Part 19

" Jangan nangis lagi alira, kamu juga tidak bersalah mungkin takdir yang mempertemukan kita dengan cara seperti ini. aku dan orang tuaku akan melamar mu kita menikah." ucap barra ketiga sahabat alira mendelik terkejut, hingga serasa anjlok jantung mereka alira akan di nikahi ustadz Barra yang menjadi idaman mereka.

" tapi ustadz tak akan mungkin kita tidak saling mencintai". ucap alira melihat ustadz Barra, netra mereka bertemu keduanya saling tatap ada desiran yang tak kasat mata bagi mereka berdua

" itu urusan nanti, sekarang yang terpenting adalah urusan nama baik mu dan keluarga mu." ucap ustadz Barra melihat wajah alira yang begitu khawatir ia tak tega.

" ngga apa-apa Lo lir, terima saja dari pada urusannya lebih runyam. tak ada buruknya nikah sama ustadz Barra, aku saja mau." celetuk Ratih, kedua temannya mendorong kepala Ratih dengan telunjuk. Ratih nyengir saja.

" Lebih baik kita pulang, kamu harus istirahat alira. tunggu kabar dariku. aku dan orang tua ku akan segera datang melamar mu". akhirnya mereka pulang, Amel membonceng alira Ratih bersama Nita sedangkan ustadz Barra sendirian.

Motor melaju mereka pulang ke rumahnya masing-masing. Amel melihat alira dengan tatapan kosongnya.

" kamu kenapa alira, harusnya kamu senang bisa menikah dengan ustadz Barra. tampan ustadz pula, banyak wanita yang mendambakan ustadz barra termasuk aku. aku saja iri denganmu, nasibmu mujur banget alira."

" Aku belum lulus Amel, sedangkan ustadz Barra itu guru kita. apa kata orang nanti, guru-guru juga murid ustadz barra ". ucap alira lemas.

" Kita kan sudah ujian alira, tinggal tunggu saja kelulusan menerima ijazah. sudah jangan pedulikan kata orang, mungkin memang kamu jodoh dengan ustadz Barra. Selain menyelamatkan nama baik mu juga keluarga mu, ini juga demi ustadz Barra juga keluarga ustadz Barra." terang Amel menerangkan.

" tapi bagaimana kita menjalaninya nanti Amel, apa kami bisa." alira sangat ragu, pernikahan ini sangat tidak ia inginkan.

" Berserah kepada Allah Alira, apa kamu lupa ustadz Barra itu seorang ustadz ia pasti tau bagaimana menempatkan dirinya sebagai suami. aku yakin kalian nanti akan bahagia alira, cinta bisa di bangun dengan seiring waktu ". alira menghembus nafas berat.

" aku tak ingin pernikahan ini terjadi Mel, kasihan ustadz Barra semua gara-gara aku."

" Jangan menyalahkan diri lagi alira, tak ada sesuatu yang terlewati semua adalah kehendak dari Allah SWT. "

***

Ustadz Barra memarkirkan motor nya di garasi milik ustadz Yusuf. Barra langsung masuk saja setelah membuka pintu dan mengucap salam. Di rumah tak ada orang saat itu ustadz Yusuf dan keluarganya sedang pergi. Barra langsung membersihkan diri kemudian ia shalat ashar, karena tadi di perjalanan dan tidak melihat masjid ustadz Barra langsung pulang saja.

Di letakkan nya sajadah serta pakaian yang ia bawa tadi dari rumahnya. Barra langsung merenung ia harus mempertanggung jawabkan apa yang sudah ia katakan dengan Alira tadi bahwa ia akan melamar alira secepatnya. Dengan kemantapan hati Barra akan langsung menghubungi orang tuanya.

" mungkin lebih cepat akan lebih baik". ungkap Barra ia mencari kontak yang beratas namakan abinya.

" assalamu'alaikum Abi".

" wa'alaikumsalam, sudah sampai nak ".

" Alhamdulillah sudah Abi, umi di mana." tanya barra basa basi.

" Ada di belakang bagaimana nak ada apa". abinya curiga dengan Barra, entah perasaan abinya juga berbeda.

" Abi Barra minta maaf sebelumnya. Bisakah Abi dan umi datang ke sini". ucap Barra sedikit terbata.

" ada apa nak, penting kah sampai Abi dan umi harus datang."

" Barra ingin umi dan Abi melamar kan wanita yang mau Barra nikahi bi". ucap Barra begitu hati-hati.

umi dan abinya saling pandang, kini umi sudah ada di samping Abi mendengar ucapan Barra.

" apa maksudmu nak, baru saja khitbahmu di tolak oleh Aisyah tapi kamu langsung dapat ganti nya " ucap Abi seperti tak yakin dengan ucapan Barra.

" lebih cepat lebih baik Abi, supaya barra bisa melupakan Aisyah".

" nak jika niatmu hanya untuk melupakan Aisyah, Abi tidak akan setuju dengan keinginan mu."

" bukan Abi tidak hanya itu, Barra sudah mantap jika wanita ini yang akan menjadi pendamping Barra".

" kamu yakin nak." tanya umi yang begitu khawatir dengan Barra.

" iya umi , barra sangat yakin alira wanita biasa juga sederhana. Barra minta izin kepada umi dan Abi supaya Barra akan menikahi alira secepatnya.".

" Sebenarnya ada apa nak, katakan pada Abi. Abi yakin kamu tak akan gegabah dalam mengambil keputusan ".

" nah Abi taukan bagaimana barra, barra tak mungkin akan mengambil keputusan tanpa berfikir Abi."

hening,,,

" Baiklah nak Abi akan ke sana besok ".

" Alhamdulillah terimakasih umi, Abi. assalamualaikum ".

" wa'alaikumsalam kamu hati-hati ya nak di sana ".

" Abi kenapa Barra begitu cepat mencari pengganti Aisyah bahkan langsung akan melamar, sebenarnya wanita seperti apa yang kini akan di jadikan Bara istrinya." tanya umi makin heran dengan anaknya.

" Ngga tau juga mi, Abi yakin keputusan Barra ini sudah ia pikirkan. Kita datang ke sana besok, lebih cepat lebih baik". ucap Abi.

Barra merasa lega keberanian nya untuk meminta izin kepada kedua orang tuanya tertunaikan sudah. Barra merebahkan tubuhnya di ranjang sembari teringat oleh Aisyah gadis salihah yang kini masih tersemat dalam hatinya. impiannya hidup bersama Aisyah kandas.

Barra tidak menyesali dengan apa yang sudah terjadi, ia berfikir mungkin memang ini jalan jodoh yang Allah berikan untuk nya. Alira gadis yang baik walaupun ia tak sesoleha Aisyah.

***

" Lir kamu kenapa dari tadi murung saja". sapa emak yang melihat putrinya tak bersemangat.

" ngga apa-apa Mak, lagi irit bicara saja". ucap alira tersenyum sembari meminum teh yang sudah ia buat.

" anak gadis tak boleh merenung tanpa sebab nak, katakan sama Abah ada apa". tanya Abah juga heran semenjak ia di antar oleh Amel pulang alira hanya berdiam diri di kamar sedangkan pagi ini tatapannya kosong.

" ngga apa-apa Abah, lagi males saja bicara".

" Kapan ijazah kamu di bagi lir, selanjutnya kamu akan ke mana nak. Maaf Abah tak bisa menyekolahkan mu seperti yang lain".

Alira tersenyum Abah sangat menyayangi dirinya, terlebih ia anak pertama perempuan. Keinginan ada dalam diri alira untuk sekolah lagi tapi itu tak mungkin mengingat keadaan keluarganya yang pas-pasan.

" Bisa lulus SMA saja alira sangat bersyukur abah, Abah dan emak orang tua terbaik ". alira tersenyum menatap kedua orang tuanya yang sudah mulai tua.

" Abah juga bersyukur nak kamu sudah tumbuh dewasa, Abah jadi ingat saat pertama kali emakmu mengandung mu bahagia nya Abah".

" Alhamdulillah ya Abah, Allah memberi kita anak-anak yang baik. apa kamu mau menikah saja lir." alira mendongak keputusan ustadz Barra yang akan melamarnya belum ia utarakan ke emak dan Abah. Alira malu krena ia juga belum bisa membalas orang tua nya, keinginan bekerja demi membantu orang tuanya sudah tak mungkin lagi.

" apa boleh jika alira menikah di umur semuda ini Mak." ucap alira memancing tanggapan emak.

" ya boleh lir, jika sudah dekat jodohnya tak usah menunggu lama lagi. emak juga senang ada yang menjagamu, emak bisa cepat punya cucu." emak tertawa ia hanya menanggapi tak serius, tak akan mungkin alira akan menikah secepat ini emak tau siapa alira.

" ya sudah alira menikah saja ya Mak". emak dan Abah justru tertawa. Alira sudah menebak itu jika emak dan Abah akan menganggap alira hanya bercanda

__

bersambung

bantu like dan komen ya jangan lupa beri hadiah serta vote.

terimakasih

Terpopuler

Comments

𝐈𝐬𝐭𝐲

𝐈𝐬𝐭𝐲

nah ternyata mereka berjodoh...

2023-04-27

1

lihat semua

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!