Natasha yang bertemu dengan Mita merasa tidak sangat asing saat dekat dengannya, Natasha merasa seperti pernah bertemu Mita sebelumnya. "Bu apa kita pernah bertemu sebelumnya, sepertinya saya tidak asing dengan wajah Ibu tapi saya lupa di mana," ucap Natasha. Ini adalah kedua kalinya Natasha bertemu dengan Mita tetapi, perasaannya mengatakan jika sudah pernah bertemu sebelumnya.
"Saya juga tidak asing dengan kamu Nak, kamu mengingatkan kami dengan seseorang," sambung Mita mengingat sahabat dari sang suami. Mita memperhatikan wajah Natasha dengan seksama, dia seperti melihat Raihan yang dia kenal berada di sana.
Mita bertanya dalam hati, "Apa mungkin dia anak dari Raihan sahabat dari Mas Jonathan." Mita mencoba menepis pikirannya, wanita paruh baya itu mengajak Natasha untuk membantunya menyiapkan makan siang. Natasha dengan senang hati membantu Mita, karena bagaimanapun Mita adalah bosnya juga.
Setelah selesai menyiapkan makan siang Mita memanggil suami beserta anaknya untuk memulai makan siang bersama, Bryan dan Jonathan segera menghampiri mereka yang sudah menunggu di meja makan.
"Ayo di makan tidak usah malu," ucap Mita sambil menaruh beberapa makanan di piring Natasha, dia juga menyuruh Natasha untuk makan yang banyak.
Mita tak lupa juga menyendokkan makanan ke dalam piring suami dan anaknya, Natasha yang melihat kedekatan keluarga Bryan merasa sangat merindukan sosok orang tuanya. Mita yang melihat Natasha tidak menyentuh makanan di depannya bertanya, "Kamu kenapa? Kok sedih seperti itu, sini cerita sama Mom," ucap Mita saat melihat tatapan sendu dari wajah Natasha.
"Tidak apa-apa cuma ingat kedua orang tua saya saja Bu," ucap Natasha. Mita bertanya pada Natasha tentang kedua orang tuanya, "Orang tua kamu kemana memang?" tanyanya.
"Kedua orang tua saya sudah tidak ada Bu," ucap Natasha dengan air mata yang tidak dapat di bendung lagi. Apalagi teringat kejadian yang merenggut nyawa kedua orang tuanya itu, Natasha akan terus menangis jika membayangkannya.
Mita tersenyum dan berbicara, "Jangan panggil aku Bu tapi Mom," pintanya. "Anggap saja kalau saya ini Ibu kamu," sambung Mita yang memang menginginkan seorang anak perempuan berada di tengah-tengah keluarganya.
Acara makan siang itu berlangsung dengan hening hanya terdengar suara sendok dan garpu yang terdengar di sana, setelah selesai Natasha membantu Mita untuk merapikan meja di depannya.
Natasha mengikuti Mita dari belakang, mereka menuju ruang tamu di rumah itu. "Sini Nak duduk," ajak Jonathan sambil menepuk sofa sebelah kanannya yang kosong.
"Saya di sini saja Pak," ucap Natasha sambil mendudukkan dirinya di sofa lain yang kosong. Gadis itu merasa tidak enak jika dia menuruti keinginan Ayah dari bosnya itu, Mita tersenyum melihat sikap Natasha.
"Jangan panggil Pak, panggil saja Dad karena saya mau kamu menjadi anak saya di sini," tutur Jonathan yang langsung memberitahukan niatnya.
"Maksudnya apa ya?" tanya Natasha yang masih bingung dengan pernyataan Jonathan.
"Saya ingin kalian menikah, karena dari awal saya bertemu dengan kamu, saya sudah menyukai sikapmu dan sepertinya kalian berdua cocok," pinta Jonathan.
Natasha yang mendengar permintaan Jonathan menaikan sebelah alisnya, "Maksud Bapak ... Eh maksudnya Dad, ingin saya menjadi menantu di sini?" tanya Natasha yang langsung mendapat anggukan kepala dari Mita dan juga Jonathan.
"Dari awal kita bertemu, saya merasa ada yang berbeda denganmu. Kamu itu mengingatkan Dad dengan seseorang," ujar Jonathan yang kembali mengingat kenangan bersama sahabatnya itu.
"Siapa Dad?" tanya Natasha, dia awalnya merasa tidak enak jika harus memanggil ayah dari bosnya itu dengan sebutan Dad.
"Dia adalah sahabat terbaikku sampai kapanpun," ucap Jonathan. Air mata yang semula di tahan oleh Jonathan tiba-tiba jatuh begitu saja tanpa permisi terlebih dahulu. Natasha yang melihat pria paruh baya itu menangis menjadi tidak tega jika harus menolak permintaannya, gadis itu melihat ke arah Bryan yang terlihat tidak terkejut sama sekali dengan permintaan sang ayah.
"Apa Dad serius dengan permintaanmu?" tanya Bryan, dia hanya ingin memastikan bahwa permintaan sang ayah bukanlah guyonan semata.
"Sejak kapan Dad tidak pernah serius? Kali ini Dad sangat serius dan Dad mau acaranya di laksanakan dalam waktu dekat, apa kamu bersedia?" selidik Jonathan terhadap anak semata wayangnya itu. Bryan yang ingin menjawab pertanyaan sang ayah, mengurungkan niatnya saat Natasha lebih dahulu berbicara.
"Bolehkah saya berpikir dahulu sebelum mengambil keputusan, karena ini menurut saya sangat mendadak," potong Natasha. Jonathan sangat mengerti dengan jawaban gadis itu, "Dad kasih waktu sampai besok," ucapnya. Natasha mengiyakan permintaan Jonathan, "Baik Dad." Diam-diam Jonathan telah menyelidiki siapa Natasha sebenarnya, walaupun tidak sepenuhnya identitas Natasha terbongkar tapi setidaknya Jonathan tahu jika dirinya tidak akan salah pilih untuk sang anak.
Raihan sangat pintar dalam menyembunyikan identitas keluarganya, sampai perusahaan yang dia bangun dari nol tidak banyak yang mengetahui. Raihan selalu sadar jika sang paman selalu ingin merebut apa yang dirinya miliki.
"Maaf sepertinya saya harus kembali ke kantor, karena Pak Bryan akan ada jadwal meeting dengan client pukul 3 nanti," tutur Natasha sambil melihat jam tangan yang melingkar di tangan kanannya.
Bryan yang awalnya terdiam dan memikirkan jawaban yang tepat segera beranjak, pria itu bergegas mengambil berkas yang memang sudah di siapkan untuk meeting hari ini. Bryan segera mengajak Natasha untuk segera berangkat menuju kantor di mana rapat itu di laksanakan, "Ayo kita berangkat sekarang," ajak Bryan. Natasha pamit kepada kedua orang tua Bryan.
"Kamu harus yakin dengan pilihan kamu Natasha," ujar Bryan saat mereka berdua sudah dalam perjalanan menuju kantor. Bryan ingin memastikan bahwa Natasha mau menuruti keinginan sang ayah, dirinya sudah lelah jika harus di jodohkan kembali.
"Saya tidak tega jika menolak permintaan tuan dan nyonya, mereka sangat baik dan mau menerima saya apa adanya. Tapi bolehkan saya berpikir dahulu sebelum memutuskannya?" tutur Natasha. Gadis itu berharap akan mendapatkan jawaban terbaik saat ini, mengingat kejadian masa lalu yang selalu menghantui pikirannya.
"Nanti akan saya bicarakan kembali dengan Dad apa saja yang akan di lakukan terlebih dahulu," ujar Bryan sambil membelokan mobilnya menuju parkiran kantor itu.
Bryan bergegas turun dan membukakan pintu untuk Natasha, gadis itu hanya terdiam saat mendapatkan perlakuan yang tidak pernah dia bayangkan sebelumnya. "Kenapa masih diam di situ, ayo kita segera masuk," ajak Bryan yang membuyarkan lamunan Natasha.
"Eh, iya ayo," Natasha langsung tersadar dan segera keluar dari mobil itu. Mereka berjalan menuju ruangan di mana rapat akan di laksanakan, banyak pasang mata yang menatap ke arah mereka. "Kenapa pada melihat seperti itu?" tanya Natasha dalam hati. Gadis itu segera menapik pikiran buruk yang sedang menari-nari di otaknya, "Terserah mereka mau bicara apa, aku tidak harus peduli bukan?" begitu pemikirannya saat ini.
Jangan lupa like, komen, rate dan vote nya ya.
Terima kasih sudah mau mampir, see you🤗🤗🤗🤗
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 66 Episodes
Comments
Dian Amelia
iya.....iya....thor aq udah like tuh.....👍
2021-01-11
1
Ay Alvi
Ka' Nuy, ay mampir di sini.
seru juga ceritanya..
udah ay boomlike juga .
semangat ya ka'
2020-06-24
0