Setelah dirawat selama dua hari, Pramudya dan Freya akhirnya diperbolehkan pulang. Selama dua hari tinggal di rumah sakit, meskipun ruang perawatan mereka bersebelahan, Freya tidak banyak berinteraksi dengan Pram.
Ketika Pramudya Antasena mendatangi bangsalnya dan ia menanyakan mengapa pria itu tidak pergi kerja, itu adalah kunjungan yang pertama dan terakhir kali. Pria itu tidak pernah datang lagi, tapi Pak Bayu secara berkala datang dan menanyakan kondisinya. Namun, Freya merasa tidak ada yang perlu diributkan. Toh, sebenarnya status mereka hanya di atas kertas perjanjian belaka.
Karena tidak membawa apa pun saat dirawat, Freya tidak perlu merapikan banyak barang saat keluar. Ia hanya membawa ponsel dan beberapa pasang pakaian yang diberikan oleh Pak Bayu. Ia bersikeras untuk membayar seharga pakaian-pakaian itu, tapi Pak Bayu mengatakan bahwa pakaian itu adalah kompensasi karena telah ikut terluka dalam serangan yang ditujukan kepada Pramudya. Pada akhirnya Freya hanya terdiam dan menerima pemberian itu tanpa mengatakan apa-apa lagi. Ia tidak ingin berdebat dengan pria itu. Sangat melelahkan.
“Nona, Pramudya memintaku untuk mengantarmu pulang.”
Freya menoleh dan mendapati Bayu telah berdiri di depan pintu yang sedikit terbuka. Ia tersenyum dan melambaikan tangan sambil berkata, “Pak Bayu tidak perlu repot. Saya sudah memesan taksi online. Sebentar lagi sampai.”
“Dia mengatakan bahwa sebaiknya mulai hari ini kamu tinggal di mansionnya, Nona,” jelas Bayu. Ia diam-diam menahan senyum. Ini adalah langkah bagus. Pramudya tidak pernah mengundang wanita mana pun untuk tinggal dengannya.
“APA?”
“Untuk menghindari terjadinya hal-hal yang tidak diinginkan, aku rasa saran itu sangat masuk akal. Selain itu, kalian bisa menjalin interaksi sehingga nantinya tidak akan terlihat kaku di depan orang-orang saat hari pernikahan. Oh, jangan lupa, kalian juga belum menyiapkan skenario untuk pernikahan yang mendadak ini, berjaga-jaga jika ada yang bertanya.” Bayu mengulas senyum simpul setelah mengucapkan kalimat itu. Ia sudah tidak sabar melihat bagaimana sahabatnya yang sedingin balok es itu berhadapan dengan gadis konyol ini setiap hari.
Freya menatap pria yang baru saja berbicara panjang lebar itu dengan tatapan kosong. Pak Bayu sangat berbeda dengan Pak Pram yang seperti es batu, sangat irit bicara, tapi sekalinya bicara pasti hanya akan melontarkan kata-kata pedas dan tidak berperasaan. Namun, pria yang terlalu banyak bicara seperti ini juga membuatnya sakit kepala.
“Nona?” panggil Bayu ketika melihat Freya hanya terbengong menatapnya.
“Eh?”
“Aku rasa sebaiknya kamu batalkan taksi online itu sebelum dia sampai di sini.”
“Oh ....” Freya buru-buru mengambil ponselnya dan melakukan pembatalan. Ia mengklik “oke” ketika muncul notifikasi bahwa ongkos akan tetap terpotong karena pembatalan dilakukan setelah driver tiba di lokasi.
Setelah membatalakan taksi itu, Freya baru teringat kalau barang-barangnya masih ada di tempat kontrakannya. Ia tidak mungkin pindah tanpa membawa apa-apa. Sial. Uangnya terbuang percuma. Sekarang ia harus membayar taksi lagi untuk kembali ke kontrakan.
Ia tersenyum kecut dan berkata, “Aku tetap harus kembali ke kontrakan untuk mengambil barang-barangku di sana.”
“Tidak perlu. Aku akan membelikan yang baru.”
Punggung Freya terasa dingin ketika mendengar suara yang dalam dan acuh tak acuh itu. Ia membalikkan tubuhnya dengan kaku dan menatap sang pemilik suara yang sedang melihat ke arahnya dengan sepasang mata yang tajam dan cemerlang.
Sial. Sejak kapan pria itu berdiri di sana? Kenapa tidak ada suara sama sekali? Seperti hantu saja.
Freya memaki dalam hati, tetapi wajahnya tetap memaksakan seulas senyum yang terlihat lebih jelek daripada ketika ia menangis. Ia ingat bahwa dirinya sudah berjanji untuk menjaga jarak dengan Pramudya Antasena, tapi dua hari lalu ia justru menempel dengan tidak tahu malu di tangan pria itu hanya agar dia tidak pergi dari rumah sakit.
Freya menghela napas dalam diam. Otaknya yang tidak sinkron dengan tindakannya membuatnya frustasi. Sama seperti saat ini. Tadinya ia ingin bersikeras untuk pulang dan mengambil barang-barangnya, tapi hanya dengan satu teguran telah membuat mulutnya membisu. Memang tidak berguna.
Pada akhirnya ia hanya dapat menyapa dengan enggan, “Pak Pram.”
“Hm.”
Kedua orang itu bertukar pandang. Satunya dingin dan memberi aura menindas, yang satu tidak tahu harus mengatakan apa. Bayu berdiri di tengah-tengah dan menatap keduanya bergantian.
“Haish. Kalian berdua benar-benar ... setidaknya jangan terlalu kaku sampai-sampai orang akan menyangka kalian berdua baru pertama kali bertemu.” Bayu menggerutu dan menghampiri Pram. Ia menaikkan tangan dan menyentuh pipi Pramudya, menariknya ke sisi kanan dan kiri sehingga mulut sahabatnya itu melengkung dengan cara yang sedikit aneh.
“Nah, banyak-banyaklah tersenyum seperti itu.”
Ia lalu berbalik dan menghadap Freya. “Dan kamu ... jangan terintimidasi olehnya. Kamu harus kuat. Biarkan pesonamu terpancar dengan jelas di hadapan semua orang. Tunjukkan bahwa kamu pantas menjadi Nyonya Antasena.”
Freya menahan keinginan yang kuat untuk memutar bola matanya dan mencibir. Pesona apanya? Nyonya Antasena apanya? Jelas-jelas ini hanya pura-pura!
“Kamu terlalu banyak bicara!” Pram mendengkus dan melirik sinis ke arah Bayu. “Cepat urus.”
Tanpa menunggu respon Bayu, Pramudya berbalik dan berjalan menuju pintu. Namun, setelah tiga langkah, ia menoleh ke belakang dan melirik ke arah Freya.
“Masih diam di situ?”
Freya mengetatkan kepalan tangannya dan menatap Bayu, tapi pria itu hanya mengangkat kedua bahunya seolah-seolah mengatakan bahwa ia pun tidak bisa berbuat apa-apa jika Pramudya Antasena telah memberikan titah.
Pada akhirnya Freya hanya bisa mengembuskan napasnya, lalu mengerucutkan bibirnya. Dengan langkah kaki yang terasa sangat berat, ia mengekori Pramudya keluar dari kamar itu.
Di belakang mereka, sepasang mata Bayu bersinar terang. Baguslah. Sahabatnya yang kaku dan dingin itu sudah ada kemajuan. Otaknya sudah tidak hanya memikirkan bisnis dan tender saja, tapi sudah bisa digunakan untuk memikirkan cara memperhatikan calon istrinya.
***
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 159 Episodes
Comments
Praised94
terima kasih
2024-02-14
1
VS
"seperti hantu saja" abis ini dia menghantui pikiranmu 👻.
2024-02-14
1
VS
uhuk..uhuk..
2024-02-12
2