.
.
.
.
.
Waktu sudah menunjukkan pukul tujuh pagi. Tapi Alea masih sangat nyaman tidur sambil memeluk boneka kesayangannya. Sedangkan Dareen sudah lebih dulu bangun sembari duduk bersandar di atas ranjang dengan ponsel di tangannya. Jari jemarinya yang lincah mengetikkan sesuatu pada benda pipih nan canggih itu. Sesekali ia melihat Alea, dan setiap kali ia mendapati kedua mata Alea masih tertutup spontan saja ia menghela nafasnya berat. Benar-benar, wanita yang tidur satu ranjang dengannya ini sudah berstatus sebagai seorang istri. Bukannya melayani sebagai seorang istri pada umumnya malah asyik tidur dengan bonekanya. Menyebalkan.
Tok! Tok!
Dareen segera bangun dan membuka pintu kamar. Sesuai dugaannya, Ibu mertuanya Celine. Pasti menyuruh mereka sarapan bersama.
" Dareen, kau sudah bangun? Dimana Alea? Dia sudah bangun kan?" Dareen tersenyum kaku menunjukkan gigi putihnya yang rapi. Celine langsung melirik ke ranjang yang ada di samping pintu. Langsung saja ia masuk tanpa minta ijin pada Dareen yang mematung di ambang pintu.
" Alea," teriak Celine sambil menarik selimut yang membungkus tubuh Alea. Lalu meraih bonekanya dengan paksa.
" Alea, cepat bangun!" Alea mengerjapkan kedua matanya. Belum menyadari kesalahan yang membuat Ibunya marah-marah sepagi ini.
" Ibu, aku masih ingin tidur " rengek Alea masih enggan untuk bangun. Celine dengan cepat menarik paksa tubuh Alea untuk duduk.
" Alea ini sudah pagi. Kau tidak lihat, suamimu sudah bangun!"
" Memangnya kenapa?"
" Astaga, Alea." Celine geram sendiri menghadapi putrinya.
" Ibu, sudahlah. Biarkan saja jika Alea ingin masih ingin tidur." Celine menarik nafasnya dalam-dalam, menatap Dareen yang masih berbalut kemeja dan celana yang ia pakai tadi malam.
" Ya ampun, Dareen kenapa kamu masih pakai baju ini? Memangnya kamu tidak bawa baju ganti?"
" Hmm.. Aku lupa membawanya."
" Kenapa kamu tidak bilang? Kan bisa pinjam punya Ayah Franz."
" Dan kamu Alea, bisa-bisanya kamu diam saja melihat suamimu tidur pakai baju seperti ini?"
" Ibu, kenapa Ibu tiba-tiba jadi cerewet seperti ini? Tidak seperti biasanya"
" Apa?"
" Sayang.." tiba-tiba saja Franz sudah ada dibalik pintu sambil merapikan kemejanya yang menurutnya masih belum rapi.
" Ada apa? Kenapa semuanya masih ada di sini?" Franz yang tidak tahu dengan apa yang terjadi hanya bisa memandang bingung.
" Sayang, apa kau tidak keberatan jika pakaianmu aku pinjamkan ke Dareen?"
" Memangnya kenapa pakaian Dareen?" Franz memperhatikan lebih seksama pada penampilan Dareen.
" Tunggu dulu, bukannya kamu semalam pakai baju ini?"
" Sayang, Dareen lupa membawa baju ganti. Maka dari itu, aku ingin meminjamkan pakaianmu."
" Astaga, kenapa kau tidak bilang Dareen. Sayang, ambilkan pakaianku." Franz menepuk pundak Dareen seraya tersenyum. Lalu pandangannya beralih pada Alea yang terduduk di atas ranjang dengan kaki bersilang.
" Apa yang kau lakukan di sana? Cepat bersihkan dirimu, kita sarapan bersama. Ayah tunggu dibawah " Franz berlalu dari pandangan Dareen dan juga Alea.
.
.
.
.
.
Pagi ini, Dareen berencana untuk menyelesaikan pekerjaannya yang sempat terbengkalai karena acara pernikahannya. Apalagi rencana pemindahannya ke Hamburg tinggal beberapa hari lagi. Setelah pagi tadi berpamitan dengan orang tua Alea yang juga berarti mertuanya, ia terus disibukkan dengan dokumen yang menumpuk di atas mejanya sampai lupa waktu.
" Mr.Dareen ada yang ingin bertemu dengan Anda."
" Siapa?" Dareen tak mengalihkan pandangannya sedikit pun dari dokumen yang sedang ia baca.
" Halo, Mr.Dareen. Kelihatannya kau sibuk sekali hari ini." Dareen langsung tahu siapa yang datang ke kantornya hari ini. Seketika itu juga ia meletakkan dokumen yang sempat menjadi pusat perhatiannya di atas meja.
" Apa yang membuatmu kemari?"
" Apa ini caramu menyambutku?" Dareen menghela nafasnya panjang. Meraih ponselnya yang ia letakkan sembarang di atas meja. Memeriksa jika ada sesuatu yang penting. Tapi yang ia temukan hanya pesan dari Alea. Menanyakan kapan ia pulang. Saat itu juga ia melihat jam di tangannya menunjukkan pukul tujuh malam. Sesibuk itukah dirinya?
" Apa kau tahu jika dia sudah pulang?" kedua mata Dareen langsung tertuju pada seseorang yang duduk di depannya. Antonio, teman semasa sekolahnya yang kebetulan juga menjadi rekan bisnisnya.
" Siapa maksudmu?"
" Siapa lagi kalau bukan dia?" Dareen melupakan niatnya yang ingin membalas pesan dari Alea.
.
.
.
.
.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 229 Episodes
Comments