Mobil Vadeo sudah memasuki halaman rumah sakit milik kepolisian itu. Tuan Jonathan yang sudah tidak sabar ingin melihat kondisi kedua cucunya minta diturunkan di depan pintu tidak mau ikut Vadeo yang masih akan memarkirkan mobil nya.
Tuan Jonathan segera melangkah menuju ke dalam bagian informasi pasien sedangkan Vadeo masih menjalankan mobil nya ke tempat parkir.
Tuan Jonathan sudah menanyakan pada bagian informasi akan tetapi belum mendapatkan jawaban yang memuaskan hatinya. Tuan Jonathan pun masih berdiri menunggu Vadeo.
Beberapa menit kemudian.
“Bagaimana Pa?” tanya Vadeo sambil berjalan tergopoh gopoh menuju ke bagian informasi dan menghampiri Papa nya, Tuan Jonathan yang ekspresi wajah nya masih terlihat gelisah.
“Yang dua orang laki laki dewasa di dalam mobil masuk ke ruang ICU. Kedua anak di dalam mobil masih dalam pemeriksaan.” Jawab Tuan Jonathan dengan nada cemas.
“Katanya ada kemungkinan Valexa dan Deondria harus dirujuk ke rumah sakit yang biasa menangani mereka.” Ucap Tuan Jonathan lagi. Vadeo tampak wajahnya semakin panik.
“Mereka menunggu id card mu.” Ucap Tuan Jonathan selanjutnya. Dan Vadeo pun segera melangkah menuju ke meja bagian informasi, setelah menunjukkan kartu identitasnya satu orang petugas di rumah sakit itu mempersilahkan Vadeo dan Tuan Jonathan mengikuti diri nya.
Beberapa saat mereka sudah sampai di depan ruang pemeriksaan khusus pasien anak.
“Silahkan Tuan masuk, sudah ditunggu Dokter.” Ucap petugas yang mengantar itu sambil menekan bel yang ada di dekat pintu.
Tidak lama kemudian pintu di ruangan itu sedikit terbuka. Tuan Jonathan dan Vadeo yang sudah tidak sabar segera masuk ke dalam ruang tersebut bahkan mereka berdua berebut untuk masuk pintu lebih dulu.
Dan betapa kagetnya Vadeo dan Tuan Jonathan, sangat masuk ke dalam ruang periksa itu, tampak Dokter sedang menatap layar lap top dan memijit mijit pelipis nya, dan di depan nya duduk seorang laki laki memakai seragam polisi. Sedangkan kedua anak nya Valexa dan Deondria duduk di pangkuan dua orang perempuan yang memakai baju sergam polisi dan kedua tangan Valexa dan Deondria masing masing sibuk memegang cup besar es krim dan tangan perempuan perempuan yang memakai seragam polisi itu pun turut membantu memegangkan cup es krim itu. Mulut mungil kedua bocah itu pun belepotan es krim yang berwarna coklat dan pink. Mereka memang memilih es krim rasa coklat dan stroberi.
“Aca, Aya..” ucap Vadeo sambil melangkah mendekati kedua anaknya. Sedangkan Tuan Jonathan mendekati Sang Dokter.
“Papa....” teriak mereka berdua dengan senyuman di wajahnya.
“Pa mobing tita yucak.” Ucap Valexa sambil menatap Sang Papa.
“Pak coping catit, oyang dahat nya duda catit..” saut Deondria sambil masih sibuk menyendok es krim nya.
“Bagaimana dengan kalian nak?” tanya Vadeo sambil memeriksa seluruh tubuh anaknya.
“Pa biyang cama poyici dan Pak dokteng ciapa namatu..” teriak Valexa sambil menatap wajah Sang Papa
“Atu cudah biyang namatu vayeca wiemina donatan.. mayah dibiyang donat.. Cebel.” Ucap Valexa selanjutnya dengan nada kesal lalu menyendok lagi es krim nya.
“Atu duda cudah biyang namatu deyondiya wiemita donatan.. meyeka calah calah teyus.” Saut Deondria sambil menatap Sang Papa juga.
“Kalian kan sudah bisa nulis nama kalian kenapa tidak minta pena dan kertas buat nulis nama kalian..” Ucap Vadeo sambil tersenyum.
“Ooo iya Pa... yupa..” ucap Valexa sambil tersenyum lebar.
“Abisna cudah ada es kim cih...” sambung Deondria lalu memasukkan satu sendok es krim ke dalam mulut mungil nya.
Dua orang polisi wanita yang memangku dua bocah itu hanya tersenyum gemas dan juga curi curi pandang menatap wajah Vadeo yang masih mengecek tubuh anaknya.
“Sepertinya tubuh kalian baik baik saja. Apa ada yang dirasa sakit?” tanya Vadeo yang sudah berdiri sambil menatap kedua anaknya yang masih asyik makan es krim. Kedua anak itu hanya geleng geleng kepala.
Vadeo lalu mengambil tas mungil milik salah satu anaknya yang ada di samping tempat duduk polisi wanita. Vadeo membuka retsleting tas itu dan mengambil tisue yang ada di dalam tas itu. Vadeo pun lalu mengelap dua mulut mungil anaknya yang belepotan.
Setelah bersih dan yakin tubuh anaknya baik baik Vadeo berjalan menuju ke meja Sang Dokter. Tampak Tuan Jonathan, Pak Dokter dan Pak Polisi masih berbincang bincang.
“Silahkan duduk Tuan.” Ucap Pak Dokter sambil menarik satu kursi lipat dan di berikan pada Vadeo. Vadeo pun menerima kursi itu lalu dia duduk di depan meja Pak Dokter dan tidak jauh dari Tuan Jonathan dan Pak Polisi.
“Tuan, saya sudah memeriksa semua organ anak anak Tuan, tetapi kami tidak mendapatkan masalah apa pun juga pada tubuh mereka. Padahal menurut keterangan dari Pak Polisi, dia menemukan dua anak itu posisinya terjatuh di dalam lantai mobil bahkan terjepit oleh jok mobil. Kaca jendela mobil juga pecah.” Ucap Pak Dokter dengan nada serius sambil menatap Vadeo.
“Benar Tuan, saya yang mengevakuasi mereka. Mereka berdua tidak menangis hanya berteriak teriak menyuruh saya segera memanggil ambulance untuk membawa pak coping. Sambil menunjuk ke pak sopir yang tidak sadarkan diri itu.” Ucap Pak Polisi menambahkan.
“Maka saran saya, segera bawa mereka pada dokter dan rumah sakit yang biasa menangani mereka.” Ucap Dokter sambil menatap Vadeo dan Tuan Jonathan kemudian menatap Valexa dan Deondria yang masih nyaman duduk di pangkuan ibu ibu polisi sambil menikmati es krim nya.
“Terus bagaimana dengan sopir kami, dan bagaimana cerita nya sampai kecelakaan itu terjadi?” tanya Vadeo sambil menatap Pak Dokter lalu berganti menatap Pak Polisi.
“Sopir dan satu orang laki laki yang berada di jok samping Pak Sopir masih di ruang ICU. Mereka belum sadar.” Ucap Pak Dokter.
“Yang saya lihat mobil jalannya sudah oleng lalu menabrak pembatas jalan. Sepertinya Pak Sopir dalam sebuah tekanan, kalau menurut cerita kedua anak itu yang mengatakan laki laki di samping Pak Sopir adalah penculik dan orang jahat. Mereka juga mengatakan jika laki laki itu mengancam mereka dan Pak Sopir dengan pisau. Dan barang bukti itu sudah kami amankan.” Ucap Pak Polisi itu memberi penjelasan pada Vadeo, Tuan Jonathan yang tadi sudah bertanya hanya diam saja.
“Nanny itu tayo dibiyangi cama anak tecing endak nuyut..” teriak Deondria dengan bibir mengerucut saat mendengarkan ucapan Pak Polisi.
“Iya tita tan cudah biyang lancung puyang aja ndak ucah mamping mamping. Ngeyeng..” tambah Valexa dengan nada kesal.
Sesaat tiba tiba hand phone di saku Pak Dokter berdering. Pak Dokter segera mengambil hand phone dan melihat di layar hand phone nya tertera nama kontak perawat yang menjaga ruang ICU. Pak Dokter segera menggeser tombol hijau.
“Baik, akan saya sampaikan.” Ucap Pak Dokter lalu memutus sambungan telepon nya.
“Perawat meminta Tuan Vadeo untuk ke ruang ICU mungkin ada suatu hal yang ingin disampaikan oleh Dokter yang menangani Pak Sopir.” Ucap Pak Dokter sambil menatap wajah Vadeo.
“Dan tolong segera bawa anak anak Anda ke rumah sakit rujukan.” Ucap Pak Dokter sambil menyerahkan surat rujukan.
“Deo apa aku yang mengantar mereka ke rumah sakit rujukan.” Ucap Tuan Jonathan sambil menatap Vadeo sebab dia ingin segera memastikan kesehatan cucu cucu nya tidak ingin ada masalah di organ dalam nya nanti.
“Atu mo liyat pak coping duyu..” ucap dua bocah itu sambil meloncat dari pangkuan dua polisi wanita itu. Sampai sampai kedua polisi wanita itu kaget untung es krim sudah habis jadi tidak ada yang tumplek.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 351 Episodes
Comments
Rianti Dumai
hadeuh bikin t'ke²ke² sie cadel donat,,😅🤣
2024-04-12
0
💐Nie Surtian💐
😀😀😀
2024-03-01
1
Nia Sulistyowati
kalo lagi baca sesi nya aca dan aya jadi suka ikutan cadel🤣
2024-02-15
1