Natasha yang mengikuti seluruh agenda Bryan hari ini tersenyum lega, karena ini adalah rapat terakhir hari ini. Bryan yang memimpin jalannya rapat kali ini terlihat marah, karena salah satu anggota keuangannya lupa membawa laporan yang diminta.
Beruntung Natasha selalu meminta salinan laporan keuangan yang akhirnya berguna juga hari ini, Bryan yang marah seketika luluh setelah Natasha menyerahkan salinan laporan. Bryan tersenyum senang dengan kinerja yang Natasha berikan untuk perusahaannya, setelah rapat selesai Natasha pamit untuk pulang lebih dulu.
"Maaf Pak, pekerjaan saya sudah selesai semua. Saya izin pulang dahulu," ucap Natasha ketika menyerahkan salinan dokumen rapat hari ini. Bryan mengalihkan pandangannya dari berkas yang berada di mejanya ke arah Natasha, Natasha yang di lihat Bryan memandang hanya bisa menundukkan kepalanya.
"Kenapa Pak Bryan lihatnya seperti itu sih," gumam Natasha sambil meneliti penampilannya apakah ada yang salah atau masalah dengan kinerjanya, Natasha mencoba menebak dalam hati.
"Terima kasih telah menyelamatkan rapat hari ini, saya bangga dengan kinerja mu. Walaupun baru beberapa hari bekerja di sini tetapi kamu dapat bekerja dengan baik dan benar," puji Bryan.
Natasha yang mendengar Bryan memujinya tersenyum manis, baru kali ini dia melihat bosnya itu mengucapkan kata terima kasih.
Sebulan sudah Natasha bekerja di perusahaan Bryan, kinerja nya tidak perlu diragukan lagi. Semakin hari semakin bagus dan membuat para karyawan iri padanya, tapi Natasha tidak pernah memperdulikannya.
Salah satu karyawan yang iri padanya adalah Weni, dia bekerja di bagian keuangan. Sudah lama Weni menaruh hati pada Bryan tapi tidak pernah berani untuk mengungkapkannya, Weni merasa geram dengan kedekatan Bryan dan juga Natasha.
Pagi ini aktivitas Natasha berjalan seperti biasa, dia selalu mengikuti semua agenda Bryan. Bryan selalu puas dengan kinerja Natasha selama ini, Weni makan siang bersama dengan Riska di kantin sambil membicarakan Natasha, tatapan tidak suka terpancar dari kedua mata Weni.
"Apa-apaan itu si Natasha, beraninya goda Pak Bryan. Kecentilan banget, cantikan aku kemana-mana coba," geram Weni saat melihat Natasha sedang mengambil makanan dikantin bersama Mia.
Bryan yang sedang berjalan mendengar semua ucapan Weni, Riska tidak sengaja melihat Bryan berada di belakang sahabatnya itu mencoba untuk memberikan kode. Weni melihat gelagat aneh Riska segera menengok ke arah belakangnya, dia terkejut saat melihat sang bos sedang menatapnya dengan tatapan tidak menyenangkan.
"Siang Pak," sapa Weni yang gugup karena dia membicarakan nya tadi.
"Apa yang sedang kalian bicarakan?" tanya Bryan dingin.
"Tidak Pak, sa- saya tidak bicara apa-apa Pak," ujar Weni gugup dengan kepalanya yang menunduk dan tangan yang sudah berkeringat dingin.
"Saya peringatkan kepada semuanya, jangan pernah bergunjing tentang seseorang yang belum tentu kebenarannya. Satu lagi, saya paling tidak suka karyawan yang berprestasi harus jelek reputasinya hanya karena gosip murahan. Saya bayar kalian untuk bekerja bukan untuk bergunjing," teriak Bryan. Semua karyawan yang sedang makan siang menatap Bryan dengan wajah yang ketakutan, mereka takut saat melihat Bryan yang sedang marah.
Natasha yang baru melihat kemarahan Bryan menjadi takut jika sampai membuat kesalahan nantinya, Mia sedang berpikir apa yang membuat bosnya bisa semarah itu. Setelah meluapkan emosi nya Bryan bergegas menuju stand makanan favorit nya, dan berpesan untuk diantarkan keruangan. Sebelum Bryan kembali keruangannya, dia memberi pesan kepada Weni.
"Peringatan untuk kamu, jika masih bergunjing tentang orang lain saya tidak segan-segan memecat kamu dari kantor ini," bisik Bryan tepat ditelinga Weni.
Weni yang mendengar peringatan dari Bryan hanya bisa menyesali perbuatannya, dia tidak ingin sampai di pecat dari kantornya itu.
"Pak Bryan marah kenapa ya Sya?" tanya Mia kepada Natasha, dia dari tadi memikirkan apa yang membuat bosnya itu sampai seperti itu.
"Tidak tahu aku Mia, memang Pak Bryan kalau marah seperti itu ya? Aku jadi takut kalau sampai buat kesalahan," jujur Natasha yang takut karena baru kali ini dia melihat Bryan marah.
Natasha dan Mia tidak mau memikirkan masalah yang bukan urusannya itu, mereka melanjutkan makan siangnya dengan sambil diselingi obrolan ringan. Saat mereka akan kembali keruangannya, Natasha dipanggil oleh ibu penjual dikantin.
"Neng Natasha, maaf neng ... Ibu mau nitip makan siang punya Bapak, tadi Bapak pesan suruh neng Natasha yang bawa kalau neng udah selesai istirahat nya," jelas Ibu penjual makanan sambil memberikan makanan milik bosnya itu. Natasha hanya menuruti perintah bosnya itu, dari pada sang bos marah seperti tadi.
"Baik Bu, terima kasih ya," ucap Natasha sambil mengambil makanan itu dari tangan Ibu penjual.
Natasha dan Mia berjalan menuju ruangannya masing-masing, namun Natasha sebelum kembali keruangannya dia mengantarkan pesanan milik sang bos.
Tok tok tok tok
"Masuk," ucap Bryan sambil mengecek laporan yang ada di atas mejanya. Natasha berjalan menghampiri meja Bryan, dia menyerahkan makanan pesanan nya.
"Maaf Pak, ini pesanan Bapak," kata Natasha sambil ingin menaruh bungkusan makanan itu di atas meja bosnya.
"Tolong taruh di meja itu saja," ujar Bryan sambil menunjuk meja lain yang ada di ruangan nya. Natasha hanya bisa menuruti perintah bosnya itu, dia segera pamit setelah melakukan apa perintah bosnya.
"Apa ada yang bisa saya bantu lagi Pak?" tanya Natasha, takut kalau Bryan masih membutuhkan bantuannya.
"Tidak, terima kasih," ucap Bryan. "Nanti laporan yang tadi tolong antarkan keruangan saya jika sudah diperbaiki," sambung Bryan.
"Baik Pak, kalau begitu saya permisi dahulu," pamit Natasha. Bryan segera meninggalkan meja kerjanya menuju meja satunya untuk memakan makanannya terlebih dahulu, sesekali Bryan mengecek pekerjaan nya menggunakan tablet yang ada di tangannya. Saat sedang mengecek pekerjaan nya ponsel Bryan berdering, dia segera mengangkat panggilan itu.
"Selamat siang Pak Bryan," ucap orang yang di seberang sana.
"Selamat siang, maaf ini siapa ya? Ada perlu apa?" tanya Bryan.
"Perkenalkan saya Raka, saya dari perusahaan xxx, kami ingin memastikan rapat untuk esok hari. Apakah Bapak tidak akan merubah jadwalnya? Karena saya harus memastikan jadwal bos saya Pak," jelas Raka yang memastikan jadwal bosnya itu.
"Tenang Pak Raka, jadwal esok tidak akan berubah. Sampai bertemu esok hari Pak," ucap Bryan sopan. Biar hari ini emosi Bryan tidak dapat dia kontrol, tetapi dia berusaha sekuat tenaga mengontrolnya agar tidak terjadi kesalahan dengan para kliennya tersebut.
Bryan segera keluar ruangannya untuk menemui Natasha, dia ingin memastikan kembali jadwal bertemu dengan perusahaan xxx sudah tercatat.
"Tolong kamu masukkan ke agenda saya bertemu dengan perusahaan xxx saat makan siang besok," ucap Bryan saat berada didepan meja kerja sekretaris nya itu.
Natasha yang mendengar perusahaan xxx disebut oleh bosnya mencoba tenang, karena perusahaan yang dimaksud bosnya itu adalah perusahaan peninggalan orang tua nya.
"Ba- baik Pak," jawab Natasha yang gugup. Dia sedang memikirkan bagaimana nasibnya besok, akankah semuanya terbongkar secepat ini. Natasha terus memikirkan bagaimana caranya agar Bryan tidak mengetahui jika perusahaan yang akan ditemui besok adalah perusahaan milik keluarganya, Natasha harus segera menghubungi orang kepercayaan yang mengurus perusahaannya itu.
"Semoga besok baik-baik saja, dan Bryan tidak sampai tahu," gumam Natasha saat Bryan sudah meninggalkan meja kerjanya.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 66 Episodes
Comments