.
.
.
.
.
Dareen tidak tahu harus menjelaskan dari mana pada Alea. Ia sangat yakin Alea pasti akan membahas ini walaupun ia sendiri belum yakin kapan. Kenapa ia tidak bisa berpikir jernih sekarang. Ini sangat kacau. Benar-benar kacau. Diliriknya Alea masih diam tak berniat untuk memulai percakapan. Kenapa dia bisa setenang itu setelah apa yang terjadi. Apa dia benar-benar tidak peduli dengan semuanya. Tapi baguslah kalau ia tidak peduli. Jadi dia tidak perlu untuk menjelaskan semuanya.
" Kenapa kita lewat sini?" Alea merasa aneh dengan jalan yang saat ini ia lewati dengan Dareen. Ini bukan jalan menuju rumah orang tuanya. Tapi tunggu, bukannya ini jalan rumah orang tua Dareen, yaitu mertuanya. Apa malam ini ia akan tidur di rumah keluarga barunya itu?
" Mommy menyuruh kita pulang. Dia sudah menunggu di rumah." tepat seperti dugaan Alea, ia akan pulang ke rumah mertuanya. Sebenarnya ia biasa saja kalau harus pulang ke sana, tapi kalau mengingat kejadian tadi membuatnya sangat malas harus berpura-pura tersenyum di depan mertuanya seolah semuanya baik-baik saja. Jujur, dirinya masih sangat kesal dengan Dareen dan wanita bernama Bianca itu. Moodnya sangat buruk hari ini karena dua orang itu. Rasanya ingin sekali makan sesuatu yang manis, seperti ice krim stroberi dan pancake coklat kesukaannya. Tapi mana mungkin ia bisa memakannya, sebentar lagi ia akan sampai ke rumah mertuanya. Pasti Mommy Veronica sudah memasakkan sesuatu untuknya.
" Alea," Veronica menyambut menantunya dengan pelukan hangat. Mereka sudah sampai di rumah keluarga Smith. Belum sampai masuk ke dalam rumah, Veronica sudah menunggu keduanya di depan pintu. Alea tersentuh akan hal itu. Paling tidak di pernikahan yang tak diinginkannya ini, ia bersyukur memiliki mertua seperti Veronica.
" Mommy sudah menunggu kalian pulang. Ayo, masuk." Alea masuk beriringan dengan Veronica, sedang Dareen mengikutinya dari belakang.
" Kalian istirahatlah dulu. Sekalian kita menunggu Daddy pulang. Mommy sudah siapkan makan malam spesial hari ini."
" Tumben. Ada apa Mom?"
" Kau akan tahu nanti, Dareen. Cepat ajak istrimu masuk, istirahat. Nanti Mommy akan panggil kalian kalau sudah waktunya makan malam." Dareen tidak pernah melihat Mommy nya segembira ini. Ada apa sebenarnya?
.
.
.
.
.
Di dalam kamar, Alea mendudukkan dirinya di atas ranjang. Merogoh ponsel yang ada di dalam tasnya. Menjelajahi sosial media untuk mengurangi rasa kesalnya. Dareen masih saja bingung harus bersikap dengan Alea setelah kejadian tadi. Alea mendiamkannya. Memang sejak awal mereka menikah, keduanya sangat jarang berkomunikasi layaknya suami istri. Namun kali ini, sikap Alea sangat dingin, seolah tidak ingin berada di dekatnya.
' Ayolah Dareen. Lakukan sesuatu. Kalau sampai ia bicara yang tidak-tidak pada orang tuamu. Habis kau!'
Sebaiknya ia mandi sekarang. Daripada harus melihat Alea yang sibuk sendiri dengan ponselnya. Setelah cukup lama keduanya sibuk dengan aktivitas masing-masing, ada seseorang yang mengetuk pintu kamar mereka. Dareen yang awalnya tak ingin membuka pintu, harus mengalah pada Alea yang tak bergeming dengan suara ketukan pintu dari luar.
" Tuan Dareen dan Noona Alea sudah ditunggu Tuan dan Nyonya besar di bawah untuk makan malam." Dareen hanya mengangguk pelan pada pelayan rumahnya. Dilihatnya Alea masih tak bisa mengalihkan pandangannya pada benda pipih itu.
" Daddy dan Mommy sudah menunggu. Ayo kita turun." ajak Dareen. Alea mendengarnya. Langsung saja ia meletakkan ponselnya setelah cukup lama menyibukkan diri pada benda canggih itu. Berjalan mendahului Dareen.
" Alea, kenapa sayang? Kenapa kedua matamu terlihat sangat lelah? Kau sakit?" Dareen dan Daddy nya, Jason ikut melihat kedua mata Alea yang sedikit berair. Pasti ini karena dari tadi ia memaksakan diri untuk menatap layar ponselnya. Padahal sudah sangat jelas, kedua matanya tidak bisa lama-lama berada di depan layar ponsel ataupun laptop.
" Aku baik-baik saja Mom, cuma tadi aku main ponsel cukup lama.." Veronica mengangguk mengerti.
" Alea, lain kali kalau kedua matamu sudah lelah, jangan di paksakan untuk tetap main ponsel. Tidak baik untuk kedua matamu,"
" Iya, Dad" Dareen tak berniat menasehati Alea seperti yang dilakukan Daddy nya. Untuk apa ia lakukan itu, Alea sedang mendiamkannya. Menasehatinya pasti akan membuatnya semakin kesal padanya.
" Ayo makan sayang, Mommy sudah masak spesial untukmu hari ini." Alea lagi-lagi merasa sangat tidak enak hati diperlakukan seperti putri di rumah ini. Ia hanya seorang menantu tapi terlihat seperti putri kandung oleh mertuanya. Hidangan di depannya ini memang terlihat sangat istimewa, tapi kenapa ia tidak selera sama sekali.
" Kenapa sayang, ayo makan. Mommy ambilkan ya.."
" Tidak usah Mom," Alea menolak merasa tidak enak hati harus dilayani oleh mertua sendiri. Ia memilih mengambil sendiri makanan di atas meja. Memakannya dengan lahap. Niatnya tidak ingin membuat mertuanya terlebih Veronica kecewa padanya karena tidak menghargai usahanya menyiapkan semua ini.
" Dareen, Alea, ada yang ingin Daddy sampaikan" Jason di sela makan malam yang sedang berlangsung berbicara cukup serius. Dareen dan Alea langsung menghentikan kunyahan makannya. Secara bersamaan keduanya memandang Jason. Hanya Veronica yang masih terlihat menikmati makan malam dengan nikmat.
" Dariel akan segera pulang." Dareen menelan ludahnya sendiri. Kakaknya akan pulang. Kenapa tiba-tiba? Apa ada sesuatu yang membuatnya pulang. Kebetulan sekali dengan Bianca yang baru pulang dari New York. Kenapa bisa kebetulan?
" Kenapa tiba-tiba dia mau pulang? Daddy memaksanya pulang?" tebak Dareen. Jason malah tertawa renyah di sela makannya.
" Kau dan Dariel itu sama. Tidak suka dipaksa. Untuk apa Daddy memaksanya pulang. Dia sendiri yang mau pulang." Dareen masih merasa ada yang janggal dengan hal ini. Tiba-tiba saja perasaannya menjadi tidak tenang.
" Alea, kau belum pernah bertemu dengan Dariel kan?" Alea menggeleng lemah. Dalam rumah ini memang ada foto keluarga Dareen. Ada Daddy, Mommy, Dareen dan tentu saja Dariel. Tapi melihat wajah Dariel di foto sejenak ia merasa tidak asing dengan wajah itu. Sampai sekarang pun ia tidak tahu kenapa.
" Kalau Dariel sudah pulang, Mommy akan adakan pesta kecil untuk menyambut kedatangannya."
" Kenapa harus diadakan pesta Mom?"
" Hanya pesta kecil. Mungkin Mommy hanya akan mengundang keluarga paman Leo, orang tua Alea, dan keluarga paman Robert."
" Paman Robert? Bukannya dia sedang ada di Swedia?"
" Dia sudah kembali tiga hari yang lalu." Dareen kembali merasa aneh. Kenapa semua sangat kebetulan. Secara bersamaan mereka semua kembali ke Berlin. Ia harus menyelidiki semua ini. Hanya sebuah kebetulan atau sesuatu yang memang di sengaja.
.
.
.
.
.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 229 Episodes
Comments