Part 6

Seperti yang ustadz Barra katakan jika siang ini ada kajian anak-anak muda di masjid, masjid itu dekat rumah alira. Sahabat alira semua datang tanpa terkecuali, acara akan segera di mulai tapi Amel tak melihat alira datang. Ia coba menyusuri tempat itu tapi benar Alira tak datang.

" Nita kamu tau alira tidak". Nita menoleh ke sana ke mari tapi ia juga tak menemukan alira.

" Aku ngga tau Mel".

" Kemana tu anak ya padahal ini kajian ada di dekat rumahnya"gerutu Amel.

" Coba kamu telepon nit". Nita mengotak-atik handphone nya tapi tak ada jawaban dari alira. Nita melambaikan tangan menandakan alira tak menjawab telepon nya.

" Aku jemput alira sebentar, kamu jagain ya tempatnya sisakan dua untuk ku dan alira." Nita mengangguk.

Amel berjalan cepat menuju rumah alira, ia ketemu emak yang juga akan berangkat. Emak terlihat semangat untuk kajian padahal kebanyakan isinya anak muda tapi emak dan rombongan ibu-ibu ikut berangkat.

" Emak mana alira". Tanya Amel.

" Tidur "

" Astaghfirullah kenapa ia tak emak ajak Dateng sih". 

" Sudah emak ajak males katanya, molor waek tuh bocah". Amel langsung berlari masuk ke rumah alira. Amel langsung membangunkan alira yang masih melongo, mulutnya terbuka lebar saat tidur.

" Lir ayo bangun, alira." Alira menggeliat ia mengerjapkan matanya.

" Apaan sih ganggu orang tidur saja". Alira mengernyit di lihatnya Amel ia sangat kesal.

" Kajian nya sudah mau di mulai kenapa kamu tak datang Alira". 

" Aku males Amel aku ngantuk ". Amel menarik Alira agar bangun.

" Ayo cepetan cuci muka ganti baju kita ke masjid." Alira kesal sekali ia sangat malas datang.

" Aku malas Amel, kamu aja yang kesana". 

" Eh kamu kalah sama emak, emak juga berangkat tuh satu geng rame-rame." 

" Biarin mereka cuma mau liat ustadz barra saja ".

" Itu plus-plus nya alira, ayo cepat". Amel menarik kuat alira lalu mendorong nya ke kamar mandi untuk cuci muka. Demi persahabatan yang mereka gaungkan sejak awal akhirnya alira berangkat juga.

Alira memakai gamis warna hitam juga jilbab hitam, Amel yang melihatnya tertawa. Kalau di lihat memang alira terlihat sangat cantik dengan memakai yang hitam.

" Lir kok pakai hitam sih, itu kayak orang mau ngelayat aja". Amel tertawa terpingkal-pingkal.

" Isshhh... Kamu kuno Amel, taukan gamis syar'i itu yang gelap aku memilih yang gelap. Emang kalau pakai hitam cuma mau pakai ngelayat aja, bajuku belum di setrika Amel tersisa hanya ini". Alira nyengir.

" Dasar pemalas, sudah gadis masih juga malas".. alira berjalan keluar meninggalkan Amel.

Sampai di sana kajian sudah mulai alira dan Amel melewati yang sudah duduk. Amel menarik Alira agar mengikuti nya, alira males karena harus duduk paling depan tak ada senderan untuknya.

" Aku di belakang saja ya Mel". Alira ingin berbalik.

" Aku sudah mencari kan tempat untuk mu alira, tak menghargai jerih payah teman". Akhirnya demi teman lagi alira menurut. Alira merasa bosan, alira memang tak begitu suka datang ke tempat beginian berbeda dengan emak ia begitu semangat.

Suara riuh ketika ustadz Barra di panggil untuk mengisi ke depan, pas tepat di depan lurus dengan Alira duduk. Ustadz Barra matanya langsung ke depan di lihat nya alira dengan jilbab hitam yang panjang menutupi hingga dadanya. Gamis dan jilbab itu oleh-oleh dari tantenya saat pulang haji, pakaian yang lainnya baju biasa kaos dan celana casual.

Deg... Itulah yang ustadz barra rasakan saat menatap alira, senyumnya memang manis seperti gula aren. Ustadz Barra beristighfar ia langsung berpaling ke arah jamaah lain. 'cantik' batinnya tak bisa di bohongi.

Ceramah ustadz barra berjalan lancar semua tenang mendengarkan, kali ini memang kajian untuk remaja tapi tak banyak juga emak-emak yang datang hanya untuk melihat wajah ganteng ustadz barra.

" Ada yang mau di tanyakan". Amel mengacungkan telunjuk nya.

" Okey silahkan ". 

" Boleh tidak jika wanita duluan yang mengajukan khitbah ustadz". 

" Pertanyaan bagus, di zaman nabi ibunda Khadijah mengajukan khitbah kepada nabi Muhammad Saw. Jadi tak ada salahnya jika wanita yang lebih dulu mengajukan khitbah seperti Siti Khadijah. Namun di sini kita juga harus liat kira-kira laki-laki itu mau apa tidak dengan kita, sebaiknya kalian sebagai wanita menjaga marwah atau martabat nya. Kan malu juga kalau di tolak." Yang lainnya tertawa.

" Iya betul ustadz, itu Amel mau khitbah ustadz Barra ". Celetuk kennu, tawa renyah terdengar begitu juga dengan alira ia tertawa lepas. Ustadz Barra melihat nya senang, ustadz barra baru tau tawa seorang alira.

" Ya harusnya jangan nolak dong ustadz" ustadz barra tertawa.

" Tak ada salahnya kita mengharapkan seseorang tapi ingat kita juga harus tau diri maksudnya di sini, saya memang seorang ustadz dari kasat mata yang kalian lihat tapi saya juga manusia biasa sama seperti kalian. Jangan pernah menyerah untuk terus memperbaiki diri kepada Allah bukan karena seorang makhluk tapi karena Allah dan rasul-Nya. Berharap kepada manusia itu akan sakit terasa berbeda ketika kita berharap kepada Allah. Allah tak akan pernah meninggalkan kita seburuk apapun diri kita. Jika kita jodoh pasti bertemu". Suara riuh kembali terdengar ustadz Barra juga ikut tertawa. Kajian kali ini memang seru apalagi membahas tentang jodoh.

 " Kita sambung lain waktu ya, karena waktu sudah sore. Pesan saya kepada adik-adik jangan lupa shalat karena shalat itu adalah benteng pertahanan kita sebagai umat muslim. Teruslah perbaiki diri mendekat kepada Allah karena kita tidak tau sampai kapan kita ada di dunia ini, kita hidup hanya menunggu mati. Semoga kita semua meninggal dalam keadaan husnul khatimah ". 

" Aamiin " suara serentak terdengar dari semua.

Kajian selesai mereka bubar untuk pulang, alira dan geng masih duduk-duduk di serambi masjid untuk mengobrol.

"Nak barra". Panggil emak, merasa di panggil ustadz barra menoleh.

" Eh emak". Barra langsung salim.

" Emak bawakan klepon nak barra bawa pulang ya, ini makanan kesukaan Alira. Semoga nak barra juga suka." Alira yang melihat emaknya garuk-garuk kepala ia malu. 

" Emak gercep pisan pedekate tuh". Ucap kennu.

" Emak mah emang terdepan, kalau liat yang bening ngga rabun padahal kalau baca katanya tak kelihatan ". Ucap Amel yang paham dengan emak, Semua tertawa lepas.

" Terima kasih Mak repot-repot amat". 

" Tak repot nak barra kebetulan emak bikinnya banyak, tak mampir dulu nak". 

" Terima kasih emak, barra ada anak-anak yang mau mengaji jadi maaf sekali Barra tak bisa mampir lain kali insyaAlloh ". Emak tersenyum ia senang melihat barra yang begitu sopan.

" Ya sudah nak barra hati-hati ya, awas ada belokan nanti mah nabrak". Barra tertawa emak emang orangnya asyik.

Barra lalu mengucap kan salam ia pamit

bersambung

Terpopuler

Comments

Adi Nugroho

Adi Nugroho

ustazd bara terpesona sama senyum,mu lir🤭

2024-03-12

0

Maulana ya_Rohman

Maulana ya_Rohman

si Barra..... dah mulai kagum.....

2023-04-23

0

𝐈𝐬𝐭𝐲

𝐈𝐬𝐭𝐲

lanjuut thor bagus ceritanya

2023-04-06

2

lihat semua

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!