Part 15

Pagi itu alira bangun sudah sangat lagi, ia ke belakang membantu emaknya tak biasa seorang alira melakukan hal itu. emak tersenyum kala Alira sudah memegang sayuran untuk di potong -potong. emak melanjutkan menyiapkan bumbu untuk masak pagi ini.

" emak setelah di potong-potong ini di apain Mak". tanya alira bingung ia hanya biasa melihat emak saja tanpa mau membantu.

" kamu cuci dulu, lalu siapkan bumbunya kemudian tumis ya. masukkan bumbu setelah berbau harum baru masukkan sayuran nya". alira bersemangat ia membantu emak.

" Mak mana kopi Abah".

" oh iya emak lupa, ". emak sampai lupa karena saking senangnya melihat Alira turun ke dapur.

" ada angin apa ini anak gadis Abah ke dapur" Abah sembari mengucek matanya, sehabis tadi Abah tidur lagi karena kepalanya sedikit pusing.

" kena ****** beliung Abah jadi Alira ke lempar ke sini." ucap alira membuat semua terkekeh.

" sudah siap jadi istri ini rupanya anak Abah".

" isshhh Abah emang kalau belajar masak sudah siap jadi istri, bukan gitu Abah cuma alira pingin saja bisa masak. siapa tau nanti lulus sekolah bisa kerja Abah". ucap alira masih asyik menumis bumbu nya.

" apa kamu ngga sekolah lir".

" ya sekolah Abah tapi ngga belajar lagi alira kan sudah selesai ujian."

" ngga nyangka ya Mak kita udah punya anak gadis, semakin merasa tua saja Abah ini".

" eleng Abah eleng maunya muda terus gantian atuh mudanya kita ini sudah tua." ucap emak masih sibuk menggoreng ikan asin.

" Alhamdulillah coba Mak rasanya udah pas belum Mak." alira senang ia sudah bisa menyelesaikan masakannya.

" sudah ini pas dan enak, pinter anak emak. sudah biar emak bereskan kamu mandi sana nanti Amel ke sini masih bau bawang". alira terkekeh.

" iya emak alira mandi dulu ya". alira mengambil handuk lalu pergi ke kamar mandi.

" Ngga kerasa ya Mak anak kita sudah gadis, pasti dia ingin seperti teman-teman lainnya kuliah. tapi sayang alira kamu hanya anak Abah yang tak bisa membiayai mu kuliah". ucap Abah sendu.

" jangan gitu Abah kita harus tetap bersyukur, kebahagiaan seseorang itu tak hanya di ukur dengan materi saja. contohnya emak Abah liatkan emak tu bahagia hidup sama Abah tak sekalipun Abah bikin emak sedih".

" terus kemarin yang nangis siapa, emang Abah tak tau jika emak nangis." emak meringis padahal ia sudah menyembunyikan kesedihannya ternyata ketauan Abah, untung saja kakak Abah penjual sembako jadi Abah ngutang dulu tapi tak banyak. Kebiasaan hidup keluarga alira itu tak mau berhutang kecuali memang sangat mendesak.

" astaghfirullah itu cuma kelilipan Abah". Abah mencebik. emak mengelak itulah emak pintar menyimpan kesedihannya.

" maaf ya emak Abah belum bisa bahagiakan emak, hidup dengan Abah serba pas-pasan bahkan sering kurang."

" bersyukur Abah jangan gitu, Alhamdulillah meski kita tak banyak uang Allah berikan kita tubuh yang sehat selalu. sumpah emak bahagia kok hidup sama Abah".

" beneran nih." Abah mendekati emak yang masih berdiri di depan kompor.

" iya Abah ". Abah lalu memeluk emak dari belakang keduanya melempar senyum dalam pelukan hangat di pagi hari.

***

Nita matanya menyapu setiap sudut sekolahan ia sedang menyusuri sekolah yang akan ia tinggalkan sebentar lagi.

" cari ustadz Barra". Nita nyengir ia keceplosan.

" Oalah cari idola, ia izin beberapa hari katanya pulang kampung."

" ada yang penting kah atau orang tua nya ada yang sakit."

" berprasangka baik Nita, mungkin ya rindu saja sama orang tua nya. ustadz barra kan memang lama di sini dan tidak di izinkan pulang sebelum mengabdi nya selesai". ungkap Ratih.

" jadi ustadz Barra juga sudah selesai ya mengajar di sini".

" kalau masa mengabdi nya memang sudah selesai ketika kita lulus nanti tapi ya ngga tau juga siapa tau ustadz betah tinggal di sini dan melanjutkan lagi mengajar."

" bisa saja sih jika ustadz dapat jodoh orang sini ia pasti tak akan pergi dari sini." mereka asyik mengobrol memang tak ada pelajaran mereka berangkat hanya untuk melihat nilai UAS kemarin.

***

sedangkan di tempat yang lain ada seorang wanita yang sedang bersimpuh di hadapan Allah SWT, ia meminta kepada Allah tentang apa keputusan apa yang akan ia ambil. Aisyah ingin ada jalan yang terbaik untuk nya.

" Aisyah ndok sarapan dulu Ini sudah siang"

" iya Abi sebentar".

semua sudah menunggu keluarga Aisyah menikmati makan paginya, ada kedua adiknya juga yang sudah siap dengan tas yang berada di punggung nya. Setelah selesai sarapan adik Aisyah beranjak pamit pergi ke sekolah.

" Abi Aisyah ingin bicara sama Abi."

" katakan saja Aisyah ada apa".

" maaf Abi Aisyah tak bisa melanjutkan khitbah nya ustadz Zaky". Abi yang mesih meneguk air nya langsung berhenti.

" apa maksud mu Aisyah ".

" maafkan Aisyah Abi tapi Aisyah tak menemukan mas barra dalam shalat istikharah Aisyah, Aisyah ingin menolak kembali khitbah dari ustadz Zaky."

" astaghfirullah Aisyah apa yang akan Abi katakan kepada ustadz Zaki, kalian sudah sama-sama menunggu bahkan Barra sudah selesai dalam mengabdi nya nak".

" Aisyah mohon Abi jangan lanjutkan perjodohan ini Aisyah menolak ".

" lalu kemarin bagaimana kamu sudah menerima nya Aisyah bagaimana sekarang kamu menolak".

" mungkin Aisyah dan mas Barra tidak berjodoh." ucap Aisyah.

" Aisyah istighfar nak, kenapa kamu baru katakan sekarang setelah hari makin dekat". tegur umi, Aisyah hanya terdiam.

" sudah umi jangan memaksakan kehendak kepada Aisyah kita juga harus memberi kebebasan untuk nya, Abi juga tak ingin jika anak kita tak bahagia. hargai keputusan Aisyah ya umi mungkin memang mereka tidak berjodoh ". jelas Abi Zaky meskipun kecewa tapi ia lebih sayang anaknya Aisyah.

" umi sudah berharap penuh Aisyah bisa bersanding dengan Barra ia anak yang Soleh Abi, ia pasti bisa membahagiakan Aisyah. Barra seorang hafidz kamu juga bisa memurajaah hafalanmu setiap hari Aisyah dengan nak Barra". Aisyah hanya menunduk ia menahan sesak dalam dadanya, keputusan ini sudah Aisyah pikirkan dengan matang.

" sudah umi jangan memojokkan Aisyah, Abi yakin Aisyah juga mengambil keputusan ini sudah ia pikir kan secara matang."

" iya Abi keputusan Aisyah sudah bulat". tegas Aisyah tanpa ragu.

" lalu apa yang kamu lakukan setelah ini Mak umurmu juga sudah cukup".

" Aisyah akan melanjutkan studi Aisyah bi mengambil S2". ustadz Ilyas tersenyum menguatkan anaknya.

" baik jika itu memang keputusan mu Aisyah".

_

" assalamu'alaikum..."

" wa'alaikumsalam". terdengar suara orang mengucap salam.

umi berjalan mau membukakan pintu tapi berhenti ketika terlihat dari jendela ustadz Ilyas dan Barra.

" siapa mi". tanya Abi.

" ustadz Ilyas dan Barra bi".

deg jantung Aisyah berdetak kencang ia tak bisa menyembunyikan jika ia juga mencintai Barra. tapi tak boleh egois ia harus mengambil keputusan ini lebih cepat lebih baik.

__

Terpopuler

Comments

Sulaiman Efendy

Sulaiman Efendy

BIAR HIDUP SEDERHANA, YG PTG SEHAT DN TK PUNYA HUTANG, TRUTAMA HUTANG DGN RENTENIR.. TRUTAMA RENTENIR TUA MATA KRANJANG HIDUNG BELANG.. DN DIDESA DESA BNYK TUHHH RENTENIR2 SPRTI ITU .

2023-09-07

1

𝐈𝐬𝐭𝐲

𝐈𝐬𝐭𝐲

apakah benar aisah memiliki penyakit🤔

2023-04-14

1

lihat semua

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!