Part 10

Setelah penjelasan dari ustadz Barra murid-murid langsung di adakan ulangan harian untuk menambah nilai rapor mereka. Mereka hanya di berikan waktu tiga puluh menit untuk mengerjakan lima soal yang sudah barra jelaskan tadi, bagi yang mengumpulkan langsung menyetor kan hafalannya.

" maju satu-satu ya serahkan hasil ulangan kalian dan langsung setorkan hafalannya kalian".

" ustadz Barra ini menyenangkan tapi juga mengerikan". ucap Kennu.

Begitulah Barra murid-murid susah menebaknya, kadang ia masuk langsung menodong hafalan. kadang langsung ujian baru ia akan bahas materi kali ini anak-anak di suguhkan materi terlebih dahulu baru lakukan ujian dan hafalan. semenjak ustadz Barra mengajar di situ anak-anak jadi rajin untuk belajar. pembelajaran barra pun tidak menonton ia lebih banyak membuat murid-murid tertawa agar tak begitu stres.

" gimana kakinya alira, ustadz kira kamu izin tak berangkat." tanya Ustadz saat alira terakhir sendiri maju ke depan.

" Alhamdulillah sudah membaik ustadz semalam Mak Erot udah urut".

" syukurlah, kalau begitu jalannya hati-hati jangan banyak bergerak dulu ". alira mengangguk kemudian ia menyetorkan hafalannya, meskipun tertatih namun alira bisa menyelesaikan hafalan surat An naba nya.

Ustadz Barra lalu pamit pelajaran nya hari itu selesai di kelas alira, ia akan berpindah ke kelas sebelah nya. Amel ternyata mendengarkan ustadz barra bicara dengan alira.

" lir kok ustadz barra tau jika kamu jatuh."

" iya aku jatuh ustadz Barra pas ada di mushola". ..

" memang kamu jatuhnya di mana kok ada di mushola sih, hayo jangan-jangan kamu".

" apaan sih Mel aku mau antar jahitan emak onah eh di kejar sapinya Abah Anom, aku jatuh pas di depan musola." terang alira ia hanya tak ingin temannya berprasangka buruk padanya.

Bukannya kasihan Amel justru tertawa terpingkal-pingkal membayangkan saat alira di kejar sapi.

" eh ni bocah bukannya kasihan malah tertawa, asem kamu ya Mel".

" alira aku tuh lagi ngebayangin gimana kamu di kejar sapi ". Amel masih tertawa lepas.

" dasar temen tak punya hati". Amel masih saja tertawa hingga air matanya keluar.

" makan yuk aku laper ". ajak alira ia berjalan masih dengan tertatih-tatih.

" okey tapi kamu tak apa nih, jalannya begitu atau aku belikan saja kita makan di sini". tanya amel ia tak tega liat alira.

" tak apa aku bisa alira tak selemah yang kamu bayangkan ". ucap alira, Amel mencebik begitulah alira selalu keras kepala.

" kamu kenapa lir ".

" tak apa aku sedang jalan."

" yang bilang kamu tidur juga siapa." Nita kesal selalu begitu alira.

" ada apa jangan merasa kasihan sama aku".

" dasar keras kepala bukannya senang ada teman yang simpati padamu malah kamu tak mau, alira emang aneh."

" he..he.. aku ngga apa-apa Nita sory kamu kan udah hafal aku orgnya bagaimana ".

" Kenapa kamu jalannya begitu macam suster ngesot saja".

" aku jalan Nita tak ngesot".

" iya aku tau" kesal Nita.

" habis jatuh kemarin, biasa berpetualang ".

" jatuh dari mana." ..

" naik sepeda "

" alira itu di kej..." alira langsung membungkam mulut Amel ia malu jika ada yang tau kejadian sebenarnya.

" kamu tu naik sepeda aja jatuh lir, gimana jika naik motor ". ucap Amel ia ikut duduk di sisi alira.

" kalau naik motor aku tak akan jatuh Nita kan ada standarnya tinggal duduk aja". Amel yang mengerti arah pembicaraan alira tertawa terpingkal-pingkal.

" ngomong sama kamu mah bikin mules." Nita jengah.

Pesanan mereka datang mereka lahap memakannya istirahat pertama usai, mereka masuk ke kelasnya masing-masing. Pelajaran demi pelajaran telah terlewati saatnya pulang tapi biasa mereka akan nongkrong dulu di tempat biasa. masa-masa paling indah memang masa-masa disekolah.

" lir tak apa kamu ikut, bagaimana dengan kakimu". tanya Amel ia sebenarnya tak tega melihat alira.

" kakiku kenapa tak apa lah, tadi aku udah izin sama emak mau belajar kelompok"

" belajar kelompok apa, kita cuma nongkrong".

" belajar nyanyi Amel, kita kalau kumpul ngapain pasti kennu petik gitarkan kita nyanyi. penting mah aku tak bohong sama emak aku udah izin, la kalian ". Amel dan Nita nyengir mereka tak pernah izin memang sama orang tuanya, dan yang orang tuanya tau mereka masih ada di sekolah.

" apes". ucap Amel

" kenapa lagi Mel." gerutu alira saat motor mendadak berhenti.

" maaf lir aku lupa bensinnya habis, lupa tadi mau isi kan kamu tau spidometer motor ku rusak ". alira menghela nafas kasar ia sebal.

" jadi kita harus gimna."

" mau gimna lagi jalan dorong motor." ucap Amel sambil meringis.

" ya udah ayok panas gini dorong motor, ya Allah kenapa dunia ku di liputi dengan kata apes sih ." alira turun ia mendorong motornya.

" kalian kenapa ". ustadz Barra lewat ia akan pulang.

" Alhamdulillah ". ucap Amel.

" eh di tanya kenapa malah bersyukur ". alira menepuk pundak Amel.

" ya Alhamdulillah ada dewa penolong si ganteng." Amel cekikikan.

" Motornya rusak lagi atau gimna Ra." tanya Ustadz.

" kehabisan bensin ustadz ini lagi nyari."

" ya sudah kalian di sini saya belikan, tunggu di sini." kemudian ustadz barra berlalu mencari warung terdekat penjual bahan bakar.

" Alhamdulillah, terima kasih ya motor kesayangan kamu selalu ada di saat waktu yang tepat ".

" tepat gimana sih kita dorong motor juga, ini namanya apes Amel mana kakiku masih sakit begini".

" tadi katanya kamu ngga apa-apa sekarang bilang sakit, alira mau di antar sama ustadz barra lagi."

" eh ngga aku ngga mau, naik motor sama ustadz Barra itu ngga enak Amel aku harus ada di ujung pantatku sakit harus kena besi ". Amel tertawa.

" namanya juga bukan muhrim alira ustadz barra pasti tak mau dekat-dekat, harus jaga jarak."

" iya sih siapa muhrimnya besok."

" pasti wanita cantik saliha bukan macam kamu". Amel tertawa.

" kamu ingat kan kata ustadz Barra kalau jodoh pasti akan bertemu ". ucap alira nyengir ia hanya bercanda.

" okey jika kamu berjodoh sama ustadz barra aku akan menikah sama kennu, aku terima cinta nya kennu". alira malah tertawa.

" ngomong apa kamu Amel mana mau ustadz Barra sama saya, jauh dari kata kriteria. jika ada ajang pilihan jodoh aku pasti akan di letakkan paling ujung sendiri masuk nominasi aja ngga apalagi final". keduanya terkekeh.

Ustadz Barra kemudian datang ia membawakan satu botol bahan bakar untuk motor Amel, ustadz lalu pamit hingga tak mau uangnya di ganti sama Amel. Ia membantu dulu memasukkan minyak ke dalam motor Amel lalu pamit.

Gengsi kali laki-laki, ustadz Barra juga manusia harga minyak satu liter tak sebanding dengan harga dirinya.

__

Terpopuler

Comments

Maulana ya_Rohman

Maulana ya_Rohman

bolak_balik ketemu Barra dan di tolong Barra..... pasyi jodoh nih🤔🤔🤔🤔🤔

2023-04-23

1

𝐈𝐬𝐭𝐲

𝐈𝐬𝐭𝐲

siapa tau beneran jodoh aliran.. 😂😂🤣🤣🤣

2023-04-11

1

lihat semua

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!