Pagi hari di kamar Vadeo situasi dan kondisinya tampak super heboh. Valexa dan Deondria tidak mau dimandikan oleh kedua pengasuh nya mereka berdua mau nya dimandikan oleh Sang Papa. Oma Jo mau memandikan mereka berdua juga tidak mau.
“Ogahhhh pokoknya dimandiin Papa...” teriak Mereka berdua dengan suara sangat lantang. Oma Jo yang juga berada di kamar itu pun akhirnya hanya bisa menatap Vadeo, anak laki laki nya agar turun tangan memandikan Valexa dan Deondria, yang masih berkutat di atas tempat tidur sambil menaruh banyak mainan nya di atas tempat tidur.
“Kamu urus anak anakmu, biar Opa Jo ke Jonathan Co lebih pagi.” Ucap Oma Jo dan selanjutnya melangkah keluar dari kamar Vadeo. Akhirnya Opa Jo harus menunda lagi masa pensiun nya, harapan bisa menikmati masa pensiun di usia muda sirna.
Vadeo yang sudah memakai baju kerja nya itu pun akhirnya menggendong kedua anak nya menuju ke kamar mandi. Valexa dan Deondria tertawa terkekeh kekeh dalam gendongan Sang Papa. Vadeo dengan kesabaran super dewa terus melangkah menuju ke kamar mandi untuk memandikan kedua anaknya. Valexa dan Deondria, mereka berdua tertawa bahagia apalagi sudah sukses membuat baju Vadeo basah kuyup, kedua nya tampak puas. Harapan mereka berdua agar Sang Papa tidak jadi bekerja dan tetap tinggal di mansion bermain main dengan mereka berdua.
“Kalian ya... sudah membuat baju Papa basah semua.” Ucap Vadeo yang sudah selesai memandikan kedua anak nya. Tubuh mungil mereka pun kini sudah memakai bath rope. Dan mereka berdua lalu berlari meninggalkan kamar mandi sambil tertawa riang. Sedangkan Vadeo melepas semua baju nya yang basah kuyup dan kembali lagi memakai bath rope.
Sesaat Vadeo sudah keluar dari kamar mandi dan memakaikan baju seragam anak anaknya.
“Pa atu tuh cebenalnya mayas cetoyah.. “ ucap Valexa sambil jari jari mungilnya mempermainkan rambut rambut kepala Vadeo karena Vadeo jongkok di depannya sambil merapikan baju seragamnya.
“Iya anya nanyi nanyi dan main main gitu gitu aja atu tuh bocen..” ucap Deondria yang setuju dengan ucapan saudara kembarnya.
“Atu maunya beyajal cama Mama..” ucap Valexa kemudian dengan nada sendu.
“Acik talo beyajal cama Mama.” ucap mereka berdua secara bersamaan.
“Tetap harus sekolah sayang agar punya banyak teman.” Ucap Vadeo yang sudah selesai memakaikan baju seragam buat mereka berdua. Akhirnya kedua anak itu pun menurut pada Sang Papa dan mereka berangkat ke sekolah diantar oleh Vadeo yang selanjutnya Vadeo menuju ke Jonathan Co setelah selesai mengantar Valexa dan Deondria.
Selama di sekolah Valexa dan Deondria tidak membuat kehebohan, mereka berdua menurut pada Ibu Guru dan bersahabat dengan teman temannya. Cuma kalau sudah bosan dua mulut mungil itu terlihat sedikit manyun.
Dan waktu pulang sekolah pun tiba. Mobil yang menjemput Valexa dan Deondria sudah masuk ke dalam halaman sekolah itu. Sang pengasuh yang sudah membawa kartu identitas sebagai penjemput pun turun dari mobil dan berjalan menuju ke ruang kelas mereka untuk menjemput Valexa dan Deondria. Kedua anak itu pamit pada Ibu Guru dan pada teman temannya yang masih menunggu jemputan.
Valexa dan Deondria lalu masuk ke dalam mobil mereka berdua duduk di jok belakang kemudi. Sedangkan sang pengasuh duduk di samping Pak Sopir. Mobil terus melaju meninggalkan lokasi sekolah.
Sesaat kedua bocah itu saling menoleh dan saling tetap.
“Ada mobing itu yagi..” gumam mereka secara bersamaan. Mereka berdua merasakan ada mobil hitam yang kemarin mengikuti mereka saat mengantar sang Mama ke bandara.
“Non... kita mampir super market dulu ya.. ada beberapa yang harus dibeli.” Ucap sang pengasuh sambil menoleh ke belakang menatap Valexa dan Deondria
“Tenapa tidak tadi aja watu mo jemput..” teriak Deondria dengan lantang.
“Hmmm maksud saya mungkin Nona Nona sekalian mau beli es krim atau makanan kesukaan Nona Nona kan bisa pilih sendiri.” Ucap Sang pengasuh memberi alasan nya.
“Hmmm.” Desah resah mereka berdua. Sebab mereka merasakan ada alarm bahaya.
“Talo ngantal tita puyang duyu jimana, atu yaji nda mau es kim.. “ ucap Valexa mencoba bernegosiasi.
“Cuma bentar Non, sekalian biar tidak bolak balik, nanti Nanny pulang langsung ada kerjaan lainnya.” Ucap Sang pengasuh.
Dan akhirnya mobil pun masuk ke lokasi super market. Mobil penguntit pun mengikuti mobil mereka.
“Muntin tebetuyan caja..” ucap Deondria mencoba menenangkan sodara kembarnya yang tampak gelisah dan juga menenangkan hatinya sendiri yang sebenarnya juga turut gelisah.
Sang pengasuh segera turun dari mobil. Karena tubuh kedua bocah itu mendapatkan alarm bahaya maka keduanya tetap duduk manis di dalam mobil. Mereka berdua tidak mau turun. Sang pengasuh pun tampak heran sebab biasanya mereka berdua suka jika diajak belanja dan akan memilih makanan kesukaan mereka berdua.
Dan....
Baru saja sang pengasuh itu berjalan beberapa meter dan Pak Sopir pun belum juga mematikan mesin mobil nya. Tiba tiba pintu mobil bagian depan yang baru saja untuk turun oleh Sang pengasuh terbuka dengan keras dan masuk seorang laki laki bertubuh tinggi besar dan langsung menutup pintu mobil dan mengarahkan senjata tajam ke perut samping Pak Sopir yang masih bengong kaget.
“Jalankan mobil. Cepat!” perintah laki laki bertubuh tinggi besar itu. Sambil mengarahkan senjata tajamnya ke perut Pak Sopir.
“Dan kunci semua pintu dan jendela!” perintahnya lagi.
Dengan tangan gemetar Pak Sopir itu menjalankan semua perintahnya, mobil keluar dari lokasi super market. Laki laki bertubuh besar itu, tampak memakai sabuk pengamannya. Menoleh sebentar ke arah tempat duduk Valexa dan Deondria, tampak kedua bocah itu duduk dengan menyandarkan punggungnya di sandaran jok mobil.
“Turuti perintahku ke mana kamu harus membawa mobil ini ha... ha....” ucap laki laki bertubuh tinggi besar itu sambil tertawa dan kini tubuh dan pandangan matanya sudah terarah ke depan. Pak Sopir menganggukkan kepala dan tangannya masih terlihat gemetar, dahi dan pelipis nya sudah terlihat mulai berkeringat.
Mobil terus melaju meninggalkan lokasi super market. Dan mobil hitam yang tadi menguntit masih terparkir manis di tempat parkir super market. Masih ada dua orang yang berada di dalam mobil itu.
“Tidak usah kita ikuti mereka, aku rasa satu orang dengan tubuh besar dan kekar itu tidak kesulitan untuk menghadapi Pak sopir dan dua bocah kecil. Kita awasi saja pengasuh yang masih ada di super market, agar dia tidak lapor pada polisi.” Ucap seorang laki laki di dalam mobil hitam itu pada temannya yang masih duduk di jok kemudi.
“Aku lapor pada Bos Amel, kalau pekerjaan sudah terlaksana dengan baik.” Ucap nya lagi lalu dia mengambil hand phone nya dan selanjutnya terlihat mengusap usap layar hand phone nya untuk menghubungi Amelia.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 351 Episodes
Comments
Kinay naluw
emang pintu mobil ga di kunci pas pengasuh itu keluar mobil.
2023-07-29
2
Lina aja
beuh
2023-06-11
3
Nor Azlin
kemana para Bodyguard yah kenapa tidak menjaga anak2 ..kenapa hanya pengasuh & pak supir aja yah ...semoga aja makhluk pelindung mereka berdua beraksi buat mengerjain penjahat itu ya ...lanjut thor
2023-06-07
3