Barra sampai di rumah ustadz Yusuf ia menenteng plastik isi onde-onde dari emak. Enak rasanya barra suka, barra keturunan orang Yogya jadi dia lebih suka yang manis-manis. Di letakkannya kantong plastik bawaannya tadi di meja makan lalu ia tutupi dengan tudung saji.
Suasana sepi karena orang semua beristirahat, pintu samping tak pernah di kunci barra lewat pintu samping untuk masuk. Barra langsung berlalu ke kamar nya ia cukup lelah, di sore hari Barra harus mengulang anak-anak mengaji di surau.
Ustadz Yusuf juga ternyata baru pulang dari mengajar, ustadz mengajar di pondok pesantren milik kiyai Husin. Ia melihat bungkusan plastik di meja makan di bukanya lalu ia makan.
" Dari mana makanan ini enak sekali ". Gumam ustadz Yusuf.
Istrinya umi Siti keluar dari kamar ia melihat ustadz Yusuf sedang memakan onde-onde, umi Salim terlebih dahulu kemudian ia ikut makan.
" Enak sekali ini Abi, dari mana Abi beli". Ustadz Yusuf langsung berhenti makan di tolehnya sang istri yang sedang asyik mengunyah.
" Bukannya ini umi yang beli, Abi cuma tinggal makan aja". Umi Siti juga langsung berhenti makan.
" Umi tidak tau Abi, ini makanan dari mana". Keduanya saling pandang.
" Astaghfirullah ". Ucap ustadz Yusuf ia ingin memuntahkan isi perutnya.
Terdengar suara berisik Barra lalu keluar dengan mata yang masih mengernyit. Umi Siti dan ustadz Yusuf berusaha mengeluarkan isi perut takut makanan itu ada pemiliknya dan tidak halal mereka konsumsi.
" Ada apa paman". Tanya barra heran, keduanya masih berusaha memuntahkan isi perutnya tapi tak bisa.
" Barra apa kamu yang bawa onde-onde itu". Tanya ustadz Yusuf.
" Iya paman tadi di beri sama mak Ijah". Keduanya lega tak jadi mereka muntahkan lalu balik makan.
" Kamu dari sana ".
" Iya paman".
" Ngapain". Paman curiga dengan keponakan nya itu. Lalu Barra menceritakan kejadian yang terjadi sejujurnya ia tak mau pamannya salah sangka.
" Oh kirain kamu pedekate sama Alira anaknya emak Ijah. Tapi memang cantik sih cuman tingkahnya anak itu, padahal dulu ngajinya pinter bacaan Al Quran nya bagus. Tapi sayang keluarga nya minim dengan agama jadi kurang dalam membimbing anak-anak nya." Barra hanya terdiam mendengar ucapan pamannya, untuk nya itu tak penting dan bukan urusan nya.
"Barra ke dalam dulu paman, masih mengantuk " paman memeprsilahkan nya.
" Enak ya Abi onde-onde nya, Mak Ijah itu pandai sekali bebikinan". Abi Yusuf mengangguk saja ia tak mau panjang lebar berbicara karena umi Siti itu suka cemburu.
Sore itu Alira berjalan ke rumah Amel ia di rumah saja, rumah Amel dekat surau. Amel teman alira yang sering ia tebengi saat sekolah merupakan sahabat nya dari kecil. Alira melihat ustadz Barra berjalan menuju surau, ia diam saja menyapa pun tidak. Kemarin ia tau jika ustadz Barra sangat menjaga pandangannya. Namun saat itu Barra melirik alira sedikit sebelum masuk ke dalam surau.
" Amel ngapain kamu di sini".
" Lagi liat keindahan alira, awas jangan ganggu". Amel mendorong Alira yang saat itu sedang duduk di teras.
" Jalan yuk Mel, aku tunggu sejak tadi kamu ngga ke rumah. Ku kira kamu sakit". Amel tak menjawab ucapan alira ia masih fokus melihat ustadz Barra yang begitu tampan.
" Amel..." Bentak Alira.
" Apa sih alira kamu ganggu kesenangan ku saja. Awas Alira ". Amel menarik Alira.
" Astaghfirullah Amel ". Alira baru tau jika Amel sedang melihat ke arah ustadz Barra.
" Kenapa kamu ke sini alira". Alira kaget tak biasanya sahabat nya begitu.
" Kamu kutunggu tak datang-datang makanya aku ke sini. Keluar yuk".
" Aku lagi males alira ".
." Kenapa kamu liatin Ustadz itu".
" Namanya ustadz Barra , "
" Iya aku tau." Amel melihat ke arah alira.
" Kamu tau dari mana".
" Dia mengajar disekolah kita Amel." Amel terbelalak justru ia yang tidak tau jika ustadz Barra mengajar di sekolah nya.
" Benarkah kamu tidak berbohong kan, aku tak melihat tadi di sekolah".
" Kenapa aku harus bohong, Nita yang mengatakannya ia sudah mengajar di kelasnya Nita".
" Ya ampun alira ustadz itu tampan sekali". Alira jengah temannya satu ini tak pernah absen dengan laki-laki tampan. Bahkan di sekolah nya sudah ia masukkan ke buku birunya siapa saja cowok yang menurut nya tampan .
" Ayo keluar Amel". Alira menarik Amel agar ia ikut keluar.
' kita mau ke mana".
" Seperti biasalah Amel, kamu seperti orang amnesia saja.". Amel cekikikan ia juga pikirnya, gara-gara ustadz Barra ia jadi lupa ingatan.
Keduanya menaiki motor yang Amel kendarai sembari tertawa bercerita hal yang lucu, apalagi tadi siang ia di tangkap polisi namun alira tak berbicara tentang ustadz Barra yang menolong mereka.
Berhenti di rumah Nita, Alira mengajak Nita keluar tapi ia tak bisa ayahnya tak mengizinkan nya keluar gara-gara kejadian tadi siang.
" Jadi kamu cerita sama ayahmu Nita."
" Iya mau gimana lagi, ayah tau aku sama kennu pulang ayahku marah besar". Alira menutup mulutnya.
" Kamu tak cerita Al, apalagi kamu di antar pulang ustadz Barra ". Amel mendelik melebarkan telinganya apakah ia salah dengar ataupun tidak.
" Tidak emak tak marah".
" Pasti emak malah mengelu-elukan ustadz Barra". Alira meringis itu benar. Teman-temannya sudah hafal dengan tingkah absurd emak, lebih parah dari alira. Nita tertawa.
" Terus gimana apa yang emak lakukan Al, ayo cerita". Amel menodongkan tangan nya menyuruh agar alira bercerita.
" Biasalah emak ajakin ustadz Barra masuk di buatkan minum kemudian di bawain onde-onde waktu pulang ".
" Aku tak kebayang bagaimana emak mengagumi ustadz Barra ".
" Emak ku tak seperti apa yang kalian pikirkan ia hanya kagum saja, emak lebih dulu tau dari pada aku. Kata emak ustadz Barra sudah pernah mengisi pengajian di surau."
" Emak emang masih tajam pikirannya ya Al, tapi asyik punya emak kayak Mak Ijah. Pasti tiap hari enak di ajak curhat tapi aku...". Alira dan Amel mengusap punggung Nita, ia tahu Nita sudah lama tak punya ibu. Ibunya meninggal karena sakit, kini ia tinggal bersama kakaknya dan ayahnya. Ayahnya yang sekarang berperan sebagai seorang ibu juga.
" Jangan sedih nit, emak juga emak kamu "
" Kamu ngga keberatan aku anggap emak sebagai ibuku".
" Tidak lah nit, Kitakan sahabat. emak ku emak mu juga tapi ingat dia istri bapakku bukan istri ayahmu".
" Buahaahaaa..." Akhirnya tawa itu pecah mereeka saling berpelukan. Persahabatan mereka sangat lekat sejak duduk di bangku SMP, akhirnya mereka juga memasuki SMA yang sama.
Bersambung
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 78 Episodes
Comments
Herry Murniasih
Kayak Bara suka sama Alira 😁😁
2023-04-06
0