.
.
.
.
.
Hari pernikahan pun tiba. Pernikahan yang diadakan di sebuah hotel bintang lima itu sukses membuat para tamu berdecak kagum. Dekorasi pesta didominasi warna putih dan biru muda, sesuai request Veronica. Wanita itu sangat tidak sabar menantikan putranya akan segera menikah, hingga ia turun tangan langsung untuk memastikan semuanya berjalan dengan sempurna. Meski begitu, dirinya selalu mengajak Celine, selaku besannya untuk bertukar ide yang bagus untuk pesta. Sedangkan putra-putri mereka, Alea dan Dareen hanya bisa pasrah mengikuti keinginan mereka.
Alea memandang dirinya sendiri dari pantulan cermin besar di depannya. Dia mengenakan gaun pengantin rancangannya. Wajahnya yang sudah dipoles make up membuatnya semakin cantik hari ini. Jelas saja ia dibuat sangat cantik. Karena hari ini adalah waktunya menjadi ratu dalam sehari. Menarik nafasnya dalam-dalam. Berusaha meyakinkan dirinya sendiri, jika ia pasti akan bisa melewati semua ini. Mencoba berdamai dengan keadaan, dan menerima semua takdir yang di berikan Tuhan untuknya. Hanya ini yang bisa dia berikan pada orang tuanya. Orang tua yang begitu menyayanginya. Meskipun harus mengorbankan perasaannya sendiri.
Acara inti dimulai, pengantin pria dengan tuxedo putih nampak sedang menunggu sang pengantin wanita di depan altar. Tak ada raut kegugupan di wajah tampannya. Sedangkan pengantin wanita yang kini tengah berjalan beriringan dengan sang Ayah berusaha sekuat tenaga untuk menstabilkan kegugupannya. Dareen menatap Alea yang begitu cantik dengan gaun pengantin itu. Gaun yang sangat simpel namun terlihat berkelas, memperlihatkan pundak Alea yang putih mulus. Rambutnya yang sengaja diikat dengan hiasan bunga bunga kecil berhasil memperlihatkan leher jenjangnya. Sungguh Dareen tidak bisa memungkiri hari ini Alea sangat amatlah cantik.
" Kuserahkan putriku padamu, tolong jaga dia seperti aku menjaganya selama ini." Alea hampir menangis mendengar penuturan Ayahnya. Dareen mengiyakan permintaan Ayah mertuanya sambil tersenyum tipis.
Janji suci sudah diucapkan. Kini, keduanya sudah resmi menikah. Setelah itu saling memasangkan cincin dijari manis satu sama lain. Suasana begitu riuh saat sang pendeta mengumumkan pengantin pria diperbolehkan mencium pengantin wanitanya. Alea meremas gaunnya sendiri. Berharap pria yang sudah resmi menjadi suaminya itu tidak melakukan hal yang semestinya. Ia sama sekali belum siap. Namun harapan tak sesuai kenyataan. Dareen malah memajukan tubuhnya, meraih tengkuknya lalu menariknya secara perlahan. Alea spontan menutup matanya. Percuma saja ia menolak. Banyak pasang mata memperhatikan mereka. Dia harus bisa menjaga sikapnya. Tak lama kemudian dia merasakan sesuatu yang kenyal menyentuh bibirnya.
' ciuman pertamaku dengan orang gila ini?' batin Alea.
Hanya beberapa detik bibir mereka menempel, namun sudah bisa memporak-porandakan hati Alea. Debaran jantungnya tak bisa dikontrol. Orang gila ini benar-benar bisa membuatnya terlihat bodoh. Dareen menatap Alea yang saat ini sedang menunduk. Seulas senyum tipis muncul di wajah tampannya. Rasanya manis. Itulah yang ada dipikirannya saat ini.
.
.
.
.
.
Rumah kediaman keluarga Smith masih sangat ramai. Banyak kerabat dekat yang masih enggan untuk pulang ke rumah mereka masing-masing, meskipun acara resepsi pernikahan sudah selesai dua jam yang lalu. Ayah dan Ibu Alea, juga masih di sana memenuhi permintaan Alea yang belum bisa terlepas dari orang tuanya. Bahkan saat masuk ke dalam rumah mertuanya, Alea terus saja duduk di antara orang tuanya. Tidak berniat duduk di samping suaminya. Jason dan Veronica tak mempermasalahkannya, karena memang mereka tau jika Alea adalah putri kesayangan Franz dan Celine. Pastinya sulit melepas kepergian orang tuanya.
" Jason, bagaimana kabar Dariel? Putra sulungmu itu sudah hampir sepuluh tahun tidak pulang. Apa kau tidak mengabarinya kalau adiknya menikah hari ini?" tanya paman Dareen, bernama Leo. Leo adalah kakak ipar dari Ayah Dareen. Istrinya yang merupakan kakak kandung Ayahnya Dareen bernama Evelyn. Mereka memiliki tiga orang anak. Gio Alexander, Zian Alexander, dan Diandra Alexander. Gio sudah menikah dengan wanita bernama Berly dan saat ini sedang hamil dua bulan. Keluarga paman Leo sering berkunjung ke rumah ini. Bahkan sering menginap jika malas pulang ke rumah mereka yang berada tak jauh dari kediaman Smith, hanya memerlukan waktu satu jam dalam perjalanan.
" Katanya dia akan pulang. Tapi tidak memberitahuku kapan tepatnya." jawab Jason seraya meneguk tehnya.
" Apa yang dia lakukan di sana? Kenapa sampai tidak bisa pulang di acara pernikahan adiknya." Evelyn menyahuti.
" Entahlah, semoga saja setelah dia pulang dari London, kita semua mendengar kabar baik darinya."
Alea mendengarkan percakapan itu dengan seksama. Jadi Dareen memiliki seorang kakak, bernama Dariel? Kenapa ia baru tahu? Sepertinya banyak hal yang belum ia ketahui tentang Dareen. Tapi bukankah itu hal yang wajar. Mereka baru bertemu dua kali, pertemuan ketiga sudah berganti status sebagai suami istri.
" Alea sayang, kamu pasti berpikir siapa Dariel kan?" Alea nampak kikuk menanggapi pertanyaan Ibu mertuanya, Veronica.
" Iya, Tante."
" Tante? Panggil aku Mommy, sekarang kau adalah putriku sayang."
" Iya Mom" Veronica tersenyum senang mendengar panggilan Alea padanya.
" Dariel adalah putra sulung kami sayang. Dia kuliah di London. Setelah lulus, dia malah memilih melanjutkan bisnis Daddy nya yang di sana. Sedangkan Dareen memilih jalannya sendiri di sini." Alea mengangguk-angguk mengerti. Sedikit demi sedikit pasti dirinya akan lebih mengenal keluarga Dareen.
" Sayang, Ayah dan Ibu harus pulang. Ini sudah malam" pamit Franz pada putrinya. Alea menunjukkan wajah sedihnya mendengar orang tuanya mau pulang. Memeluk tubuh Ayahnya seakan tidak mau berpisah.
" Dareen, kenapa kau tidak tidur di rumah mertuamu dulu? Kasihan Alea, dia masih belum terbiasa di sini" ujar Evelyn merasa tak tega melihatnya.
" Lea" panggil Dareen lembut. Sangat lembut. Membuat Alea menolehkan wajahnya yang sudah berurai air mata. Panggilan itu hanya diberikan orang tuanya. Selain itu banyak yang lebih suka memanggilnya Al.
" Sudahlah sayang, kau sudah menikah. Biasakan dirimu" Celine mengusap rambut putrinya. Sebenarnya dirinya juga belum bisa melepas putri kesayangannya ini. Karena Alea adalah putri mereka satu-satunya.
" Tapi Ibu,," Alea tersentak saat ada sebuah tangan yang mengusap punggungnya. Bukan Ayah atau Ibunya. Tapi tangan Dareen. Orang itu berdiri tepat di depannya.
" Kita bisa menginap di rumah Ayah dan Ibu besok. Tapi malam ini, bisakah kita tidur di sini dulu?" Alea tampak diam sesaat, setelah itu mengangguk lemah. Paling tidak orang itu mau diajak ke rumah orang tuanya.
Setelah mengantar kepergian orang tuanya, Alea kembali bersama Dareen memasuki ruang keluarga yang hanya tersisa Daddy, Mommy, Paman Leo dan Tante Evelyn. Sudah dipastikan keluarga Paman Leo menginap di sini.
" Dareen, ajak istrimu ke kamar. Kalian istirahatlah. Pasti kalian sudah lelah." Dareen mengiyakan dan melirik Alea yang terlihat kikuk.
" Ayo" ajak Dareen.
' Bagaimana ini? Apa malam ini akan terjadi?'
apa yang akan terjadi setelahnya ya?
jangan lupa tekan like dan komen ya.
ngomong ngomong ini novel pertamaku. mohon dukungannya ya,😊 kritik dan saran selalu kuterima agar aku lebih semangat nulisnya.
terima kasih 🤗
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 229 Episodes
Comments