Aisyah masuk ke dalam kamar nya, ia lirih di balik pintu sembari menangis. Sudah tak tahan sejak tadi menahan tangisnya berada di depan apalagi saat barra menatapnya.
" maafkan Aisyah mas Barra, mungkin ini yang terbaik untuk kita. aku tak mau jika kita menikah aku akan meninggalkan mu. ini bukti cinta ku padamu aku ingin kamu bahagia tanpa merasakan kehilangan akan diriku ". ucap Aisyah lirih di balik pintu sembari menitikkan air mata.
Barra dan ustadz Ilyas pun pamit, barra membawa luka yang teramat di dalam hatinya. ia melihat rumah Aisyah sebelum ia beranjak pergi, ia meninggalkan cinta untuk Aisyah.
" yang ikhlas dan sabar nak". ucap Abi menepuk bahu barra.
" kenapa terasa sakit Abi, kenapa kisah Barra seperti ini. setelah menunggu beberapa tahun harus berakhir seperti ini".
" itulah kenapa kita di larang mencintai bukan yang halal, kita yang tak punya hak mencintai yang bukan mahram kita. Hapuslah dengan banyak ibadah nak." ucap ustadz Ilyas kepada barra.
" astaghfirullah benar kata Abi, barra tak boleh mencintai seseorang yang belum tentu akan menjadi istri Barra. tapi cinta itu datang menghampiri begitu saja ketika pertama kali barra melihatnya dan barra perkuat atas jawaban shalat istikharah Barra bi."
" tidak perlu menyalahkan apa dan siapa, sekarang kita instrospeksi diri barra. mendekat lah kepada Allah hanya Dia yang tak akan pernah meninggalkan mu cintanya tulus dan abadi. Allah akan menggantikan dengan yang lebih baik untuk mu, bidadari terindah untuk mu Barra. berfikir lah positif ". nasehat Abi sebelum akhirnya mereka melajukan motornya.
Sepulang ke rumah barra langsung masuk ke kamar ia mengambil air wudhu dan bermunajat kepada Allah meminta ampun.
" Abi gimna kapan akan di laksanakan akadnya." Abi duduk meminum segelas air yang sudah umi siapkan.
" batal mi, Aisyah menolak khitbah kita". ucap ustadz Ilyas.
" apa maksud nya bi, kemarin Aisyah kan sudah menerima khitbah kita kenapa sekarang di tolak". umi pun terkejut dengan jawaban suaminya.
" Abi juga tidak tau itu keputusan Aisyah sendiri, alasan nya barra tak ada dalam shalat istikharah nya."
" astaghfirullah kenapa Aisyah dengan mudah mengatakan itu setelah kita sangat berharap kepada nya".
" mungkin petunjuk Allah mi jika memang bukan Aisyah jodoh dari anak kita." umi menitikkan air mata, ia pasti merasakan apa yang Barra rasakan sekarang.
" jangan menangis umi itu akan membuat Barra semakin bersalah nantinya".
" iya Abi maafkan umi".
" kita berdoa saja semoga Barra mendapatkan jodoh yang terbaik ".
" aamiin ya rabbal alamin ".
***
Barra akan kembali lagi ke tempat di mana ia masih mengabdi, di urungkan nya niat untuk mengajar di desanya. kini Barra akan berada di sana sementara waktu menghilangkan luka dalam hati dan berusaha menghapus Aisyah dalam pikirannya.
" umi, Abi Barra berangkat dulu ya."
" iya nak hati-hati tak usah larut dalam kesedihan ". ucap umi mengusap lengan anaknya.
" tidak umi, Barra sudah ikhlas bukankah itu yang seharusnya Barra lakukan. Allah tau yang terbaik untuk Barra ". umi dan Abi saling pandang melempar senyum.
" MasyaAlloh sekarang Abi percaya jika anak Abi yang Soleh ini benar-benar sudah dewasa dan bisa menempatkan dirinya pada apa yang seharusnya ". ucap Abi menepuk bahu Barra.
" insyaallah Abi, barra pamit umi dan Abi jaga diri selalu sehat. assalamu'alaikum ".
" wa'alaikumsalam nak ". ucap keduanya.
Barra pun menghidupkan motor nya ia melajukan motornya menuju desa milik pamannya Yusuf.
Dalam perjalanan Barra melihat ada sosok wanita yang di bawa paksa oleh laki-laki, ia memberontak namun tetap kalah tenaganya begitu kuat. wanita itu di masukkan ke dalam mobil dengan paksa. barra berhenti ia seperti mengenalnya di lihat nya lekat takut jika ia salah.
" ustadz tolong alira ustadz". Amel, Ratih dan Nita berteriak-teriak minta tolong kepada Barra.
" alira , ada apa".
" ia di paksa di bawa oleh Aldo ustadz".
" Aldo memang nya kenapa ".
" nanti kita jelasin deh ustadz yang penting sekarang ayo kita tolong alira ustadz kasihan dia". barra lalu berbelok mengikuti mobil yang telah membawa alira. diikuti Amel, Ratih dan Nita. Laju mobil Pajero yang terlalu kencang hingga motor butut Barra pun tak kuat sampai menggapai mobil itu. Barra hanya mengikuti firasat kemana mobil itu melaju.
" astaghfirullah ini kan di ujung desa, kenapa Aldo Membawa alira ke sini". perlahan barra menyusuri tempat itu, sepi hanya ada perladangan namun karena siang bolong jadi sepi tak ada orang di sawah.
Ada hutan kecil di mana di dalamnya ada rumah kecil seperti gubuk. alira di bawa oleh Aldo ke situ, alira masih dalam keadaan sadar namun tangan nya di ikat juga mulutnya di tutup pakai sapu tangan hingga alira tak bisa mengeluarkan suara.
alira di ikat di sebuah kursi Aldo melakukan nya karena ia tertarik pada alira sejak lama namun alira cuek tak peduli, memang begitulah alira ia tak pernah tertarik dengan laki-laki. baginya belum saatnya hal itu tiba.
Alira berusaha untuk melepaskan ikatannya namun tetap tidak bisa. Aldo sangat kencang mengikatnya, di temani oleh dua orang temannya sehingga Aldo bisa membawa alira hingga ke sini.
" Akhirnya aku akan bisa menikmati dirimu alira, kamu jadi wanita terlalu naif. di luaran sana tak ada wanita yang tak terpesona dengan ketampanan ku tapi kamu yang aku sukai justru menolak diriku. Hanya dengan cara ini aku bisa memilikimu seutuhnya.". ucap Aldo berseringai licik. air mata alira menetes tak terbendung, alira di bawa ke dalam kamar dengan ukuran kecil tersebut.
Barra terus berjalan mengikuti jalanan yang bisa ia tempuh berharap tidak terlambat untuk menemukan alira.
" ya Allah jalanannya begini ,mana motor barra butut juga."
Amel, Nita dan Ratih tertinggal jauh ia tak bisa mengejar ustadz Barra. Aldo sudah melepaskan pakaiannya ia berniat akan menodai alira, alira menangis sejak tadi ia tak tau harus minta tolong kepada siapa.
' ya Allah tunjukkan Kun fayakun Mu' doa alira dalam hati.
Kedua teman Aldo menunggu diluar, Aldo semakin mendekat kan wajahnya ke wajah alira. alira semakin mundur dengan masih berderai air matanya.
" air matamu tak akan meluluhkan ku alira, menangislah setelah ini kamu akan merasakan kenikmatan surga dunia yang belum pernah kamu rasakan". Aldo sambil tertawa.
Ustadz barra meletakkan motornya jauh dari gubuk itu setelah tau jika mobil Aldo dan temannya terlihat. Barra berjalan pelan menyusuri hutan kecil yang tak begitu rimbun. Ia berjalan berusaha agar Aldo dan temannya tak melihat nya. Dengan bekal yang ia punya yaitu ilmu bela diri saat ada di pesantren ia nekat mendekat.
dan...
___
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 78 Episodes
Comments
Sulaiman Efendy
KASIAN DGN AISYAH, TPI SALUT DGN AISYAH. DIA MNJADI WANITA YG TAU DIRI DGN KONDISI SAKITNYA, MNCOBA TEGAR, SABAR & IHKLAS, MSKI TRLUKA. 😢😢😢😢😢😢😢😢
2023-09-07
1