Amelia yang masih di rumahnya tertawa bahagia di saat orang suruhan nya sudah memberikan laporan jika mobil yang membawa dua anak Alexandria sudah dia bajak.
Amelia pun segera mengambil hand phone nya. Dengan segera dia mengusap usap layar hand phone nya mencari nama kontak Richie dia akan melakukan panggilan suara untuk melaporkan hasil kerjanya.
Sesaat kemudian...
“Apa Mel?” suara Richie dibalik hand phone Amelia.
“Rich sudah berhasil orang suruhanku sudah membajak mobil mereka, aku suruh mereka dibawa ke hotel tempat mu berada.” Ucap Amel dengan nada suara bahagia.
“Ha... ha... kamu memang hebat Mel, tidak sia sia aku mengajak kamu bekerja sama.” Ucap Richie dengan nada senang.
“Asal jangan lupa cepat kirim barang yang aku pesan.” Ucap Amelia dengan nada serius.
“Hmmm apa kamu memerlukan barang itu.. datanglah ke hotel tempat aku menginap, kita nikmati bersama..” ucap Richie dengan bibir tersenyum meskipun Amelia tidak melihat senyumannya sebab mereka hanya melakukan panggilan suara bukan panggilan video.
“Ha... ha... Richie Richie aku tidak memerlukan barang itu, tetapi aku memerlukan uang yang dihasilkan dari barang itu...” ucap Amelia sambil tertawa
“Kamu memang pintar Amelia...” ucap Richie
“Sama seperti kamu...” ucap Amelia sambil tersenyum.
“Okey kamu tunggu saja dua bocah itu, dan segera kamu bawa ke negaramu. Dan setelah itu Vadeo pasti akan stres dan aku akan masuk ke dalam kehidupan Vadeo. Ha... ha..... ha....” suara tawa Amelia bahagia tidak terkira.
“Jangan lupa kirim cepat barang itu ke rumah ku. Aku sedang butuh banyak uang.” Ucap Amel lagi lalu dia memutus sambungan teleponnya.
Sementara itu mobil yang membawa Valexa dan Deondria terus melaju sesuai dengan arahan laki laki bertubuh besar dan tinggi yang duduk di samping jok kemudi.
Valexa dan Deondria tampak saling menoleh dan saling mengedipkan ke dua mata nya.
Beberapa saat kemudian dua bocah itu menangis dengan keras nya. Pak Sopir semakin gemetar dan tidak bisa berkonsentrasi. Laki laki yang bertubuh tinggi dan besar itu pun tampak mulai emosi mendengar suara tangis kedua bocah itu yang memekakkan telinganya.
“Hei jangan menangis!” teriak laki laki bertubuh besar dan tinggi itu sambil menoleh ke arah belakang, tidak lupa dia mengarahkan senjata tajamnya pada tubuh mungil kedua bocah itu. Dan tangis Valexa dan Deondria pun semakin keras dan melengking.
“Hah.. telingaku bisa budek suara tangisnya bagai sangkakala penjemput maut!” teriak laki laki itu yang tidak kuat dengan suara lengking tangis Valexa dan Deondria, dia pun spontan menutup kedua telinga nya dengan kedua tangannya, dan secara tidak sadar senjata tajam yang tadi di dalam genggaman tangannya terjatuh. Masih dengan suara tangisan yang keras dan melengking, Valexa dengan cepat turun dari jok dan tangan mungilnya mengambil senjata tajam itu. Dan setelah dia amankan. Valexa yang tadi duduk di belakang jok laki laki bertubuh besar dan tinggi itu, dari belakang Valexa menarik sabuk pengaman yang ada ditubuh laki laki bertubuh besar dan tinggi itu dan menjerat pada leher laki laki itu. Tidak lupa dia dan Deondria masih menangis dengan keras dan melengking.
“Jaaaalaaankan teeerus moooobilnya, meeeenuju staaaar hoootel.” Suara laki laki itu dengan susah payah karena jeratan di leher yang tidak dia duga. Pak sopir terlihat masih gemetar ketakutan.
Laki laki itu tampak stres dan kebingungan karena sakit di telinga karena suara tangis kedua bocah itu dan sakit leher akibat jeratan sabuk pengaman.
Sedangkan Deondria dengan segera tangan mungilnya yang memiliki kekuatan lebih memecah jendela mobil nya agar mendapatkan perhatian orang orang di luar, sambil berteriak teriak minta tolong..
“Toyong.... toyong... atu dicuyik....!” teriak Deondria dengan lantang. Sementara Valexa masih menarik erat sabuk pengaman agar menjerat leher laki laki itu sebab tangan laki laki itu sudah mulai berusaha untuk melawan Valexa. Dia berusaha untuk melepas tangan mungil Valexa yang menarik sabuk pengamannya.
Sedangkan Pak Sopir yang gemetaran semakin bingung dia tidak bisa berkonsentrasi dalam mengemudikan mobilnya. Tubuhnya terasa lemas tidak berdaya. Menginjak rem pun tidak kuasa.
“Toyong.... Toyong....” teriak Deondria lagi beberapa orang pengendara pun mulai melihat mobil jalannya oleng membawa yang anak kecil berteriak teriak. Ada satu dua motor yang turut mengejar mereka, namun belum juga menolong mereka masih melihat lihat apa penculiknya membahayakan. Karena takut penculik membawa senjata api.
“Toyong... Toyong ... Toyong atuuuuuuu....!” teriak Deondria tidak putus asa.
“Jaaalan terus jaaaangan berhenti.” Suara laki laki itu masih dengan susah, namun kini dia bisa sedikit membalikkan tubuh nya, tangannya berusaha untuk meraih kepala Valexa.
Dan sesaat mobil itu melewati pos polisi dan polisi yang sedang berjaga pun melihat teriakan anak kecil dan mobil yang jalannya sedikit oleng. Dengan segera polisi lalu lintas itu mengejar mobil yang membawa Valexa dan Deondria. Pak Polisi pun menginformasikan pada temannya agar segera menyusul.
Sementara itu di tempat lain di gedung Jonathan Co, yang tepatnya di ruang kerja Vadeo. Tampak Vadeo gelisah di tempat di tempat duduknya. Opa Jo yang juga berada di dalam ruang itu melihat kegelisahan anak laki laki nya.
“Apa ada masalah dengan pekerjaanmu Deo?” Tanya Opa Jo sambil menatap Vadeo yang masih terlihat gelisah.
“Tidak Pa, semua okey okey saja..” jawab Vadeo.
“Aku lihat kamu gelisah apa ada kabar dari Alexa?” tanya Opa Jo lagi.
“Alexa baik baik Pa.” Jawab Vadeo
“Terus apa yang membuat hatimu gelisah?” tanya Opa Jo yang masih ingin tahu.
“Entahlah, di pelupuk mataku hanya ada Valexa dan Deondria.” Jawab Vadeo terus terang, hati nya saat ini memang tidak tenang tiba tiba dia kepikiran pada kedua anaknya dan sosok kedua anaknya terbayang bayang di pelupuk mata nya. Baru saja Vadeo selesai berbicara.
Tiba tiba terdengar suara dering di hand phone Vadeo yang berada di atas meja kerja nya. Vadeo segera meraih hand phone nya saat dilihat di layar hand phone nya tertera nama kontak Sang pengasuh melakukan panggilan suara.
“Ada masalah apa.” Gumam Vadeo dalam hati sambil menggeser tombol hijau..
“Tuan... Nona.. Nona .. hilang...” suara sang pengasuh dengan nada khawatir dan takut dari balik hand phone Vadeo
“Hah? Bagai mana bisa hilang? Kamu di mana? Pak Sopir di mana?” tanya Vadeo dengan kaget. Tuan Jonathan yang mendengar suara Vadeo pun menghentikan pekerjaan nya dan menatap Vadeo tidak lupa memasang telinganya.
“Saya di super market, mobil tidak ada, pak sopir tidak ada kedua Nona tidak ada. Saya sudah mengecek di CCTV super market ada laki laki asing masuk ke dalam mobil tidak lama saya keluar dari mobil tadi. Dan mobil pergi keluar halaman super market.” Jawab sang pengasuh
“Maaf Tuan, tadi saya mau nya cepet cepet sampai tidak menoleh menoleh langsung berjalan masuk ke super market karena Nona Nona tidak mau ikut mau cepet cepet pulang.” Ucap sang pengasuh lagi karena tadi memang dia setelah keluar dari mobil langsung berjalan cepat masuk ke super market tanpa menoleh lagi ke belakang.
“Laki laki asing?” tanya Vadeo dengan mengeryitkan dahinya.
“Iya Tuan, laki laki itu dari rekaman CCTV keluar dari mobil hitam yang masuk ke tempat parkir tidak lama dari mobil kita, tetapi sekarang mobil hitam itu juga sudah tidak ada Tuan.” Jawab sang pengasuh.
“Kamu pulang naik taxi. Aku tanya Oma Jo apa mereka sudah pulang atau belum.” Ucap Vadeo lalu dia memutus sambungan teleponnya.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 351 Episodes
Comments
Rianti Dumai
kata'a ada jurus sangkakala maut,,,tapi kok Mala kecelakaan piye sie Thor,,,
2024-04-12
1
Kinay naluw
aku gemes sama sopirnya, kan sudah ga di todong senjata tajam kok bukan berhentikan mobil malah jalan terus, pecat aja sopir ga guna.
2023-07-29
6
Ilan Irliana
emnk g ada Bodyguard gt y....haaiisss..
2023-06-01
3