Untung saja tidak memakan waktu terlalu lama untuk tiba di Antasena Group. Mobil berhenti tepat di depan pintu masuk.
Tubuh Freya membeku.
Padahal ia sudah meminta agar diturunkan satu blok sebelum tiba di kantor, tapi dengan dua kata “terus jalan” dari Pak Pram, sang sopir pun tidak menggubris permintaannya.
Sekarang ... apa yang harus ia lakukan? Tidak mungkin ia terlihat turun dari mobil Pak Pram, ‘kan?
Freya sudah hampir menangis ketika Pramudya membuka pintu mobil dan turun dengan santai.
Dari balik kaca, ia dapat melihat bahwa Pak Bayu, Sekretaris Kikan dan beberapa orang penting lainnya sedang menyambut Pak Pram di pintu masuk. Ia menyusutkan tubuhnya seperti bola dan menempel di sisi paling ujung, berharap tidak ada orang yang menyadari kehadirannya di dalam mobil itu.
Sialnya, Pak Pram justru menoleh ke belakang dengan ekspresi tidak senang dan menegur dengan suaranya yang dingin dan acuh tak acuh, “Masih tidak mau turun?”
Wajah Freya pias. Pak Pram sengaja mencelakainya, ya? Bisa-bisanya dia ....
Dasar brengsek!
Egois!
Keras kepala!
Arogan!
Berdarah dingin!
Sambil bergeser untuk membuka pintu dan melangkah turun, Freya menyumpahi Pak Pram dalam hati. Rasanya ia ingin berlari keluar dan mematahkan batang leher pria itu. Benar-benar suka menindas!
Selain Pak Bayu dan Sekretaris Kikan yang sudah mengetahui masalah pernikahan itu, hampir semua orang yang ada di dekat pintu masuk terkesiap. Mereka menatap Freya dari ujung rambut sampai ujung kaki, tapi tidak ada yang berani menanyainya, apalagi bertanya kepada Pak Pram.
He-he ... bercanda ... mau cari mati, ya?
Lebih baik pura-pura tidak lihat saja.
Orang-orang itu segera menunduk dan bersikap seolah tidak terjadi apa-apa.
Sekretaris Kikan dengan cepat kembali bersikap profesional dan menegur Freya, “Kudengar kamu sakit dua hari ini, apa sudah merasa lebih baik?”
Freya yang berniat diam-diam menyelinap pergi mendadak berhenti.
Ia menoleh dan tersenyum dengan canggung sebelum menjawab, “Sudah lebih baik ... terima kasih. Um, saya pamit dulu ....”
“Tidak perlu melapor ke bagian HRD, kamu langsung ikut ke kantor CEO Pram saja. Mulai hari ini kamu menjadi sekretaris pribadinya,” ucap Bayu sambil tersenyum penuh arti.
Sahabatnya yang seperti balok es itu entah kenapa tadi pagi-pagi sekali tiba-tiba menelepon dan memintanya menyiapkan kursi dan meja untuk calon istrinya, khusus diletakkan di dalam kantornya.
Freya yang mendengar perintah itu terlalu terkejut untuk merespon.
Sekretaris pribadi? Lalu ... Sekretaris Kikan ....
Ia ingin mengatakan sesuatu, tapi Pak Pramudya telah lebih dulu berjalan pergi. Otomatis serombongan orang itu pun mengikutinya dari belakang.
Freya menahan semua pertanyaan dalam benaknya dan ikut melangkah. Ia tidak mengerti, sebenarnya apa yang sedang terjadi?
Sekilas ia dapat melihat dari sudut matanya, beberapa karyawan yang berdiri di sisi kiri dan kanan berpaling dan berbisik-bisik ketika ia lewat.
Tanpa diberi tahu pun ia sudah bisa menebak apa yang sedang mereka gosipkan. Tentu saja itu adalah dirinya yang menjadi pusat pembicaraan. Seorang office girl yang baru masuk kerja satu hari, lalu mendadak diangkat menjadi sekretaris pribadi meskipun tidak masuk kerja tanpa kabar selama dua hari.
Siapa yang akan percaya jika diberitahu bahwa kenaikan jabatan itu terjadi karena hasil kerja kerasnya?
Tidak ada yang akan percaya!
Ia sendiri pun akan bergosip jika ada rekan kerjanya yang naik posisi hanya dalam tiga hari. Oleh sebab itu, ia mengabaikan semua tatapan penuh rasa ingin tahu itu dan mengikuti di belakang romongan Pak Pram dengan tenang.
Rombongan itu berhenti di depan lift. Pak Pram lebih dulu masuk diikuti oleh Pak Bayu dan Sekretaris Kikan. Lalu beberapa orang lainnya ikut masuk sehingga lift langsung penuh.
Pramudya mengernyitkan keningnya ketika melihat Freya tertinggal di luar bersama tiga orang pria.
Ia melirik Bayu dengan dingin dan berkata, “Keluar.”
Untung saja Bayu langsung mengerti maksud sahabatnya. Ia menekan tombol tunggu dan bergegas keluar.
“Silakan, Nyonya Muda,” ucapnya sembari menyeringai lebar.
Haaa ....
Apa???
Rahang semua orang hampir jatuh.
Apa maksud wakil CEO dengan sapaan Nyonya Muda barusan?
Gadis tukang bersih-bersih itu tidak mungkin telah menikah dengan CEO mereka yang seperti gunung es, kan?
Sang dewa penyendiri akhirnya bersedia untuk menikah? Tapi ... kenapa pernikahan ini terasa aneh?
Seorang kepala divisi dengan panik menekan tombol tunggu berulang-ulang agar pintu lift tidak tertutup. Saat ini situasinya benar-benar mendebarkan. Ia tidak berani membuat kesalahan.
“Sampai kapan mau berdiri di situ? Tidak mau masuk?” tegur Pramudya dengan mata menyipit. Respon gadis konyol itu sangat buruk. Ia harus mengutus seseorang untuk mengajari istrinya dengan benar.
Sebenarnya, ia tidak keberatan Bayu memanggil gadis konyol itu seperti itu. Toh, mereka telah mengambil akta nikah. Sudah seharusnya dia ini dipanggil dengan sebutan Nyonya oleh semua orang.
Lagipula resepsi akan diadakan beberapa hari lagi. Cepat atau lambat semua orang akan tahu. Tidak masalah membuat sedikit keributan sebelum hari-H.
Freya yang masih membeku dan tidak tahu harus melakukan apa akhirnya tersadar. Tadinya ia pikir Pak Pram akan memarahi Pak Bayu di depan semua orang dan menyangkalnya. Tapi, pria itu justru menegurnya seperti ini ... seolah-olah menegaskan bahwa tidak ada yang salah dengan ucapan Pak Bayu.
Ini ... bagaimana ini?
Semua orang langsung menyingkir ketika Freya melangkah masuk. Bahkan Sekretaris Kikan yang tadinya berdiri di samping Pak Pram pun bergeser, mempersilakan Freya untuk mengambil tempatnya.
Kaki dan tangan Freya berkeringat dingin. Ruangan di dalam lift terlalu sempit. Lengannya tak sengaja bersentuhan dengan lengan Pak Pram. Pria itu tidak menghindar, tetap berdiri dengan tenang hingga lift berhenti di lantai 102.
Pramudya lebih dulu melangkah keluar, disusul orang-orang yang lain. Freya berjalan keluar paling belakang. Ia pikir Pak Pram akan langsung pergi ke ruang rapat. Namun, pria itu berhenti beberapa langkah di depan, terlihat seperti sedang menunggu dirinya.
“Tunggu aku di kantor,” ucapnya sebelum berbalik dan kembali berjalan pergi tanpa menunggu respon Freya.
Perlakuan itu membuat semua orang yakin bahwa ucapan Pak Bayu di lantai bawah tadi bukan main-main. CEO mereka tidak pernah dekat kepada wanita mana pun, apalagi bersikap baik dan perhatian seperti ini.
Meskipun kalimat yang diucapkannya sangat singkat dengan ekspresi yang sangat datar, itu adalah sebuah berkah. Tidak pernah ada seorang pun yang pernah menerima perlakuan “seramah” itu dari sang CEO.
Orang-orang itu diam-diam mengingatkan diri dalam hati agar tidak bersikap sembrono kepada Nyonya mereka di masa depan. Kalau tidak, mereka mungkin tidak hanya akan kehilangan pekerjaan, tapi juga kepala dan nyawa mereka.
Siapa yang tidak tahu kekejaman dan ketegasan CEO Pram? Jika masih ingin hidup, sebaiknya berhati-hati ... jangan sampai salah bicara ....
***
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 159 Episodes
Comments
rayy syiiruup
sekantor senam jantung semua
2024-03-22
0
rayy syiiruup
benar2 bekerja dengan saaangat keras
2024-03-22
0
Praised94
terima kasih 👍
2024-02-14
0