Dua jam mata pelajaran Barra mengisi di kelas Umar bin Khattab, murid-murid semangat karena ustadz Bilal mengajar dengan gaya zaman anak sekarang. Ia mengetahui yang di butuhkan anak sekarang sembari humor. Apalagi seumuran anak SMA akan senang jika membicarakan tentang cinta. Namun Bilal bisa memberi nasehat apa yang mereka wajib lakukan mana yang mereka harus hindari.
" Sudah cukup dua jam mata pelajaran saya ya". Murid-murid sebenarnya ingin Ustadz Barra berbicara panjang lebar namun waktu di sekolah sudah cukup berakhir sampai di sini.
" Yah ustadz kenapa terasa sebentar saja waktu berlalu".
" Jika kalian ingin mendengar saya lagi, datang nanti sore ada kajian anak muda di masjid Al Muttaqin selepas ashar ". Murid-murid wanita sangat senang kecuali alira, ia tak suka mendatangi kajian seperti itu.
" Baik ustadz insyaAlloh kami akan datang". Ustadz Barra tersenyum membuat semuanya mangap, karena ustadz Barra senyumnya terlalu manis semanis sirup Marjan.
Lagi puasa ingatnya Marjan wkwkwk.
Ustadz Barra pamit karena ia akan mengisi ke kelas lainnya. Semuanya serentak membalas salam dari ustadz Barra.
" Alira nanti sore kita dateng ya, sekali-kali jadi orang alim". Alira tertawa.
" Kalian ini mau dengerin kajian atau cuma mau liat ustadz Barra "
" Dua -duanya deh alira, menyelam sembari minum susu".
" Minum air Nita". Nita nyengir semua tertawa.
Waktu istirahat tiba seperti biasa satu geng berkumpul di tempat yang sama, makan ngga makan kumpul begitulah sebutan dari mereka. Ustadz Barra keluar dari kelas dan saat itu alira berlari karena Amel mengejarnya, entah apa yang membuat mereka jadi rebutan.
" Jangan dong alira nanti ketahuan aku malu". Alira terus berlari mundur saat Amel ingin mendekati nya.
Brugh...
Alira menabrak ustadz Barra keduanya terjatuh dalam posisi alira berada di bawah, untung ustadz Barra menahan tubuhnya dengan siku jika tidak kiss first untuk mereka. Ustadz Barra sejenak melihat ke mata alira keduanya terkunci. Kemudian ustadz Barra langsung memalingkan wajahnya dan berdiri.
" Astaghfirullah kalian" ucap ustadz Barra kesal, apa yang kalian lakukan seperti anak-anak saja.
" maaf ustadz kami minta maaf". Ucap Amel menelangkup kan tangannya.
" Tolong alira". Ucap barra tegas. Alira masih mematung ia belum berdiri, ustadz Barra langsung berjalan menuju kantor.
" Ya ampun lir kenapa nasibmu mujur terus sih, jangan-jangan kalian jodoh".
" Issshhh... Ogah Mel jodoh sama ustadz bisa-bisa tiap hari aku tak akan pernah keluar rumah di suruh nya mengaji tiap hari".
" Nah itukan bagus alira kamu jadi alim". Teman-temannya tertawa terbahak -bahak.
" Hai honey makan yuk aku lapar." Dodi pengagum alira datang ia sangat menyukai alira tapi alira tidak pernah mau.
" Maaf aku bersama teman-teman".
" Kenapa sekali saja kamu tak mau menerima ajakanku". Tanpa kata alira meninggalkan Dodi, Dodi pun kesal tak pernah sekalipun alira mau menyapanya.
" Wanita itu jual mahal sekali, padahal di sekolah ini tak akan ada yang menolak ku jika aku ajak untuk berkencan. Aku penasaran dengan nya". Teman satu geng Dodi tertawa, bos nya selalu di tolak oleh alira.
" Kamu mau makan apa alira" tanya Nita.
" Minum saja seperti biasa aku tak lapar nit".
" Langsung tak lapar habis bertabrakan dengan ustadz barra". Nita melongo.
" Apa maksudnya Amel.".
" Alira jatuh lalu menabrak ustadz Barra".
" Beruntung sekali sih lir kamu terus bertemu ustadz Barra, jangan-jangan kalian jodoh." Alira memutarkan bola matanya penuh ia jengah denger kata-kata jodoh.
" Bukan begitu aku memang tak begitu lapar aku hanya haus saja". Alira mengeluarkan apa yang di bawanya, onde-onde buatan emak yang lainnya tertawa.
" Jadi kamu tadi bawa ini aku kira bawa apaan".
" Emak yang bawakan katanya buat kalian". Semuanya memang senang dengan onde-onde ala emak Ijah.
" Ustadz Barra". Panggil Nita ia melihat ustadz Barra mellintas dari kantin seperti nya sedang memesan sesuatu. Barra pun menoleh mendengar dirinya di panggil. Nita berjalan mendekat sembari membawa onde-onde nya, kebetulan alira bawa banyak.
" Ustadz ini onde-onde mak ijak untuk ustadz". Yang lainnya mencebik melihat Nita yang sedang mencari perhatian pada Ustadz Barra.
" Pedekate ngga modal". Ucap kennu semua tertawa.
" Oh ya terima kasih ya." Ustadz Barra langsung saja kembali ke kantor dengan membawa onde-onde, barra ingat makanan yang di buat mak Ijah itu enak.
" Ngga enak ya di kecengin". Ucap Amel sembari tertawa lebar.
" Ustadz Barra itu apa ngga doyan cewek ya".
" Bukan itu nit, dia kan ustadz pasti menjaga dirinya lah tak mungkin ia akan genit sama kamu. Ustadz Barra itu Soleh aku mau jadi istrinya meskipun seharian aku cuma di rumah saja mengurus dia." Nita dan alira mendorong kepala Amel dengan telunjuk begitu juga kennu dan Fadil mengikuti.
" Hayalanmu tak bernasab Amel, mana ada ustadz begitu mau sama kamu pasti dia akan sama wanita yang begitu saliha. Lembut, pandai mengaji dan yang pasti cantik seperti bidadari. ustadz Barra itu tampanya MasyaAlloh ". Gumam Nita ia begitu kagum dengan Barra.
" Nit nanti antar aku dulu ambil motor ya di bengkel". Nita mengacungkan jempolnya tanda okey.
Sepulang sekolah, Nita lebih dulu keluar dengan Amel untuk mengambil motor. Sedangkan kennu dan Fadil sudah janjian akan main basket di sekolah sebelah. Alhasil alira harus jalan terlebih dahulu sembari menunggu Amel balik jemput dia.
" Alira kamu jalan kaki mana temanmu". Ustadz Barra berjalan pelan mendampingi alira jalan.
" Amel dan Nita ambil motor ustadz tadi kan lagi di bengkel". Ustadz hanya ber oh ria saja ia menoleh kesana kemari tak ada satu motor pun yang lewat.
" Aku antar yuk".
" Tak usah ustadz, alira yakin ustadz ngga nyaman jalan sama alira nanti timbul fitnah juga alira tak mau kasihan ustadz nya".
" Nanti aku turunkan di gang depan."
" Sudah ustadz duluan saja nanti Amel juga cepat datang kok, tak mau aku jalan dari gang. Ngga enak ustadz masih jauh dari gang seperti tadi pagi aku lelah harus jalan di jalanan yang naik ". Ustadz Barra terkekeh ia ingat tadi menurunkan alira di jalan. Karena tak tega sama alira dan itu muridnya ia mengikuti alira dengan motornya dari belakang.
" Ustadz duluan saja alira tak apa-apa sebentar lagi Amel datang kok". Ada sedikit kekaguman pada alira, semua murid di sekolah selalu ingin mendekat dengan barra tapi tidak dengan alira ia malah mengusir barra.
Ustadz Barra melihat Amel datang ia lalu menancap gas motornya untuk pulang merasa alira sudah nyaman bersama temannya
bersambung
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 78 Episodes
Comments