Bab 17. Dokter Davin dan Chila 17

Ustadz Afarisi tampak mengerutkan kening.

"Memangnya kamu bawa kucing ke sini?"

"Tidak ustadz, tapi kucing itu memang ada di sekitar sini dan langsung Chila pelihara karena merasa lucu."

"Oh." Ustadz Alfarisi yang tidak ingin memperpanjang pembicaraan langsung mengangguk-angguk.

"Baiklah santriwan-santriwati sekarang kita mulai pelajaran. Sebelum mulai marilah kita menundukkan kepala dan berdoa agar ilmu yang kita pelajari bisa cepat kita pahami dan berguna nantinya. Berdoa mulai!" seru ustadz Alfarisi dan langsung membuat semuanya santrinya menunduk sambil membaca doa.

"Berdoa selesai!" seru ustadz Alfarisi lagi sehingga kali ini para santrinya mengangkat wajah.

"Kemarin sampai mana ya, pelajaran kita?" tanya ustadz Alfarisi sebelum memulai mata pelajaran.

"Hafalan Pak!" teriak beberapa santri dalam kelas tersebut.

"Ckk, kenapa diingatkan sih? Mentang-mentang mereka hafal," kesal Fazila sambil menatap beberapa teman sekelasnya dengan ekspresi cemberut.

"Kenapa Chila, masih memikirkan kucingmu?" tanya ustadz Alfarisi membuat Fazila menganggap pria itu memperhatikan dirinya terus sedari tadi.

"Gawat! Jangan-jangan nanti yang dipanggil ke depan untuk menghafal pertama kali adalah aku," batin Fazila ketar-ketir.

"Ah tidak Pak, tidak apa-apa."

"Hmm." Pria itu hanya berhem ria membuat jantung Fazila tambah jedag-jedug dibuatnya.

"Oh ya ya anak-anak minggu lalu saya memberikan hafalan untuk kalian. Bagaimana sudah hafal semuanya?"

"Hafal Ustadz!" jawab mereka serempak dengan suara yang begitu keras sehingga memenuhi seluruh ruangan kelas.

Fazila hanya terbelalak karena merasa tidak hafal sendirian.

"Semoga aku yang dipanggil terakhir dan waktunya tidak cukup sehingga hafalanku tidak harus hari ini," ucap Fazila di dalam hati penuh harap.

"Masyaallah hebat kalian semua. Kemarin saya mengatakan apa hukumannya jika ada diantara kalian jika tidak hafal?"

"Harus khatam membaca Alquran di hari ini juga ustadz!" seru Heni sambil melirik ke arah Fazila yang wajahnya langsung berubah pucat sedangkan teman-teman sekelasnya yang lain malah tampak bingung dan menatap satu sama lain.

"Oh begitu ya, ustadz lupa soalnya. Baiklah untuk yang pertama harus maju adalah–"

Ustadz Alfarisi menghentikan ucapannya tatkala melihat fasila bangkit berdiri dari duduknya.

"Chila kamu yang ingin maju duluan?" Ustadz Alfarisi menawarkan agar Fazila menghafal untuk yang pertama kali mengingat gadis itu berdiri.

"Eh, tidak ustadz, Fazila hanya ingin pamit ke kamar mandi untuk buang air sekaligus membenahi kerudung Fazila yang salah ini."

Ustadz Alfarisi menatap kepala Fazila untuk memastikan apa yang dikatakan oleh Gadis itu benar adanya.

"Kenapa bisa terbalik seperti ini? Apakah kamu tidak fokus karena terlalu memikirkan kucingmu yang sudah tiada itu?"

"I ... iya Pak," sahut Fazila gugup.

"Baik pergilah dan nanti setelah kembali langsung kamu maju ke depan!"

Mendengar perkataan ustadz Alfarisi, Fazila terbelalak sambil menelan ludah

"Bagaimana ini?" tanyanya pada diri sendiri.

"Apa yang kamu tunggu? Pergilah jangan sampai buang air di sini!"

"Baik Ustadz, kalau begitu saya pamit. Assalamualaikum!"

"Wa'alaikumsalam warahmatullahi," jawab ustadz Alfarisi sebelum akhirnya berbicara dengan santri yang lainnya.

"Ayo siapa yang mau maju duluan?"

Semua hanya diam, tak ada satupun yang mengacungkan tangan.

"Loh katanya sudah hafal semua, kenapa tidak ada yang berani maju? Ini kalian benar-benar hafal atau hanya pura-pura hafal sih?" Ustadz Alfarisi bingung dengan sikap anak didiknya.

"Izzam hafal?" tanya ustadz Alfarisi kemudian.

Anak itu mengangguk.

"Kalau begitu silahkan maju ke depan!"

Sekali lagi Izzam mengangguk dan akhirnya bangkit berdiri kemudian melangkah ke depan. Dia berdiri di samping ustadz Alfarisi yang kini sudah duduk di kursi guru.

"Sudah siap?" tanya ustadz Alfarisi lagi untuk memastikan.

"Siap Ustadz."

"Baik kalau begitu silahkan dimulai!"

Izzam pun langsung menghafal hafalan bahasa Arab yang sudah ditugaskan sebelumnya oleh ustad Alfarisi.

"Terima kasih Izzam, sekarang kamu boleh duduk. Ayo siapa yang mau maju lagi?"

Masih saja tidak ada yang mengangkat tangan sehingga terpaksa ustadz Alfarisi memanggil berdasarkan urutan absen.

"Anggita Anggraini!"

"Baik ustadz." Anggita langsung berdiri dan maju ke depan.

"Ah akhirnya aku hafal juga," batin Anggita setelah ketar-ketir sebab beberapa kali menghafal selalu saja ada kalimat yang terlupa.

"Baik terima kasih dan kau juga boleh kembali duduk!"

"Terima kasih Ustadz."

"Absen selanjutnya Ardian Febriyanto!"

"Baik ustadz."

Absen terus berlalu dan satu-persatu santri maju ke depan untuk memperlihatkan hafalan mereka sementara Fazila belum kembali juga.

Sejak meminta izin tadi pada ustadz Alfarisi tadi dia memang tidak ada niatan untuk kembali ke dalam kelas.

"Setelah selesai buang air kecil dan membenarkan kerudungnya, gadis itu langsung menuju pagar sekolah untuk kembali ke pondok putri.

"Tidak boleh keluar dari area sekolah Neng," tegur pak satpam saat Fazila meminta tolong untuk membukakan pintu pagar.

"Tapi saya pusing Pak, saya ingin beristirahat saja."

"Kalau begitu si Eneng harus melapor sama ustadz atau ustadzah yang sekarang mengajar di kelas Eneng."

"Sudah Pak, bahkan ustad Alfarizi sudah mengizinkan saya untuk kembali ke pondok putri."

"Tapi tidak semudah itu untuk keluar dari sekolah ini Neng. Prosedurnya tidak seperti itu. Jika Eneng sudah mendapatkan izin dari ustadz yang mengajar seharusnya beliau langsung mengantarkan Eneng sendiri ke sini dan memberitahu bapak.

Bukan apa-apa, beberapa waktu yang lalu ada santriwati yang mengatakan sudah pamit pada ustadzah dan saya langsung mengizinkan untuk keluar dari sekolah. Nyatanya santri itu tidak kembali ke pondok putri melainkan kabur dari sekolah ini bahkan dari pesantren dan tidak kembali ke sini sehingga saat orang tua mereka menanyakan santri tersebut pihak pesantren kelimpungan dan bingung harus menjelaskan seperti apa. Terlebih lagi orang tuanya tidak mau tahu, dia ingin agar anak mereka segera ditemukan karena itu merupakan tanggung jawab dari pesantren yang sudah mengambil titipan dari wali santri."

"Ckk." Fazila hanya bisa berdecak. Sepertinya keinginan untuk kabur dari pelajaran bahasa Arab hari ini tidak direstui oleh Tuhan.

"Kembalilah ke dalam kelas dan minta antar pada ustadz Alfarisi agar saya bisa percaya pada Eneng."

Fazila mengangguk meskipun dalam hati tidak ada niat untuk melakukan hal itu. Kembali ke dalam kelas bagi Fazila sama halnya dengan bunuh diri mengingat perkataan ustadz Alfarisi yang menyatakan Fazila harus maju ke depan setelah kembali.

Dengan langkah gontai Fazila beranjak kembali, meninggalkan pak satpam yang menatapnya dengan bingung.

"Aha! Aku punya ide. Bagaimana kalau aku melompati pagar ini? Sepertinya tidak terlalu tinggi untuk aku lampaui." Fazila tersenyum licik lalu menjinjing rok panjangnya. Sebelum dia naik terlebih dahulu matanya celingukan melihat ke berbagai arah, barangkali ada orang lain yang melihat aksinya itu.

"Sepertinya aman," gumam Fazila dan langsung naik ke atas pagar.

"Tuh kan, benar dugaanku dia pasti akan kabur." Tak jauh dari tempat Fazila berdiri Heni mengawasi Fazila. Dia yang curiga pada Fazila tadi ikut pamit ke kamar mandi dan berencana menguntit gadis itu.

Dia ingin sekali menangkap basah kesalahan yang dilakukan oleh Fazila sehingga akhirnya gadis itu dihukum. Ini adalah wujud kekesalan Heni terhadap Fazila karena kejadian tadi pagi di kamar mandi pondok putri.

"Hei mau apa kamu!" teriak Heni membuat Fazila yang ingin melompat mengurungkan langsung niatnya.

"Siapa dia!" Fazila mencari-cari keberadaan pemilik suara tersebut, tapi tidak berhasil menemukannya karena Heni langsung bersembunyi.

"Ya Allah suara siapa itu?" Nyali Fazila untuk melompat ciut kembali tatkala melihat di samping sekolah itu adalah pemakaman besar.

"Jangan-jangan suara itu adalah suara hantu dari sana," ucap Fazila bergidik ngeri.

"Apa yang harus aku lakukan? Kalau kembali ke kelas sudah jelas mendapatkan hukuman membaca Alquran sampai khatam dalam satu hari. Meskipun dapat pahala tapi rasanya aku tidak sanggup membaca 30 jus dalam sekali duduk. Namun, kalau aku melompat bisa saja aku dikejar-kejar hantu." Fazila terlihat galau.

"Tapi sekarang kan sudah pagi mana bisa ada hantu? Yang ada hantu yang kesiangan itu akan mati terbakar sinar matahari." Begitu film horor yang dia tonton waktu masih kecil.

Namun, saat hendak melompat terdengar suara burung hantu dan lolongan anjing dari arah makam.

"Aku tidak berani." Fazila masih berada di atas pagar tembok.

"Ustadz! Fazila ingin kabur!" teriak seorang wanita membuat fokus Fazila ambyar. Dia langsung melompat secara sembarangan hingga jatuhnya bukan keluar dari area sekolah melainkan ke tempatnya semula.

"Ustadz! Chila tadi hanya pura-pura ingin ke kamar mandi, tetapi nyatanya ingin kabur!" teriak Heni dan Fazila langsung mengumpat dalam hati mendengar Heni masih memata-matai dirinya.

"Sial si Heni, sepertinya dia suka sekali mengacaukan hidup orang lain." Segera Fazila berlari melihat para ustadz dan ustadzah terlihat keluar dari kelas tempat mereka mengajar masing-masing.

"Gawat aku harus bersembunyi!"

"Tapi dimana yang nggak bakal ketemu?" Fazila gusar sendiri.

Tiba-tiba dia melihat ada pohon jambu air yang begitu lebat dengan buah dan daunnya.

"Uhu sepertinya aku harus memanjat pohon itu dan bersembunyi dibalik rerimbunan daunnya." Fazila tersenyum antusias.

Bersambung.

Terpopuler

Comments

Dewi Anggya

Dewi Anggya

chilaaaaaa ada² ajaaaa

2023-11-13

0

lihat semua
Episodes
1 Bab 1. Dokter Davin dan Chila 1
2 Bab 2. Dokter Davin dan Chila 2
3 Bab 3. Dokter Davin dan Chila 3( Hari Pertama di Pesantren)
4 Bab 4. Dokter Davin dan Chila 4
5 Bab 5. Dokter Davin dan Chila 5
6 Bab 6. Dokter Davin dan Chila 6
7 Bab 7. Dokter Davin dan Chila 7
8 Bab 8. Dokter Davin dan Chila 8
9 Bab 9. Dokter Davin dan Chila 9
10 Bab 10. Dokter Davin dan Chila 10
11 Bab 11. Dokter Davin dan Chila 11
12 Bab 12. Dokter Davin dan Chila 12.
13 Bab 13. Dokter Davin dan Chila 13
14 Bab 14. Dokter Davin dan Chila 14
15 Bab 15. Dokter Davin dan Chila 15.
16 Bab 16. Dokter Davin dan Chila 16.
17 Bab 17. Dokter Davin dan Chila 17
18 Bab 18. Dokter Davin dan Chila 18.
19 Bab 19. Dokter Davin dan Chila 19.
20 Bab 20. Dokter Davin dan Chila 20.
21 Bab 21. Dokter Davin dan Chila 21.
22 Bab 22. Dokter Davin dan Chila 22
23 Bab 23. Dokter Davin dan Chila 23
24 Bab 24. Dokter Davin dan Chila 24
25 Bab 25. Dokter Davin dan Chila 25
26 Bab 26. Rencana Perjodohan
27 Bab 27. Dokter Davin dan Chila 27
28 Bab 28. Dokter Davin dan Chila 28
29 Bab 29 Dokter Davin dan Chila 29
30 Bab 30. Ketahuan
31 Bab 31. Terlambat
32 Bab 32. Kiriman
33 Bab 33. Bertemu
34 Bab 34. Bertemu Lagi
35 Bab 35. Lamaran Tiba-tiba
36 Bab 36. Penolakan
37 Bab 37. Curhat
38 Bab 38. Undangan Pernikahan
39 Bab 39. Ikhlas
40 Bab 40. Adik Yang Menjengkelkan
41 Bab 41. Permintaan Chila
42 Bab 42. Kecewa
43 Bab 43. Gundah Gulana
44 Bab 44. Sebelum Terlambat
45 Bab 45. Bertemu Suster Tantri
46 Bab 46. Ketahuan
47 Bab 47. Waktu Terakhir
48 Bab 48. Pingsan
49 Bab 49. Sakit
50 Bab 50. Dokter Cinta
51 Bab 51. Mencari Dokter Davin
52 Bab 52. Curiga
53 Bab 53. Meminta Bantuan Dilvara
54 Bab 54. Ketemu
55 Bab 55. Kartu Nama
56 Bab 56. Menemui Dokter Davin
57 Bab 56. Bertemu Chila
58 Bab 58. Dokter Davin dan Chila
59 Bab 59. Penjelasan
60 Bab 60. Perseteruan
61 Bab 61. Perhatian
62 Bab 62. Alasan
63 Bab 63. Pembuktian
64 Bab 64. Ancaman
65 Bab 65. Gertakan
66 Bab 66. Berubah Pikiran
67 Bab 67. Restu
68 Bab 68. Bersemangat
69 Bab 69. Mencurigakan
70 Bab 70. Mengejar
71 Bab 71. Kangen
72 Bab 72. Botulinum Toxin
73 Bab 73. Rencana Lamaran
74 Bab 74. Insomnia
75 Bab 75. Kecewa
76 Bab 76. Sebuah Nasehat
77 Bab 78. Kecelakaan
78 Bsb 79. Saingan Baru
79 Bab 79. Belanja Bersama
80 Bab 80. Rasanya Ingin Menikah Saja
81 Bab 81. Cewek Matre
82 Bab 82. Perhatian
83 Bab 83. Hari Pertunangan
84 Bab 84. Hari Pertunangan (2)
85 Bab 85. Badmood
86 Bab 86. Marah
87 Bab 87. Ada Apa Sebenarnya?
88 Bab 88. Sikap Yang Aneh
89 Bab 89. Dari Hati ke Hati
90 Bab 90. Kebetulan Yang Disengaja
91 Bab 91. Penjelasan Suster Dinda
92 Bab 92. Kebanyakan Micin
93 Bab 93. Kembali ke Pesantren 1
94 Bab 94. Malu
95 Bab 95. Semakin Yakin
96 Bab 96. Mencari Perhatian
97 Bab 97. Pernyataan Cinta Dimas
98 Bab 98. Ada Yang Mengawasi
99 Bab 99. Rasa Takut
100 Bab 100. Mengerjai Dimas
101 Bab 101. Ukuran
102 Bab 102. Ngambek
103 Bab 103.Tiba di Pesantren
104 Bab 104. Kecewa
105 Bab 105. Perpisahan
106 Bab 106. Perasaan Izzam
107 Bab 107. Tertangkap Basah
108 Bab 108. Teror
109 Bab 109. Permintaan Maaf
110 Bab 110. Penuturan dokter Davin
111 Bab 111. Ada Yang Mengikuti
112 Bab 112. Penangkapan
113 Bab 113. Iseng
114 Bab 114. Hari Santri
115 Bab 115. Tragedi di Perkemahan.
116 Bab 116. Benar Hilang
117 Bab 117. Jejak
118 Bab 118. Aksi Penyelamatan 1
119 Bab 119. Aksi Penyelamatan 2
120 Bab 120. Penguntit
121 Bab 121. Surprise
122 Bab 122. Hari Pernikahan
123 Bab 123. Hari Pernikahan 2
124 Bab 124. Masih di Suasana Pesta
125 Bab 125. Gara-gara Kado Laknat
126 Bab 126. Seperti Digerebek.
127 Bab 127. Unboxing
128 Bab 128. Terciduk
129 Bab 129.
130 Bab 130. Tiket Bulan Madu
131 Bab 131. Bulan Madu
132 Bab 132. Masih Malu-malu
133 Bab 133. Hamil?
134 Bab 134. Pulang
135 Bab 135.
136 Bab 136. Kabar Baik
137 Bab 137. Ngidam
138 Bab 138.
139 Bab 139.
140 Bab 140.
141 Bab 141.
Episodes

Updated 141 Episodes

1
Bab 1. Dokter Davin dan Chila 1
2
Bab 2. Dokter Davin dan Chila 2
3
Bab 3. Dokter Davin dan Chila 3( Hari Pertama di Pesantren)
4
Bab 4. Dokter Davin dan Chila 4
5
Bab 5. Dokter Davin dan Chila 5
6
Bab 6. Dokter Davin dan Chila 6
7
Bab 7. Dokter Davin dan Chila 7
8
Bab 8. Dokter Davin dan Chila 8
9
Bab 9. Dokter Davin dan Chila 9
10
Bab 10. Dokter Davin dan Chila 10
11
Bab 11. Dokter Davin dan Chila 11
12
Bab 12. Dokter Davin dan Chila 12.
13
Bab 13. Dokter Davin dan Chila 13
14
Bab 14. Dokter Davin dan Chila 14
15
Bab 15. Dokter Davin dan Chila 15.
16
Bab 16. Dokter Davin dan Chila 16.
17
Bab 17. Dokter Davin dan Chila 17
18
Bab 18. Dokter Davin dan Chila 18.
19
Bab 19. Dokter Davin dan Chila 19.
20
Bab 20. Dokter Davin dan Chila 20.
21
Bab 21. Dokter Davin dan Chila 21.
22
Bab 22. Dokter Davin dan Chila 22
23
Bab 23. Dokter Davin dan Chila 23
24
Bab 24. Dokter Davin dan Chila 24
25
Bab 25. Dokter Davin dan Chila 25
26
Bab 26. Rencana Perjodohan
27
Bab 27. Dokter Davin dan Chila 27
28
Bab 28. Dokter Davin dan Chila 28
29
Bab 29 Dokter Davin dan Chila 29
30
Bab 30. Ketahuan
31
Bab 31. Terlambat
32
Bab 32. Kiriman
33
Bab 33. Bertemu
34
Bab 34. Bertemu Lagi
35
Bab 35. Lamaran Tiba-tiba
36
Bab 36. Penolakan
37
Bab 37. Curhat
38
Bab 38. Undangan Pernikahan
39
Bab 39. Ikhlas
40
Bab 40. Adik Yang Menjengkelkan
41
Bab 41. Permintaan Chila
42
Bab 42. Kecewa
43
Bab 43. Gundah Gulana
44
Bab 44. Sebelum Terlambat
45
Bab 45. Bertemu Suster Tantri
46
Bab 46. Ketahuan
47
Bab 47. Waktu Terakhir
48
Bab 48. Pingsan
49
Bab 49. Sakit
50
Bab 50. Dokter Cinta
51
Bab 51. Mencari Dokter Davin
52
Bab 52. Curiga
53
Bab 53. Meminta Bantuan Dilvara
54
Bab 54. Ketemu
55
Bab 55. Kartu Nama
56
Bab 56. Menemui Dokter Davin
57
Bab 56. Bertemu Chila
58
Bab 58. Dokter Davin dan Chila
59
Bab 59. Penjelasan
60
Bab 60. Perseteruan
61
Bab 61. Perhatian
62
Bab 62. Alasan
63
Bab 63. Pembuktian
64
Bab 64. Ancaman
65
Bab 65. Gertakan
66
Bab 66. Berubah Pikiran
67
Bab 67. Restu
68
Bab 68. Bersemangat
69
Bab 69. Mencurigakan
70
Bab 70. Mengejar
71
Bab 71. Kangen
72
Bab 72. Botulinum Toxin
73
Bab 73. Rencana Lamaran
74
Bab 74. Insomnia
75
Bab 75. Kecewa
76
Bab 76. Sebuah Nasehat
77
Bab 78. Kecelakaan
78
Bsb 79. Saingan Baru
79
Bab 79. Belanja Bersama
80
Bab 80. Rasanya Ingin Menikah Saja
81
Bab 81. Cewek Matre
82
Bab 82. Perhatian
83
Bab 83. Hari Pertunangan
84
Bab 84. Hari Pertunangan (2)
85
Bab 85. Badmood
86
Bab 86. Marah
87
Bab 87. Ada Apa Sebenarnya?
88
Bab 88. Sikap Yang Aneh
89
Bab 89. Dari Hati ke Hati
90
Bab 90. Kebetulan Yang Disengaja
91
Bab 91. Penjelasan Suster Dinda
92
Bab 92. Kebanyakan Micin
93
Bab 93. Kembali ke Pesantren 1
94
Bab 94. Malu
95
Bab 95. Semakin Yakin
96
Bab 96. Mencari Perhatian
97
Bab 97. Pernyataan Cinta Dimas
98
Bab 98. Ada Yang Mengawasi
99
Bab 99. Rasa Takut
100
Bab 100. Mengerjai Dimas
101
Bab 101. Ukuran
102
Bab 102. Ngambek
103
Bab 103.Tiba di Pesantren
104
Bab 104. Kecewa
105
Bab 105. Perpisahan
106
Bab 106. Perasaan Izzam
107
Bab 107. Tertangkap Basah
108
Bab 108. Teror
109
Bab 109. Permintaan Maaf
110
Bab 110. Penuturan dokter Davin
111
Bab 111. Ada Yang Mengikuti
112
Bab 112. Penangkapan
113
Bab 113. Iseng
114
Bab 114. Hari Santri
115
Bab 115. Tragedi di Perkemahan.
116
Bab 116. Benar Hilang
117
Bab 117. Jejak
118
Bab 118. Aksi Penyelamatan 1
119
Bab 119. Aksi Penyelamatan 2
120
Bab 120. Penguntit
121
Bab 121. Surprise
122
Bab 122. Hari Pernikahan
123
Bab 123. Hari Pernikahan 2
124
Bab 124. Masih di Suasana Pesta
125
Bab 125. Gara-gara Kado Laknat
126
Bab 126. Seperti Digerebek.
127
Bab 127. Unboxing
128
Bab 128. Terciduk
129
Bab 129.
130
Bab 130. Tiket Bulan Madu
131
Bab 131. Bulan Madu
132
Bab 132. Masih Malu-malu
133
Bab 133. Hamil?
134
Bab 134. Pulang
135
Bab 135.
136
Bab 136. Kabar Baik
137
Bab 137. Ngidam
138
Bab 138.
139
Bab 139.
140
Bab 140.
141
Bab 141.

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!