Di sinilah Alea sekarang, duduk di tepi ranjang di dalam kamar Dareen yang sekarang menjadi kamar mereka berdua. Kamar yang didominasi warna putih dan hitam layaknya kamar seorang pria pada umumnya. Kamar ini sangat luas, lebih luas dari kamarnya sendiri di rumah, meskipun kamarnya sendiri juga cukup luas. Alea berjalan menuju jendela besar yang belum tertutup. Angin malam pun berhasil menembus kulitnya yang hanya berbalut dress selutut tanpa lengan. Matanya begitu takjub melihat pemandangan yang terpampang dari tempatnya saat ini. Kolam renang dan taman bunga yang sangat luas terlihat indah waktu malam hari. Sepertinya ia akan betah jika terus berdiri memandangnya.
" Tapi bukannya sebentar lagi aku akan pindah dari sini? Sayang sekali" gumam Alea menyesali keputusan Dareen yang mengajaknya pindah ke Hamburg setelah menikah. Melihat ke samping, dilihatnya ada sofa ukuran sedang berwarna putih yang sepertinya hanya muat untuk dua orang. Lalu menundukkan dirinya di sana. Kakinya yang terasa pegal karena berdiri seharian menjamu tamu tak segan ia naikkan ke atas meja. Mencoba mencari posisi yang nyaman. Tangannya beralih pada ponsel yang sejak tadi digenggamnya. Menggeser-geser benda pipih itu. Setelah terdengar suara nyanyian, ia letakkan benda itu tepat di sampingnya. Ikut bernyanyi mengikuti alunan lagu. Setidaknya ia sedikit melupakan tentang kesedihannya yang telah berpisah dari orang tuanya. Angin malam semakin berhembus kencang, membuat rambutnya yang tergerai bergerak kesana kemari. Alea sempat memikirkan ucapan Dareen ketika mereka memasuki kamar ini.
" Kalau kau keberatan tidur satu ranjang denganku, katakan saja! Aku akan tidur di sofa sampai kita pindah ke Hamburg. Jangan berharap aku akan peka padamu jika kau tidak mengatakan apa yang ada di hatimu. Aku bukan pria seperti itu!" kata-kata itu masih terngiang jelas di telinganya. Ingin rasanya ia menyumpal mulut itu dengan sepatu yang ia kenakan. Tidak bisakah ia berbicara lebih lembut padanya.
" Pria gila itu seperti punya banyak kepribadian." Alea yang asik dengan pikirannya tak menyadari sudah sejak tadi ada sepasang mata terus memperhatikannya dari balik pintu jendela. Pria yang tak lain Dareen itu masih betah memperhatikan Alea yang duduk bersantai dengan gumaman kecil yang ia yakini di peruntukan untuknya.
" Dia bertingkah seperti orang gila waktu di butik, bersikap lembut ketika di depan keluarga, dan apa tadi. Berbicara padaku dengan menunjukkan sifat aslinya yang seperti manusia es!" umpatan Alea terdengar jelas di telinga Dareen. Tapi bukannya marah Dareen malah tersenyum simpul. Istrinya itu sangat suka mengumpat. Coba lihat, apa umpatan itu akan berhasil lolos dari bibirnya ketika berhadapan dengannya langsung.
" Tunggu!" Dareen menghentikan langkahnya yang hampir mendekati Alea.
" Kenapa tadi dia menciumku?" Alea menyibakkan rambutnya yang sudah cukup berantakan karena ulah angin yang terus saja berhembus kencang. Membuat Dareen mengurungkan niat awalnya.
" Ibu,, itu ciuman pertamaku.." Alea menutupi wajahnya dengan kedua tangannya. Merasa malu karena ciuman pertamanya sudah berhasil direbut orang gila yang notabennya adalah suaminya sendiri. Dareen menahan tawanya. Merasa Alea sangat lucu akan tingkahnya yang masih seperti anak berusia tujuh belas tahun.
" Apa yang kau lakukan di sini?" Alea terkejut bukan main menyadari kehadiran Dareen yang tiba-tiba. Ia lupa jika kamar ini ia tempati bersama pria ini. Ia ingat setelah mengatakan kata-kata itu, Dareen langsung masuk ke kamar mandi. Terlintas di pikirannya apakah Dareen mendengar apa yang dia ucapkan sejak tadi? Bagaimana jika benar? Mau taruh di mana nanti wajah malunya? Tapi melihat ekspresi datarnya membuat Alea yakin jika pria itu baru datang dan langsung mendekatinya. Semoga saja perkiraannya benar.
" Hey, kenapa diam?"
" Aku hanya mencari udara segar." jawab Alea asal sambil menurunkan kakinya yang dirasa tidak sopan.
" Udara segar di malam yang dingin ini? Cepat masuk! Ini terlalu malam untuk mencari udara segar. Kau bisa membeku jika terus duduk di sana!" Alea mengerucutkan bibirnya kesal. Beranjak dari duduknya lalu masuk ke dalam kamar diikuti Dareen di belakangnya. Dareen langsung menutup jendela kamarnya. Kemudian berjalan ke arah ranjang king size miliknya. Alea sudah lebih dulu memposisikan tubuhnya tidur menyamping membelakanginya.
" Kau yakin kita tidur seranjang?" tanya Dareen sembari menyibakkan selimut dan mencoba mencari posisi tidur di samping Alea.
" Aku tidak sejahat itu, membiarkanmu tidur di sofa! Lagi pula kita sudah menjadi suami istri. Apa salahnya kalau hanya tidur di ranjang yang sama." Dareen mencerna kata demi kata yang terlontar dari mulut Alea. Istrinya itu jika di depannya bertingkah seolah menjadi wanita dewasa, tapi jika di belakangnya menggerutu tanpa henti seperti anak kecil.
" Baiklah" Dareen mulai memejamkan matanya. Ia butuh istirahat setelah acara melelahkan yang dijalaninya satu hari penuh. Sedangkan Alea belum bisa menutup matanya. Sebenarnya ia sangat lelah, tapi kedua matanya belum mau terpejam. Apa karena ini pertama kalinya ia tidur di kamar orang lain. Tapi bukannya dia harus terbiasa dengan hal ini. Ini juga akan menjadi kamarnya. Tiba-tiba saja ia teringat dengan boneka beruang besar hadiah dari Ayahnya waktu di Sekolah Menengah. Tanpa boneka itu ia sulit untuk tidur nyenyak. Alea membalikkan tubuhnya. Dareen sudah tertidur lelap di sampingnya dengan posisi terlentang. Yang benar saja, pasti pria itu dengan mudahnya bisa tidur karena ini memang kamarnya sendiri. Sedangkan dirinya, malah sibuk mencari sesuatu yang bisa dia peluk untuk penghantar tidur. Sampai matanya menangkap boneka kelinci ukuran sedang yang ada dibalik lemari kaca di sudut ruangan. Lemari yang di dalamnya hanya berisikan hiasan pajangan. Alea tak peduli jika pria itu marah padanya karena mengambil sesuatu tanpa ijinnya, yang dia pikirkan saat ini adalah ia bisa tidur dengan nyenyak dengan boneka ini.
.
.
.
.
.
Cahaya matahari menelusup dari balik jendela. Membuat sang pemilik kamar mau tak mau membuka matanya karena pancaran cahaya yang menyilaukan. Dareen. Pria itu lebih dulu membuka matanya. Menarik nafasnya dalam-dalam. Mencari kekuatan untuk mengumpulkan nyawanya setelah berjelajah mimpi semalaman. Matanya berhenti pada sosok wanita yang masih tertidur pulas dengan posisi menghadapnya sambil memeluk boneka kelinci berwarna merah muda. Tunggu, bukankah itu boneka miliknya? Kenapa ada padanya? Tapi ya sudahlah, ia tak mau mempermasalahkannya. Melihat wanita itu tidur di sampingnya membuat perasaannya menjadi tidak tenang. Sepertinya ia harus mandi agar pikirannya kembali jernih. Dareen langsung beranjak ke kamar mandi meninggalkan Alea yang masih tertidur pulas.
Tak berapa lama, terdengar ketukan dari luar. Membuat Alea terusik hingga membuka matanya malas. Melihat sekeliling, sejenak dirinya terkejut dengan ruangan ini. Namun setelah itu teringat jika ini di kamar suaminya. Alea turun dari ranjang berniat untuk membuka pintu yang masih terdengar ketukan dari luar. Saat itu juga Dareen muncul dari balik pintu kamar mandi hanya dengan terbalut handuk yang melilit di pinggangnya. Berjalan mendekati pintu seperti yang Alea lakukan. Alea yang belum sepenuhnya sadar tak terlalu memperhatikan Dareen yang berdiri di belakangnya. Pintu pun terbuka, munculah Veronica yang sedikit terkejut dengan pemandangan yang dilihatnya pagi ini.
" Mommy, selamat pagi." sapa Alea. Sebenarnya ia tidak enak hati karena bangun kesiangan di hari pertama tinggal di rumah mertuanya. Pasti ada omongan tentangnya.
" Selamat pagi sayang." Veronica memeluk Alea hangat. Persis seperti yang dilakukan Celine pada Alea selama ini. Alea membalas pelukan itu merasa seperti ada sosok Celine dalam diri Veronica.
" Sayang, sudah waktunya sarapan. Ayo, turun. Kita sarapan bersama."
" Mom, aku minta maaf karena bangun kesiangan, aku jadi tidak bisa membantu menyiapkan sarapan." sesal Alea.
" Sudahlah sayang, maklum kalian kan pengantin baru. Sudah sewajarnya seperti itu."
" Mandi, dan segera turun. Kita sarapan bersama. Dareen. Cepat pakai bajumu dan ajak istrimu sarapan di bawah." Veronica langsung berjalan pergi meninggalkan Alea yang mematung karena ucapannya. Langsung saja ia membalikkan tubuhnya. Kedua matanya membulat melihat Dareen yang bertelanjang dada dan hanya terbalut handuk di pinggang.
" Ahhhh." teriak Alea histeris. Dareen menutup telinganya yang terasa sakit karena ulah Alea. Langsung saja ia mendorong tubuh Alea hingga membentur tembok, lalu menutup mulut Alea dengan telapak tangannya. Tangan yang lainnya ia letakkan di pundak Alea.
" Alea, ada apa sayang?" Veronica semakin dibuat terkejut melihat apa yang dilakukan pasangan pengantin baru itu.
" Maaf, Mommy mengganggu ya? Tapi Dareen, jangan pernah membuat Alea takut dengan kelakuanmu." ujar Veronica yang langsung pergi karena tak mau mengganggu. Dareen melepaskan bungkaman tangannya. Menjauhkan diri dari Alea yang masih syok dan pergi begitu saja memasuki ruangan bersekat yang berisi banyak pakaian dan perlengkapan lainnya.
" Apa apaan dia? Kenapa berpenampilan seperti itu?" umpat Alea merasa paginya sudah kacau.
jangan lupa like dan komen 😊
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 229 Episodes
Comments