Luka di betis Freya mendapat lima jahitan, sedangkan luka di kepalanya hanya dua jahitan. Pelipisnya sudah diobati dan diperban. Luka-luka gores di pipi dan lengan hanya diberi antiseptik.
Gadis itu duduk termenung di atas ranjang rumah sakit. Sebenarnya ia ingin langsung pulang, tapi Pramudya Antasena yang menjengkelkan itu memaksanya untuk dirawat selama dua hari. Habis sudah. Tidak ada lagi harapan untuk bekerja paruh waktu di kafe.
Ia menarik napas panjang dan menatap ponsel di tangannya dengan murung. Haruskah ia menghubungi pemilik kafe dan menjelaskan situasinya? Bagaimana juga dengan pekerjaannya di Antasena Group? Baru masuk kerja satu hari, sudah membolos di hari berikutnya. Entah apa yang akan dikatakan oleh bagian HRD. Semoga bukan surat pemecatan yang akan menyambutnya nanti.
Sekarang ia sedikit menyesal. Seharusnya kemarin ia meminta nomor telepon Lisa agar dapat memberi kabar. Setidaknya jika ada yang meminta izin untuknya, mungkin akan ada sedikit keringanan.
Di saat Freya masih sibuk melamun, pintu bangsal terbuka. Ia terkejut dan mendongak. Hari masih cukup pagi. Siapa yang datang?
Di bawah cahaya matahari yang masuk dari jendela, siluet pria itu terlihat seperti berjalan dalam gerakan slow motion. Sepasang mata setajam elang, cemerlang seperti batu obsidian menatap lurus ke arahnya.
Freya terpaku di tempat, tidak berani bergerak. Mengapa ia baru menyadari bahwa garis tulang rahang Pak Pram sangat menawan? Sangat serasi dengan hidungnya yang mancung dan lekuk bibirnya yang sempurna.
Mendadak Freya merasakan wajahnya memanas. Ia buru-buru menunduk dan mengalihkan perhatiannya pada ponsel di tangannya.
Sialan, Freya. Jangan terlalu memalukan! Ingat, kamu harus menjaga jarak dengannya. Dia itu pria berbahaya! Jangan sampai terperangkap dalam pesonanya.
Freya mengigit bibirnya dan menggeleng pelan. Ia menelan ludah dengan susah payah dan berusaha melepaskan diri dari pesona Pak Muda Antasena barusan.
“Ada apa? Apakah masih sakit?” tanya Pramudya setelah mendekat ke ranjang.
Ia mengamati Freya dengan sungguh-sungguh. Semalam gadis keras kepala itu menolak untuk diberi infus. Biar bagaimana pun ia memaksa, gadis itu tetap bersikeras dan mengancam akan melarikan diri. Akhirnya Pram hanya bisa membiarkan dokter membawa kembali peralatan infus yang belum terpasang.
“Tidak.” Freya menjawab cepat. Ia mendongak dan memaksakan seulas senyum. “Saya sudah jauh lebih baik. Seharusnya sudah bisa pulang hari ini.”
Pram mendengkus sekilas dan duduk di kursi yang disediakan untuk pengunjung pasien. Ia bersandar dan menatap Freya tanpa mengatakan apa-apa, membuat kulit kepala Freya mati rasa.
Akhirnya Freya hanya bisa mendesah tak berdaya dan berkata, “Itu ... um, baik ... saya akan tinggal untuk dirawat di sini.”
Ketegangan di wajah Pramudya mereda. Posisi tubuhnya menjadi lebih rileks. “Sudah sarapan?” tanyanya.
“Eh? Oh ... sudah.”
Freya menatap pria itu dengan linglung. Untuk apa pagi-pagi datang ke rumah sakit? Hanya untuk bertanya apakah dirinya sudah makan?
“Anda tidak pergi ke kantor, Pak?” tanya Freya hati-hati.
Pamudya meliriknya. Kesal. Apakah gadis itu sangat tidak ingin berada satu ruangan dengannya?
Freya serba salah. Barusan baik-baik saja. Kenapa sekarang wajahnya menjadi seperti itu lagi? Apakah ia sudah tidak sengaja menyinggungnya lagi? Benar-benar sulit diatasi ....
Tanpa mengucapkan apa-apa, Pramudya bangkit dari kursi dan berjalan menuju pintu. Ia merasa kesal setengah mati. Seharusnya ia tidak mengkhawatirkan gadis ini dan datang untuk mempermalukan diri.
Pramudya keluar dan berjalan menuju bangsal yang bersebelahan dengan tempat Freya dirawat. Ternyata luka di pinggangnya cukup dalam karena tertusuk pecahan kaca. Luka itu mendapat tujuh jahitan. Hanya luka itu yang cukup serius, tapi sebenarnya tidak sampai membuatnya harus dirawat. Ia setuju untuk menginap di rumah sakit karena mengkhawatirkan gadis itu. Tapi sayangnya semua kecemasannya sepertinya sia-sia. Kehadirannya bahkan tidak diharapkan.
Pram membanting pintu dan berjalan menuju meja di samping ranjang dengan kesal. Ia mengambil ponsel dan menghubungi Bayu, meminta sahabatnya itu untuk menjemputnya pulang. Lebih baik berisitirahat di rumah daripada berada di dekat gadis menjengkelkan yang selalu membuatnya emosi.
Lima belas menit kemudian, Bayu muncul di bangsal rumah sakit dengan ekspresi heran. Semalam sahabatnya telah setuju untuk dirawat. Sekarang kenapa tiba-tiba ingin pulang?
“Kenapa? Apakah ada hal mendesak yang harus kamu kerjakan?” tanyanya.
“Tidak. Aku bosan. Antar aku pulang.”
Bayu terdiam sesaat, kemudian segera membantu Pramudya yang sedang membereskan barang-barangnya. Meskipun sedang terluka, Pram tetap bersikeras bekerja di laptopnya. Setelah semua siap, kedua pria itu berjalan keluar.
Akan tetapi, langkah keduanya terhenti di depan pintu. Di seberang mereka, Freya tampak terkejut melihat mereka berdua. Ia mengamati Bayu dan Pram bergantian, lalu ia baru menyadari bahwa Pak Pram memakai pakaian rumahan, bukan pakaian kerja seperti Pak Bayu. Apakah pria itu tadi memang sengaja datang untuk menjenguk dirinya?
“Pak, Anda ....” Freya tidak menyelesaikan ucapannya, menatap Pramudya dengan ragu.
“Lihatlah, kalian berdua sangat serasi. Kamu terluka dan harus dipaksa untuk dirawat, dia terluka tapi ingin pulang sekarang juga. Aku benar-benar tidak berdaya menghadapi kalian berdua.” Bayu menggerutu dengan suara yang tidak terlalu keras, tapi dapat didengar dengan jelas oleh Freya.
Gadis itu terkejut. “Apa? Pak Pram terluka?”
Sepasang mata Bayu membola. “Kamu tidak tahu? Oh, aku lupa, kamu juga sedang dirawat ketika luka Pram dijahit.”
“Dijahit?” Freya membeo dengan linglung. Tanpa sadar ia melangkah maju dan menghampiri Pramudya.
“Apa yang terluka? Mana yang dijahit?” tanyanya dengan cemas.
Pramudya menepis tangan Freya dan memelototi Bayu. “Mulutmu minta dijahit juga, ya?”
Bayu mengabaikan ancaman itu. Ia sudah memutuskan untuk melaporkan kelakuan Pram kepada Freya. Ia ingin melihat bagaimana respon sahabatnya itu. Apakah dia benar-benar tidak memiliki perasaan terhadap calon istrinya?
“Pinggangnya tertusuk pecahan kaca. Luka lainnya dia tidak peduli, tidak mau diobati,” ucapnya sembari menjauh dari Pram. Jangan sampai sahabatnya itu memukulnya sampai mati.
Freya menatap pria jangkung di depannya itu. Pantas saja dia marah dan pergi begitu saja ketika ia menanyakan mengapa pria itu tidak pergi bekerja.
“Maaf, saya tidak tahu kalau Anda terluka,” ucapnya dengan tulus. Jari jemarinya salin memilin dengan gugup. Ia merasa sangat tidak tahu berterima kasih. Pria itu pasti terluka karena melindunginya semalam, tapi ia malah mengusirnya ketika datang berkunjung.
“Tidak penting kamu tahu atau tidak.” Pramudya menjawab dengan dingin, kemudian memberikan tatapan penuh peringatan kepada Bayu untuk segera pergi dari tempat itu.
Namun, sebelum ia sempat melangkah, sepasang tangan yang lembut dan hangat telah melingkari lengannya.
“Anda tidak boleh pergi, harus dirawat sampai sembuh. Kalau tidak ... saya juga akan keluar dari rumah sakit hari ini,” ucap Freya dengan sungguh-sungguh.
“Kamu! Lancang! Lepaskan tanganmu!” sentak Pram dengan suara menggelegar, tepapi ia tidak berani menarik tangannya dengan sembarangan. Tubuh gadis itu terlalu lemah. Siapa yang tahu dia akan terpental dan terbanting di lantai atau tidak jika ia menarik tangannya dengan paksa.
Freya bergeming. Ia sudah hampir terbiasa dengan intonasi yang penuh ancaman dan aura membunuh itu. Ia tidak peduli akan dipukuli atau tidak oleh Pak Pram, yang jelas, ia tidak akan membiarkan pria itu menyiksa dirinya sendiri.
Bayu mengambil kesempatan itu untuk kembali ke dalam bangsal secara diam-diam dan menyimpan kembali barang-barang Pramudya. Wajah tampannya dihiasi seringai lebar. Tampaknya laporan dari sopir pribadi Pram semalam itu benar. Sekarang sudah ada pawang untuk sahabatnya yang buas itu.
Bagus sekali! Benar-benar bagus. Ia merasa sangat senang!
***
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 159 Episodes
Comments
Praised94
terima kasih 👍
2024-02-14
1
VS
sadar Fre, ada yg lagi mengkuatirkan dirimu
2024-02-14
1
VS
Bayu, tahan bener kau, punya temen buas sampe butuh pawang 😂
2024-02-12
1