Michael dan Sarah telah berdiskusi untuk pertemuan keluarga mereka. Sebelum acara pertemuan keluarga, Michael mengunjungi makam istrinya, Leona. Dia membawa bouquet bunga lili putih, bunga kesukaan istrinya.
"Kau tentu sudah tau kalo aku akan menikah lagi. Aku tidak begitu menginginkan pernikahan ini, tapi ini semua kulakukan demi Lucy. Kau mengerti kan sayang?", ujar Michael sambil meratap di makam istrinya.
Di rumah Sarah, semua sibuk dg persiapan acara pertemuan keluarga. Lois, kakak Sarah baru saja tiba di rumah bersama istrinya, Alice.
"Papa mama dimana?", tanya Lois sembari memeluk Sarah.
"Sedang di ruang tengah", jawab Sarah yang kemudian memeluk Alice. Mereka bergegas menuju ke ruang tengah.
"Akhirnya kalian tiba juga", ucap Rachel bahagia melihat putra dan menantunya datang.
"Tadi aku mengurus berkas dulu bu, jadi agak lama", jawab Lois.
"Berkas apa? Berkas cutimu ya?", tanya Harry.
"Bukan, pa. Aku mengurus berkas agar dapat pindah ke rumah sakit St. Mary disini", ucap Lois bahagia sambil menunjukkan berkasnya.
"Kita sepakat akan tinggal bersama papa dan mama disini. Karena setelah Sarah menikah, papa mama pasti akan sangat kesepian. Jadi... kami yg akan menemani", sambung Alice.
"Aaahhhh... senangnya kita ga lagi tinggal berjauhan", ucap Sarah sambil memeluk mamanya.
Keluarga Sarah melanjutkan persiapan karena waktunya sudah mepet. Tak berapa lama keluarga Michael datang dengan membawa parcel kue & buah. Sarah sudah berdiri di depan pintu untuk menyambut Michael dan keluarganya. Lucy langsung berlari ke arah Sarah dan memeluknya, Michael tertegun melihat keakraban Sarah dan anaknya. Lagi-lagi Michael terpesona dengan kecantikan Sarah. Dengan dress selutut berwarna peach dan rambut yg digerai, Sarah terlihat semakin cantik.
Kedua keluarga membaur jadi satu dan memperbincangkan rencana pernikahan Michael dan Sarah. Kedua orangtua mereka sepakat agar pernikahan digelar bulan depan. Sarah terkejut karena baginya ini terlalu cepat, Michael juga hanya terdiam. Seperti pasrah akan keputusan orangtuanya.
"Aku akan menolong Sarah menyiapkan segalanya", ucap Alice bersemangat.
Sarah hanya tersenyum dan mengangguk.
"Papa, kita harus ajak tante Sarah bertemu mama. Tante Sarah belum berkenalan dengan mama", celetuk Lucy sambil memeluk Sarah.
Semuanya terdiam dan saling menatap satu sama lain. "Ehh... iya nak, nanti kita kesana sama-sama ya", jawab Michael.
Dua hari setelah pertemuan keluarga, Sarah baru kembali ke toko kuenya. "Yeeaaayyy... ibu Sarah akhirnya ke toko juga", seru Lily, karyawan tokonya.
Sarah tersenyum. "Maaf telah merepotkan kalian untuk mengurus toko sendiri", ucap Sarah sambil meletakkan tas di meja kasir.
"Apa ibu Sarah sakit? Kemarin pak Denis datang kesini, katanya bu Sarah tidak mengangkat telpon atau membalas pesannya", kata Lily.
Sarah segera bergegas mengambil ponselnya. "Ya Tuhan, aku lupa ngabarin Denis", ucap Sarah sambil menepok jidatnya.
Saat Sarah akan menelpon Denis, Denis masuk ke toko dan menyapa Sarah dengan semangat.
"Waahhh... pemilik tokonya sudah disini rupanya", sapanya sambil tersenyum.
Sarah membalas senyum Denis. "Duduklah, ayo kita ngobrol sebentar", jawab Sarah sambil menuangkan cokelat panas dan mengambilkan croisant untuk Denis.
"Ada masalah apa? Ga biasanya kamu ga datang ke toko tanpa kabar yg jelas", tanya Denis lalu menyeruput cokelat panasnya.
"Ada... pertemuan keluarga, aku akan... segera menikah", ucap Sarah dengan suara pelan dan mengenggam tangannya.
Denis tersedak mendengar ucapan Sarah. Sarah segera mengambilkan Denis tisu untuk segera mengelap mulutnya.
"Apa? Kau bercanda?", tanya Denis sambil menyeka mulutnya. Sarah hanya menggelengkan kepalanya dan menatap Denis.
"Waahhh... banyak kemajuan sekali kau! Aku mengejarmu dari SMA tapi kau selalu menolakku. Saat kuliah kau juga tak berubah, terus menolakku. Aku tinggal satu tahun ke Belanda dan kini kau akan menikah? Waahhh... siapa dia? Hebat sekali dia bisa menaklukkanmu", Denis mulai mengomel, tak percaya dg apa yang barusan dikatakan Sarah.
"Kau pasti mengenalnya, namanya Michael William"
Denis makin terkejut mendengar nama yg disebutkan Sarah. "Hah? Michael pemilik hotel Belmond itu? Waahhh... Sarah, kau menolakku dan berpaling pada seorang duda ya?", ketus Denis sambil menggelengkan kepalanya, masih tak percaya dengan apa yang terjadi.
"Sejak kapan kau mengenalnya?", tanya Denis menginterogasi dengan mata agak melotot ke arah Sarah.
"Beberapa saat setelah aku membuka toko kue ini, anaknya sering berkunjung kesini dan dekat denganku", jawab Sarah dengan nada pelan.
"Waahhh... kau ini jatuh cinta sama Michael atau anaknya, hah? Aku masih ga habis pikir, Sarah", ucap Denis sambil menggelengkan kepala dan menyilangkan tangannya didadanya. "Kamu beneran jatuh cinta sama Michael? Dia duda loh, Sarah!".
"Udahlah Den, ga usah dibahas lagi. Aku udah yakin dengan keputusanku"
"Waahhhh... pesonaku dikalahkan oleh seorang duda", ucap Denis sambil menggelengkan kepala dan memakan croissant yang disuguhkan Sarah.
"Maaf bu Sarah, ponsel Anda dari tadi berdering terus", teriak Lily dari meja kasir. Sarah segera menuju meja kasir dan mengambil ponselnya. Ternyata Michael menelpon Sarah.
"Kau sedang sibuk?"
"Ehh... enggak, cuma sedang ngobrol sama teman", jawab Sarah sambil menggaruk lehernya.
"Luangkan waktu siang ini, aku akan menjemputmu di toko. Kau harus memilih design untuk tempat pestanya", ucap Michael sambil merapikan dokumen di mejanya.
"Baiklah". Setelah menutup telponnya, Sarah segera menghampiri Denis.
"Michael?", tanya Denis sambil mengunyah. Sarah hanya mengangguk.
"Dia cemburu kalo aku datang menemuimu?"
"Ehhh... enggak. Dia cuma bilang aku harus melihat lokasi untuk pernikahannya"
Denis segera menyeka mulut dan minum cokelat panasnya. "Kabari aku kalo ada apa-apa, jangan tiba-tiba mengejutkanku seperti ini", kata Denis dan segera pergi meninggalkan Sarah.
Sarah pun segera merapikan bekas makan Denis dan melanjutkan pekerjaannya di toko. Sebelum akhirnya Michael datang ke toko untuk menjemput Sarah.
"Sarah ada dimana?", tanya Michael kepada Lily yang sedang mengelap meja toko.
"Ohh... ada di dalam, pak. Silahkan duduk, akan saya panggilkan", ucap Lily & segera masuk ke dapur toko utk memanggil Sarah.
"Terimakasih", jawab Michael sambil duduk. Tak berapa lama Sarah keluar dari dapur dengan masih memakai apron dan tangan yg belepotan krim kue.
"Tunggu sebentar, aku akan bersiap", Michael hanya mengangguk. "Kau mau minum atau makan sesuatu?", tanya Sarah sambil mengelap tangannya dengan tisu.
"Tidak usah", jawab Michael singkat. Sarah segera masuk ke dalam dan bersiap. Tak berapa lama Sarah keluar dan segera pergi dg Michael. Sekeluarnya Michael & Sarah, para karyawan toko heboh membicarakan Sarah.
"Waahhh... bu Sarah beruntung sekali, hari ini sudah ada dua pria tampan yang menemuinya", ucap Lily.
"Tadi pagi aku mendengar sedikit perkataan bu Sarah & pak Denis, mereka seperti membahas soal pernikahan", ucap Ellen. Lily dan tiga orang karyawan toko lainnya terkejut.
"Bu Sarah akan menikah? Dengan yg mana? Pak Denis atau yang barusan?", tanya Lily penasaran.
"Entahlah, aku tidak begitu mendengar dengan jelas. Tapi sepertinya dengan yg barusan, karena mereka pergi bersama", tandas Ellen.
"Ya Tuhan... bu Sarah beruntung sekali. Pria barusan begitu tampan, dewasa, badannya jg kekar. Aku jg menginginkan pria yg seperi itu", ucap Lily sambil tersenyum & memejamkan matanya.
*Di tempat Wedding Organizer*
Sarah dan Michael sedang berdiskusi tentang konsep pernikahannya, Michael lebih banyak diam. "Sepertinya dia tidak tertarik", guman Sarah dalam hati.
Ketika telah selesai dan dalam perjalanan pulang, Sarah memberanikan diri utk bertanya kepada Michael.
"Kau... tidak tertarik ya dengan konsep pernikahan yang tadi dibahas?", tanya Sarah dengan suara pelan.
"Eng... Enggak... biasanya wanita yang lebih excited untuk mengurusnya kan? Dulu istriku juga seperti itu, aku hanya mengikutinya", jawab Michael sembari fokus menyetir.
"Ohh... ternyata memang dia seperti itu. Tapi kenapa tiba-tiba dia membahas istrinya yg telah meninggal?", gumam Sarah dalam hati.
Hari silih berganti, Sarah menyiapkan persiapan pernikahannya dengan dibantu kakak iparnya, Alice. Sarah merasa lebih nyaman bersama Alice karena bisa diajak untuk berdiskusi dan memberi masukan. Dibandingkan dengan Michael yg hanya diam saja dan membosankan. Michael hanya menghubungi Sarah untuk bertanya mengenai persiapan pernikahan. Selain itu, Michael tidak pernah menghubungi Sarah untuk sekedar menanyakan kabar atau pekerjaan. Hal itulah yang membuat Sarah menjadi ragu ketika mendekati hari H. Dia ragu akan keputusannya menikahi Michael adalah keputusan yg salah. Sarah segera mengambil ponselnya & mengirimkan pesan kepada Michael.
"Apa kau sedang sibuk?"
"Lumayan. Aku masih di kantor"
"Aku akan datang ke kantormu, ada yg ingin aku katakan"
Michael segera menghubungi petugas di lobi kantornya. "Kalo ada seorang wanita bernama Sarah ingin menemuiku, perbolehkan dia masuk".
"Baik, pak", jawab petugas lobi.
Tak berapa lama Sarah masuk ke kantor Michael. Dilihatnya ada banyak berkas di meja Michael, "Dia pasti sangat sibuk. Apa aku harus mengatakannya sekarang?", gumamnya dalam hati.
"Ada apa?", tanya Michael sambil terus fokus mengecek dokumen di mejanya tanpa menatap Sarah.
Sarah yg merasa diabaikan pun menjadi kesal. "Sepertinya aku keberatan dg pernikahan ini. Aku pikir masih ada waktu utk membatalkannya, waktunya masih 8 hari lagi kan?", ucap Sarah kesal.
Michael terkejut dengan ucapan Sarah, dia bingung kenapa tiba-tiba Sarah berkata seperti itu. Michael segera meletakkan pulpen dan dokumennya, dia berdiri dari kursinya dan menghampiri Sarah.
"Kenapa tiba-tiba berubah pikiran? Kau sendiri kan yang memutuskan untuk menerima lamaranku?", tanya Michael dengan nada sedikit jengkel.
"Ya, aku yang mengambil keputusan itu. Waktu itu karna alasan utamaku hanya Lucy. Aku tidak mempedulikan gimana nantinya aku harus hidup denganmu", jawab Sarah dengan mata yg berkaca-kaca.
"Apa kau akan terus mengabaikanku seperti ini? Apa kau akan bahagia dengan pernikahan yg pura-pura ini?", imbuh Sarah dengan nada yang tinggi & menenteskan air mata.
Michael bingung bagaimana seharusnya dia merespon Sarah. Emosinya sudah memuncak setelah mendengar perkataan Sarah.
"Ya... aku meminta kau menikah denganku karena Lucy. Kau cukup perhatikan Lucy saja, aku tidak memaksamu utk mencintaiku juga. Kenapa sekarang kau menuntut perhatian terhadapku?", jawab Michael kesal.
Sarah makin sakit hati mendengar perkataan Michael. Air matanya makin tak bisa dibendung dan mengalir deras. "Carilah wanita lain!", ucap Sarah sambil menyeka air matanya dg tangan dan berbalik untuk meninggalkan Michael.
"Kau sudah berjanji dengan lucy, Sarah!", teriak Michael. Perkataan Michael langsung menghentikan kaki Sarah. Michael segera mendekati Sarah dr belakang. "Apa kau tega menyakiti hati seorang anak yang sangat menginginkanmu untuk menjadi ibunya?", imbuh Michael.
Air mata Sarah makin tak tertahankan, dia menangis sejadi-jadinya. Michael segera menarik badan Sarah dan memeluknya.
"Ku mohon Sarah", pinta Michael sambil memeluk erat Sarah.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 72 Episodes
Comments
Yesi Triyanto
lagian aneh sarah juga PD bngt lagsg nerima menikah krna cinta aja masih susah jlanin rmah tangga apa lagi ini. belm apa2 aja yg laki dah cuek yg butuh kan michael demia anak nya kenapa kayanya yg berjuang cm sarah. batalin aja dri pada nyesel minimal tunangan dl biar saling kenal bro gujuk2 main lamar aja
2022-10-03
0
💕𝘛𝘢𝘯𝘵𝘪 𝘒𝘪𝘵𝘢𝘯𝘢💕
egois Michel
2021-08-08
1
Yeyeh
Kalau engga cinta memang susah.
2020-12-25
4