Waktu pun terus berlalu dan tiba saat nya Alexandria harus siap siap ke New York untuk urusan bisnis nya. Akhir nya dia harus berangkat dengan ditemani oleh sekretaris dan pengawal pribadi nya. Orang tua dan mertua nya juga sang suami tidak mengizinkan si kembar ikut dibawa.
“Atu akan cedih yama tidak becama Mama.” Ucap Valexa yang sejak tadi berada di dekat Alexandria
“Mama tayo cudah celece cepet puyang ya.” Ucap Deondria yang juga tidak jauh dari mereka.
“Iya Sayang, Aya dan Aca ingin oleh oleh apa?” tanya Alexandria sambil mengusap usap kepala kedua anak nya.
“Ga ingin apa apa Ma.” Jawab Valexa sambil menatap wajah Sang Mama dengan sendu.
“Hanya ingin Mama jaga diyi baik baik dan cepet puyang dengan celamat.” Ucap Deondria sambil menggeleyot di pangkuan Alexandria.
“Sudah siap Mama Sayang?” tanya Vadeo yang siap akan mengantar isterinya ke bandara.
“Harus siap Pa, sebenarnya tidak siap meninggalkan twins.” Ucap Alexandria sambil menciumi wajah ke dua anak nya.
“Atu juda tidak ciap Ma..” ucap Valexa dan Deondria secara bersamaan.
“Percayakan padaku, aku akan menjadi hot Papa.” Ucap Vadeo sambil memeluk tiga perempuan tercintanya.
“Ayo berangkat.” Ucap Vadeo lalu dia menggendong kedua puteri nya. Alexandria berjalan di samping mereka. Dua pengasuh Valexa dan Deondria tampak menarik koper Alexandria dan membawakan satu tas keperluan twins.
Mereka semua turun ke lantai bawah tampak Tuan dan Nyonya Jonathan sudah berdiri di bawah menunggu mereka. Sesampai di bawah Tuan dan Nyonya Jonathan memeluk Alexa dan memberi nasehat nasehat. Mereka berdua pun berjanji akan menjaga Valexa dan Deondria selama Alexa pergi tugas. Mereka semua lalu berjalan menuju ke pintu utama Mansion dan keluar dari pintu utama Mansion.
Tampak mobil sudah siap. Sang pengawal sudah berdiri di dekat mobil. Sedangkan Pak Sopir sudah standby di dalam mobil. Sedangkan sekretaris pribadi Alexandria langsung berangkat dari rumahnya ke bandara nanti ketemuan di bandara.
Mobil terus melaju menuju ke bandara, akan tetapi tiba tiba...
“Pa.. ada yang menituti tita loh..” suara Valexa dengan lantang.
“Siapa? tenang saja, ada Papa ada Mama dan ada Om pengawal.” Ucap Vadeo yang duduk memangku Valexa sambil mempererat pelukannya pada tubuh mungil Valexa.
“Papa tuh ceyayu tidak pelcaya .. “ ucap Deondria dengan santai
“Dia oyang jahat.” Ucap Valexa lagi dengan nada serius sambil menatap wajah Sang Papa.
“Ma...” ucap Vadeo sambil menoleh menatap Alexandria agar mengecek dengan menggunakan aplikasi nya.
“Mobing itam Ma adak dauh dayi tita.” Ucap Valexa lagi yang paham jika Sang Papa meminta sang Mama untuk mengecek dengan apa yang sudah dia katakan.
“Mungkin hanya kebetulan saja dia juga lewat jalan yang sama dengan kita.” Ucap Vadeo untuk menenangkan mereka berdua.
“Pasti dech endak pelcaya.” Ucap Aca dan Aya secara bersamaan sambil tangannya bersedekap di dada dengan bibir yang mengerucut ke depan. Vadeo yang gemas lalu menciumi kedua anaknya itu.
Alexandria yang sudah mengecek lewat aplikasi terlihat tampak tenang, sebab mobil hitam yang mengikuti dalam jarak jauh dan aman.
Mobil terus melaju menuju ke bandara. Dan beberapa menit kemudian mobil sudah memasuki lokasi bandara. Keluarga kecil Vadeo dan sang pengawal turun dari mobil. Tampak sang sekretaris pribadi Alexandria sudah berada di terminal keberangkatan, tampak juga keluarga William ada di sana. Mereka semua berjalan menyambut kedatangan keluarga kecil Vadeo.
Sesaat kemudian sudah tiba saat nya Alexa dan dua orang pengantarnya untuk masuk ke ruang cek in. Valexa dan Deondria memeluk erat sang Mama sambil menciumi pipinya dan tak ada tangis di antara mereka.
“Hati hati ya Ma...” ucap Vadeo bersamaan dengan suara Valexa dan Deondria. Mereka semua pun saling melambaikan tangan setelah Alexandria sudah berjalan menuju ke ruang cek in bersama sekretaris dan pengawal.
Setelah Alexa masuk ke dalam ruang cek in. Vadeo dan kedua anak nya berbincang bincang sejenak dengan keluarga William. Setelah itu mereka pulang ke mansion nya masing masing.
Valexa dan Deondria digendong oleh Sang Papa, meskipun mereka berdua tidak menangis akan tetapi ekspresi wajah nya tampak sedih.
Mobil Vadeo pun sudah kembali datang, dan mereka segera masuk ke dalam mobil. Mobil terus melaju untuk kembali ke mansion.
“Sayang apa masih ada yang mengikuti kita?” tanya Vadeo yang duduk diapit oleh kedua anak nya.
“He.. He... endak ada yadi Papa cayangku...” ucap Valexa sambil tertawa kecil dan tangan mungilnya memeluk Sang Papa.
“Berarti tadi hanya kebetulan saja mobil hitam itu lewat di jalan yang sama dengan jalan yang kita lewati.” Ucap Vadeo sambil mengecup puncak kepala dua anak nya itu.
“Tapi dia oyang jahat.” Ucap Deondria sambil menoleh dan mendongak menatap wajah Sang Papa.
“Ada Papa di sini.” Ucap Vadeo sambil memeluk kedua anak nya itu.
“Pa, kacian Mama ya tidak ada yang peyuk.” Ucap Deondria lagi.
“Iya kita peluk dari jauh ya.” Ucap Vadeo yang tiba tiba kangen dengan istri nya yang baru beberapa menit berpisah.
Sementara itu di sebuah hotel berbintang. Richie masih duduk di sofa sambil menelepon beberapa orang suruhan nya untuk mengerjakan tugas tugas nya. Termasuk untuk observasi tempat sekolah Valexa dan Deondria maupun mansion Jonathan dan mansion Willam. Semua tempat yang biasa disinggahi oleh kedua anak itu.
Setelah mendapat laporan Richie memutus sambungan teleponnya lalu menaruh hand phone nya lagi ke dalam saku kemeja nya.
Sesaat ada dering suara dari hand phone Richie yang baru saja dimasukkan ke dalam saku kemeja nya itu. Richie pun segera mengambil lagi hand phone nya, dan saat di lihat di layar tertera nama kontak Amelia sedang melakukan panggilan suara. Richie pun dengan segera menggeser tombol hijau.
“Rich berita bagus, orang yang aku kirim untuk memata mata i mereka, baru saja melaporkan katanya Alexandria pergi ke luar negeri anak anak nya tidak diajak.” Suara Amelia di balik hand phone Richie dengan nada senang.
“Ha.. ha... bagus itu nanti saat menculik mereka bisa untuk alasan menyusul Mama nya pasti mereka akan mudah ikut kamu.” Ucap Richie sambil tertawa.
“Jadi aku yang harus mengeksekusi mereka.” Ucap Amelia meminta kepastian.
“Iya, katanya kamu menginginkan Papa nya.” Ucap Richie dengan santai, dia sudah tahu jika Amelia pengagum Vadeo sejak lama akan tetapi tidak tergapai.
“Apa tidak ada orang lain, aku di belakang layar saja Rich.” Ucap Amelia karena dia tidak mau terlihat jahat di depan Valexa dan Deondria apalagi Vadeo.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 351 Episodes
Comments
Kinay naluw
ays rencana begitu mana bisa berhasil.
2023-07-29
2
✍️⃞⃟𝑹𝑨🤎ᴹᴿˢ᭄мαмι.Ɱυɳιαɾ HIAT
masih nyimak thor
2023-05-04
2