Bab 20. Dokter Davin dan Chila 20.

"Pakai nyangkut di ranting lagi," keluh Fazila sambil berusaha menarik roknya. Namun, ternyata sangat sulih dia raih.

"Egh, sedikit lagi." Fazila membungkuk dan dan berusaha mengulurkan tangan untuk melepaskan bagian rok yang masih tertarik dahan tersebut.

"Susah sekali, ah semoga saja aku tidak jatuh," ucapnya penuh harap dan bersamaan dengan itu sepatu fantofelnya yang bagian kanan tidak sengaja jatuh mengenai bahu seseorang.

"Gawat!" Fazila menutup mata dengan kedua tangan, takut-takut sepatu yang jatuh tadi mengenai ustadz Alfarisi ataupun ustadzah seperti yang terjadi pada Heni tadi siang. Kalau itu sampai terjadi maka dirinya akan mendapatkan hukuman double.

"Siapa itu di atas?" Izzam bertanya sambil menangkap sepatu tersebut lalu memeriksanya.

"Sepatu perempuan," gumamnya lalu mendongak ke atas. Namun, saat melihat ke atas, Izzam terbelalak sebab rok Fazila yang tersangkut membuat betis dan paha mulus Fazila terekspose jelas dari bawah.

"Astaghfirullah haladzim." Izzam langsung mengusap wajahnya dengan kasar.

Mendengar suara Izzam, Fazila langsung membuka mata dan menyingkirkan kedua tangannya yang berada di depan wajah. Gadis itu langsung menatap ke bawah.

"Izzam?" Fazila tak kalah terbelalak.

"Chila rapikan rokmu, ayam gorengmu kelihatan!" seru Izzam tanpa mau melihat lagi ke atas.

"Ayam goreng? Aku tidak punya," ujar Fazila gagal paham.

"Pahamu maksudnya, jangan dipamerkan seperti paha ayam," jelas Izzam masih tidak mau melihat ke atas.

Mendengar perkataan Izzam, pipi Fazila langsung memerah seperti kepiting rebus karena menahan malu. Segera ia menutup bagian bawah tubuhnya dengan tangan.

"Turunlah!" perintah Izzam.

"Kenapa kau bersembunyi di sana?" lanjutnya.

"Izzam aku tidak bisa turun, rokku nyangkut ini dan susah dilepas."

"Ustad–"

"Ssst! Jangan panggil ustadz-ustadzah Izzam. Aku mohon!"

Izzam menghembuskan nafas berat mendengar permintaan Fazila.

"Kalau begitu aku panggilkan salah santriwati biar bisa membantumu," ujar Izzam lalu hendak melangkah pergi.

"Hei-hei Izzam, jangan!" cegah Fazila sehingga membuat Izzam mengurangkan niatnya untuk pergi.

"Terus kau mau apa? Mau tinggal di atas pohon terus?" Izzam benar-benar tidak paham dengan pemikiran Fazila.

"Tidak aku ingin turun, tapi tanpa harus ada yang tahu."

"Yasudah turun sendiri saja kalau tidak ingin dibantu siapapun," ucap Izzam enteng.

"Aku hanya butuh bantuanmu!" seru Fazila membuat Izzam langsung mengernyitkan dahi.

"Apa yang bisa aku lakukan? Tidak mungkin 'kan aku naik ke atas dan menggendongmu? Bisa jatuh fitnah nanti kalau ada yang melihat kita berduaan di atas pohon."

"Tidak masalah, kita kan sama-sama jomblo. Kalau ada yang mengira macam-macam kita nikah aja langsung," ujar Fazila menggoda Izzam lalu tampak cengengesan.

"Astagfirullah, wanita apa yang aku hadapi? Sepertinya berbicara dengan orang ini harus banyak-banyakin stok sabar agar tidak hipertensi. Kasihan teman-teman sekamarnya kalau tidak sedia mentimun. Bisa naik darah setiap hari."

" Kenapa bengong? Tolong ambilkan kayu yang panjang!" perintah Fazila.

"Hemm, baiklah," ujar Izzam lalu melangkah pergi. Beberapa saat kemudian kembali dengan kayu di tangan dan mengulurkan ke atas tanpa mau melihat.

"Izzam aku masih ada jauh di depanmu!" seru Fazila.

"Maaf," ucap Izzam lalu maju beberapa langkah ke depan.

"Nah ini baru tepat." Fazila langsung meraih kayu yang disodorkan. Setelahnya mencoba melepaskan rok yang tersangkut ranting dengan kayu di tangannya.

"Alhamdulillah akhirnya kelar juga," ucap Fazila bersyukur akhirnya bisa lepas tanpa harus merobek roknya lebih lebar lagi.

Namun, baru saja hendak turun kakinya tergelincir hingga dia terjatuh.

"Aaah!" teriak Fazila merasakan tubuhnya seperti melayang di udara sebelum akhirnya menyentuh lantai.

Melihat tubuh Fazila melayang dari atas sontak Izzam langsung menangkapnya.

"Lah kenapa tubuhku tidak sakit?" tanya Fazila sebab tubuhnya sudah tidak bergerak lagi yang menandakan dia seharusnya sudah membentur lantai halaman sekolah.

"Turun!" perintah Izzam lalu hendak menurunkan tubuh Fazila membuat gadis itu tersadar bahwa tubuhnya tidak membentur lantai melainkan ditangkap oleh Izzam.

"Wah-wah-wah! Ternyata yang dicari dari tadi malah pacaran disini," ujar Heni. Dia yang memergoki interaksi keduanya lalu gerak cepat mengambil foto saat Izzam menggendong tubuh Fazila.

Keduanya terperanjat hingga memandang tidak berkedip ke arah Heni.

"Astaghfirullah." Izzam mengusap wajahnya lalu meninggalkan tempat tersebut.

"Ini tidak seperti yang kau lihat. Kami tidak ada hubungan apa-apa melainkan berteman layaknya terhadap santri-santri yang lain," jelas Fazila.

"Mau berbohong seperti apapun aku tidak akan pernah percaya sebab aku sudah melihat dengan mata kepalaku sendiri kalian bermesraan di tempat ini. Ya Allah! Chila, Chila! Bahkan semua warga di pesantren ini khawatir bahkan mencari dirimu kemana-mana sedangkan yang dicari malah asik-asikan." Heni tampak menggelengkan kepala.

"Sudah kubilang kau hanya salah paham!" kesal Fazila.

"Kalau maling ngaku penuh penjara. Yang pasti aku sudah melihat sendiri dengan mata kepala bukan dengan mata kaki." Heni tersenyum licik lalu melenggang pergi.

"Yasudah, serah kalau kamu nggak mau percaya!" teriak Fazila, sepertinya dia lupa dengan keinginannya tadi untuk tidak dilihat semua orang.

"Aku punya rekaman ini dan siap-siap mendapatkan hukuman!" seru Heni merasa puas karena bisa mengerjai Fazila.

"Arrg, kenapa pakai jatuh segala sih? Kalau tahu gini aku kan nggak bakal meminta bantuan Izzam dan langsung melompat saja dari atas. Persetan dengan rok yang sobek." Fazila melangkah gontai keluar dari area sekolah.

"Loh Eneng tenyata masih ada di sini. Semua orang dari tadi mencari Eneng loh. Mereka pikir Eneng kabur dari pesantren ini," ujar pak satpam.

"Mana mungkin saya kabur Pak, saya tidak hafal daerah ini dan bisa tersesat kalau nekat kabur."

"Terus si Eneng tadi ke mana, sampai semua pada nyariin?"

"Mereka semua tidak menemukan saya karena saya berada di kamar mandi dan saya yakin tidak ada satupun di antara mereka yang mencari sampai ke tempat itu," bohong Fazila.

"Ke kamar mandi sampai lama Neng?"

"Saya kan tadi sudah bilang sama Bapak bahwa saya sedang pusing, tetapi bapak tidak mengizinkan saya kembali ke pondok Putri. Pas saya ingin minta izin pada ustadz Alfarisi perut saya terasa mulas sekali. Jadi, saya memutuskan untuk buang air besar di sekolah ini terlebih dahulu. Namun, sampai di kamar mandi ternyata saya jatuh dan pingsan."

"Waduh begitu ya Neng?" Yasudah sekarang langsung saja kembali ke pondok dan beristirahat. Kata ustadz orang tuamu akan datang ke pesantren ini."

"Apa! Bapak tidak bercanda, kan?"

"Tidak Neng ngapain bapak melakukan hal itu. sepertinya karena pihak pesantren tidak bisa menemukan Neng dari tadi pagi akhirnya pengasuh pondok ini memutuskan untuk memberitahu kedua orang tuanya Neng."

"Gawat kalau sampai papa, mama datang dan Heni memberitahukan foto yang diambilnya tadi. Aduh jangan sampai aku kualat dengan ucapanku yang menggoda Izzam tadi sebab aku tidak ingin menikah dini." Fazila tampak menggaruk kepalanya dengan kasar.

"Semoga mereka ada halangan sehingga tidak jadi datang kemari," lirih Fazila.

Baru kali ini Fazila tidak ingin keluarga datang untuk menemuinya.

Bersambung.

Terpopuler

Comments

Dewi Anggya

Dewi Anggya

berdoalah chilaa🤭🤭🤭

2023-11-13

0

Maulana ya_Rohman

Maulana ya_Rohman

🤣🤣🤣🤣🤣🤣🤣

2023-10-10

1

lihat semua
Episodes
1 Bab 1. Dokter Davin dan Chila 1
2 Bab 2. Dokter Davin dan Chila 2
3 Bab 3. Dokter Davin dan Chila 3( Hari Pertama di Pesantren)
4 Bab 4. Dokter Davin dan Chila 4
5 Bab 5. Dokter Davin dan Chila 5
6 Bab 6. Dokter Davin dan Chila 6
7 Bab 7. Dokter Davin dan Chila 7
8 Bab 8. Dokter Davin dan Chila 8
9 Bab 9. Dokter Davin dan Chila 9
10 Bab 10. Dokter Davin dan Chila 10
11 Bab 11. Dokter Davin dan Chila 11
12 Bab 12. Dokter Davin dan Chila 12.
13 Bab 13. Dokter Davin dan Chila 13
14 Bab 14. Dokter Davin dan Chila 14
15 Bab 15. Dokter Davin dan Chila 15.
16 Bab 16. Dokter Davin dan Chila 16.
17 Bab 17. Dokter Davin dan Chila 17
18 Bab 18. Dokter Davin dan Chila 18.
19 Bab 19. Dokter Davin dan Chila 19.
20 Bab 20. Dokter Davin dan Chila 20.
21 Bab 21. Dokter Davin dan Chila 21.
22 Bab 22. Dokter Davin dan Chila 22
23 Bab 23. Dokter Davin dan Chila 23
24 Bab 24. Dokter Davin dan Chila 24
25 Bab 25. Dokter Davin dan Chila 25
26 Bab 26. Rencana Perjodohan
27 Bab 27. Dokter Davin dan Chila 27
28 Bab 28. Dokter Davin dan Chila 28
29 Bab 29 Dokter Davin dan Chila 29
30 Bab 30. Ketahuan
31 Bab 31. Terlambat
32 Bab 32. Kiriman
33 Bab 33. Bertemu
34 Bab 34. Bertemu Lagi
35 Bab 35. Lamaran Tiba-tiba
36 Bab 36. Penolakan
37 Bab 37. Curhat
38 Bab 38. Undangan Pernikahan
39 Bab 39. Ikhlas
40 Bab 40. Adik Yang Menjengkelkan
41 Bab 41. Permintaan Chila
42 Bab 42. Kecewa
43 Bab 43. Gundah Gulana
44 Bab 44. Sebelum Terlambat
45 Bab 45. Bertemu Suster Tantri
46 Bab 46. Ketahuan
47 Bab 47. Waktu Terakhir
48 Bab 48. Pingsan
49 Bab 49. Sakit
50 Bab 50. Dokter Cinta
51 Bab 51. Mencari Dokter Davin
52 Bab 52. Curiga
53 Bab 53. Meminta Bantuan Dilvara
54 Bab 54. Ketemu
55 Bab 55. Kartu Nama
56 Bab 56. Menemui Dokter Davin
57 Bab 56. Bertemu Chila
58 Bab 58. Dokter Davin dan Chila
59 Bab 59. Penjelasan
60 Bab 60. Perseteruan
61 Bab 61. Perhatian
62 Bab 62. Alasan
63 Bab 63. Pembuktian
64 Bab 64. Ancaman
65 Bab 65. Gertakan
66 Bab 66. Berubah Pikiran
67 Bab 67. Restu
68 Bab 68. Bersemangat
69 Bab 69. Mencurigakan
70 Bab 70. Mengejar
71 Bab 71. Kangen
72 Bab 72. Botulinum Toxin
73 Bab 73. Rencana Lamaran
74 Bab 74. Insomnia
75 Bab 75. Kecewa
76 Bab 76. Sebuah Nasehat
77 Bab 78. Kecelakaan
78 Bsb 79. Saingan Baru
79 Bab 79. Belanja Bersama
80 Bab 80. Rasanya Ingin Menikah Saja
81 Bab 81. Cewek Matre
82 Bab 82. Perhatian
83 Bab 83. Hari Pertunangan
84 Bab 84. Hari Pertunangan (2)
85 Bab 85. Badmood
86 Bab 86. Marah
87 Bab 87. Ada Apa Sebenarnya?
88 Bab 88. Sikap Yang Aneh
89 Bab 89. Dari Hati ke Hati
90 Bab 90. Kebetulan Yang Disengaja
91 Bab 91. Penjelasan Suster Dinda
92 Bab 92. Kebanyakan Micin
93 Bab 93. Kembali ke Pesantren 1
94 Bab 94. Malu
95 Bab 95. Semakin Yakin
96 Bab 96. Mencari Perhatian
97 Bab 97. Pernyataan Cinta Dimas
98 Bab 98. Ada Yang Mengawasi
99 Bab 99. Rasa Takut
100 Bab 100. Mengerjai Dimas
101 Bab 101. Ukuran
102 Bab 102. Ngambek
103 Bab 103.Tiba di Pesantren
104 Bab 104. Kecewa
105 Bab 105. Perpisahan
106 Bab 106. Perasaan Izzam
107 Bab 107. Tertangkap Basah
108 Bab 108. Teror
109 Bab 109. Permintaan Maaf
110 Bab 110. Penuturan dokter Davin
111 Bab 111. Ada Yang Mengikuti
112 Bab 112. Penangkapan
113 Bab 113. Iseng
114 Bab 114. Hari Santri
115 Bab 115. Tragedi di Perkemahan.
116 Bab 116. Benar Hilang
117 Bab 117. Jejak
118 Bab 118. Aksi Penyelamatan 1
119 Bab 119. Aksi Penyelamatan 2
120 Bab 120. Penguntit
121 Bab 121. Surprise
122 Bab 122. Hari Pernikahan
123 Bab 123. Hari Pernikahan 2
124 Bab 124. Masih di Suasana Pesta
125 Bab 125. Gara-gara Kado Laknat
126 Bab 126. Seperti Digerebek.
127 Bab 127. Unboxing
128 Bab 128. Terciduk
129 Bab 129.
130 Bab 130. Tiket Bulan Madu
131 Bab 131. Bulan Madu
132 Bab 132. Masih Malu-malu
133 Bab 133. Hamil?
134 Bab 134. Pulang
135 Bab 135.
136 Bab 136. Kabar Baik
137 Bab 137. Ngidam
138 Bab 138.
139 Bab 139.
140 Bab 140.
141 Bab 141.
Episodes

Updated 141 Episodes

1
Bab 1. Dokter Davin dan Chila 1
2
Bab 2. Dokter Davin dan Chila 2
3
Bab 3. Dokter Davin dan Chila 3( Hari Pertama di Pesantren)
4
Bab 4. Dokter Davin dan Chila 4
5
Bab 5. Dokter Davin dan Chila 5
6
Bab 6. Dokter Davin dan Chila 6
7
Bab 7. Dokter Davin dan Chila 7
8
Bab 8. Dokter Davin dan Chila 8
9
Bab 9. Dokter Davin dan Chila 9
10
Bab 10. Dokter Davin dan Chila 10
11
Bab 11. Dokter Davin dan Chila 11
12
Bab 12. Dokter Davin dan Chila 12.
13
Bab 13. Dokter Davin dan Chila 13
14
Bab 14. Dokter Davin dan Chila 14
15
Bab 15. Dokter Davin dan Chila 15.
16
Bab 16. Dokter Davin dan Chila 16.
17
Bab 17. Dokter Davin dan Chila 17
18
Bab 18. Dokter Davin dan Chila 18.
19
Bab 19. Dokter Davin dan Chila 19.
20
Bab 20. Dokter Davin dan Chila 20.
21
Bab 21. Dokter Davin dan Chila 21.
22
Bab 22. Dokter Davin dan Chila 22
23
Bab 23. Dokter Davin dan Chila 23
24
Bab 24. Dokter Davin dan Chila 24
25
Bab 25. Dokter Davin dan Chila 25
26
Bab 26. Rencana Perjodohan
27
Bab 27. Dokter Davin dan Chila 27
28
Bab 28. Dokter Davin dan Chila 28
29
Bab 29 Dokter Davin dan Chila 29
30
Bab 30. Ketahuan
31
Bab 31. Terlambat
32
Bab 32. Kiriman
33
Bab 33. Bertemu
34
Bab 34. Bertemu Lagi
35
Bab 35. Lamaran Tiba-tiba
36
Bab 36. Penolakan
37
Bab 37. Curhat
38
Bab 38. Undangan Pernikahan
39
Bab 39. Ikhlas
40
Bab 40. Adik Yang Menjengkelkan
41
Bab 41. Permintaan Chila
42
Bab 42. Kecewa
43
Bab 43. Gundah Gulana
44
Bab 44. Sebelum Terlambat
45
Bab 45. Bertemu Suster Tantri
46
Bab 46. Ketahuan
47
Bab 47. Waktu Terakhir
48
Bab 48. Pingsan
49
Bab 49. Sakit
50
Bab 50. Dokter Cinta
51
Bab 51. Mencari Dokter Davin
52
Bab 52. Curiga
53
Bab 53. Meminta Bantuan Dilvara
54
Bab 54. Ketemu
55
Bab 55. Kartu Nama
56
Bab 56. Menemui Dokter Davin
57
Bab 56. Bertemu Chila
58
Bab 58. Dokter Davin dan Chila
59
Bab 59. Penjelasan
60
Bab 60. Perseteruan
61
Bab 61. Perhatian
62
Bab 62. Alasan
63
Bab 63. Pembuktian
64
Bab 64. Ancaman
65
Bab 65. Gertakan
66
Bab 66. Berubah Pikiran
67
Bab 67. Restu
68
Bab 68. Bersemangat
69
Bab 69. Mencurigakan
70
Bab 70. Mengejar
71
Bab 71. Kangen
72
Bab 72. Botulinum Toxin
73
Bab 73. Rencana Lamaran
74
Bab 74. Insomnia
75
Bab 75. Kecewa
76
Bab 76. Sebuah Nasehat
77
Bab 78. Kecelakaan
78
Bsb 79. Saingan Baru
79
Bab 79. Belanja Bersama
80
Bab 80. Rasanya Ingin Menikah Saja
81
Bab 81. Cewek Matre
82
Bab 82. Perhatian
83
Bab 83. Hari Pertunangan
84
Bab 84. Hari Pertunangan (2)
85
Bab 85. Badmood
86
Bab 86. Marah
87
Bab 87. Ada Apa Sebenarnya?
88
Bab 88. Sikap Yang Aneh
89
Bab 89. Dari Hati ke Hati
90
Bab 90. Kebetulan Yang Disengaja
91
Bab 91. Penjelasan Suster Dinda
92
Bab 92. Kebanyakan Micin
93
Bab 93. Kembali ke Pesantren 1
94
Bab 94. Malu
95
Bab 95. Semakin Yakin
96
Bab 96. Mencari Perhatian
97
Bab 97. Pernyataan Cinta Dimas
98
Bab 98. Ada Yang Mengawasi
99
Bab 99. Rasa Takut
100
Bab 100. Mengerjai Dimas
101
Bab 101. Ukuran
102
Bab 102. Ngambek
103
Bab 103.Tiba di Pesantren
104
Bab 104. Kecewa
105
Bab 105. Perpisahan
106
Bab 106. Perasaan Izzam
107
Bab 107. Tertangkap Basah
108
Bab 108. Teror
109
Bab 109. Permintaan Maaf
110
Bab 110. Penuturan dokter Davin
111
Bab 111. Ada Yang Mengikuti
112
Bab 112. Penangkapan
113
Bab 113. Iseng
114
Bab 114. Hari Santri
115
Bab 115. Tragedi di Perkemahan.
116
Bab 116. Benar Hilang
117
Bab 117. Jejak
118
Bab 118. Aksi Penyelamatan 1
119
Bab 119. Aksi Penyelamatan 2
120
Bab 120. Penguntit
121
Bab 121. Surprise
122
Bab 122. Hari Pernikahan
123
Bab 123. Hari Pernikahan 2
124
Bab 124. Masih di Suasana Pesta
125
Bab 125. Gara-gara Kado Laknat
126
Bab 126. Seperti Digerebek.
127
Bab 127. Unboxing
128
Bab 128. Terciduk
129
Bab 129.
130
Bab 130. Tiket Bulan Madu
131
Bab 131. Bulan Madu
132
Bab 132. Masih Malu-malu
133
Bab 133. Hamil?
134
Bab 134. Pulang
135
Bab 135.
136
Bab 136. Kabar Baik
137
Bab 137. Ngidam
138
Bab 138.
139
Bab 139.
140
Bab 140.
141
Bab 141.

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!