tidak ada di dalam kamarku!” teriak Bang Bule Vincent sambil melonggokkan kepala nya di balik pintu kamar.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 351 Episodes
Comments
Rianti Dumai
mesti mereka b'2 sudah masux ruang rahasia,,
2024-04-12
0
Kinay naluw
nah loh kemana si kembar.
2023-07-31
2
✍️⃞⃟𝑹𝑨🤎ᴹᴿˢ᭄мαмι.Ɱυɳιαɾ HIAT
pasti si kembar penasaran sama ruangan rahasia bang bule yang d berikan ke ixora
2023-05-05
4