Bab 18. Dokter Davin dan Chila 18.

"Ada apa Heni kenapa kamu berteriak-teriak seperti tadi?" tanya ustadzah Aini saat dirinya tiba di samping gadis itu.

"Dan kenapa kamu lama sekali kembalinya ke dalam kelas?" sambung ustad Alfarisi.

"Anu ustadz ... anu ...." Heni tampak gugup.

"Anu-anu kenapa? Oh jangan-jangan kamu mau kabur ya karena tidak hafal?" Ustadz Alfarisi menatap Heni penuh curiga.

"Tidak ustadz mana mungkin saya ingin kabur. Kalau saya benar-benar ingin kabur dari sekolah sekarang juga, apa gunanya saya tadi berisik sehingga kalian semua keluar dari dalam kelas."

"Nah itu tahu kalau tadi suara kamu mengganggu kami dan juga teman-temanmu," keluh ustadz Alfarisi sedangkan ustadzah Aini hanya terlihat diam saja. Seolah merasa lebih nyaman menjadi pendengar saja.

"Maaf Ustadz tapi saya terpaksa–"

"Terpaksa karena apa?" potong ustadz Alfarisi sedangkan ustadzah Aini masih saja senantiasa menjadi pendengar setia.

"Maaf ustadz tapi saya tadi berteriak karena melihat Chila ingin kabur dari sekolah ini," jelas Heni.

"Oh iya ya, kemana tuh anak? Semenjak pelajaran baru dimulai dia pamit ke kamar mandi dan sampai saat ini belum kembali juga," ustadz Alfarisi terlihat bingung dan khawatir.

"Justru itu Ustadz makanya saya tidak kembali ke dalam kelas sedari tadi. Setelah selesai membuang air kecil saya melihat Chila menaiki pagar yang di sana itu lalu hendak melompat.

Saya langsung memperingatkan supaya jangan kabur, tetapi meskipun saya cegah, dia langsung melompat ke bawah dan saya yang tidak fokus pada Chila karena berteriak sambil melihat ustadz di pintu kelas tidak jelas saat itu Chila berhasil melompat keluar dari area sekolah ini atau masih di dalam sekolah," jelas Heni panjang lebar.

"Gawat ustadz, bagaimana kalau dia kabur? Bukannya Fazila memang mondok karena dipaksa oleh kedua orang tuanya?" Ustadzah Aini terlihat khawatir.

"Benar juga sih apa kata ustadzah. Bukankah beberapa waktu yang lalu Chila mengatakan tidak betah tinggal di pesantren."

Ustadzah Ana menanggapi perkataan ustadz Alfarisi dengan anggukan.

"Kalau begitu sekarang kita harus segera mencarinya. Saya tidak mau dia tersesat karena tidak tahu daerah ini. Bagaimana nanti kita menghadapi kyai Miftah kalau Chila benar-benar kabur?"

"Terlebih kedua orang tuanya ustadz, mereka pasti akan sangat marah dan menganggap kita lengah dalam mengawasi putri mereka."

"Kalau begitu tunggu apalagi. Kita berpencar saja biar cepat ketemu. Saya dan ustadz-ustadzah yang lain akan mencari di sekitar sini dalam lingkungan sekolah maupun di luar lingkungan sekolah sedangkan ustadz Aini lebih baik langsung mengecek ke dalam pondok putri barangkali Chila sakit perut atau sakit kepala atau apalah sehingga terpaksa harus kembali ke dalam pondok tanpa sempat memberitahu kita."

"Siap ustadz, kalau begitu saya pamit dulu assalamualaikum warahmatullahi ta'ala wabarakatuh."

"Wa'alaikumsalam warahmatullahi ta'ala wabarakatuh ustadzah Aini."

Ustadzah Aini melenggang pergi sedangkan ustadz Alfarizi mengajak para pengajar lainnya untuk mengitari halaman dan belakang sekolah.

"Kamu Heni ajak teman-temanmu untuk ikut dalam pencarian!" perintah ustadz Alfarisi pada Heni.

"Baik siap Ustadz."

Sampai di pintu pagar sekolah, ustadzah Aini tampak berbicara dengan pak satpam.

"Mau ke mana ustadzah Aini?" sapa pak satpam basa-basi.

"Mau ke pondok putri Pak untuk melihat apakah Fazila sudah ada di sana."

"Fazila yang mana Ustadzah? Yang anaknya sedikit pendek dan wajahnya cantik bulat itu, bukan?"

"Iya-iya benar Pak. Yang biasa dipanggil dengan sebutan Sheila oleh teman-temannya. Pak satpam tadi melihat?" tanya ustadzah Aini antusias.

"Tadi dia memang ke sini dan meminta saya untuk membuka pintu pagar. Katanya dia akan kembali ke pondok putri karena kepalanya pusing, cuma saya tidak mengizinkan karena tidak diantar langsung oleh ustadz atau ustadzah yang sedang mengajarnya sekarang untuk mengantisipasi agar santri atau santriwati tidak kabur dari sekolah terutama pondok pesantren ini.

Ustadzah tahu sendiri 'kan beberapa bulan yang lalu ada santriwati yang pamit keluar dari sekolah dan katanya akan kembali ke pondok putri, tapi nyatanya setelah itu langsung menghilang dan membuat pondok pesantren gempar. Nah saya yang paling disalahkan waktu itu."

" Iya Pak saya paham, tindakan Bapak sudah benar tapi, kenapa Fazila tidak kembali ke dalam kelas?"

"Mana saya tahu Ustadzah, mungkin ada di koperasi untuk membeli obat sakit kepala atau di kamar mandi begitu."

"Sudahlah Pak, saya akan langsung mengecek ke kamarnya saja sebab tadi Heni mengatakan melihat Fazila melompat dari pagar. Dia tidak akan kabur dari pesantren tanpa membawa apa-apa, bukan? Lagipula untuk di sekitar sini biarlah ustad dan ustadzah yang lainnya memeriksa."

"Melompat dari pagar?" Pak satpam terkejut mendengarnya. Bagaimana mungkin gadis pendek seperti Fazila bisa melompati pagar yang tinggi itu.

"Iya Pak, cepat buka pintu pagarnya!"

"Baik ustadzah!"

Suasana di dalam lingkungan sekolah itu mendadak jadi ramai dan berisik karena dibuat gusar dengan kabar melarikannya diri Fazila.

"Ngapain sih tuh anak pakai acara menghilang segala," protes Anggita sambil menuntun tangan Qiana.

"Aku yakin pasti karena dia tidak hafal," ujar Qiana.

"Tuh anak memang aneh, nggak hafal aja harus pergi dengan cara begini. Pura-pura sakit kek, kan beres." Andin tidak habis pikir dengan sikap Fazila."

"Biarkan saja deh, ini menurutku malah justru lebih bagus agar ustadz Alfarisi tidak melanjutkan hafalan kami hari ini karena aku pun juga belum hafal," ucap Andin terkekeh.

"Astaghfirullah nih anak, bersembunyi dalam tindakan orang lain," protes Anggita.

"Ada ya istilah seperti itu," ucap Qiana lalu ikut terkekeh.

"Ada aku yang bikin," jawab Anggita seenaknya.

"Bukan begitu Anggit, ini yang namanya mengambil hikmah dari sebuah peristiwa tertentu," ujar Andin.

"Saya sih menghargai keputusan Chila yang pergi dari sekolah tanpa pamit karena dengan begitu dia sudah berhasil menyelamatkan saya dari hukuman yang akan diberikan ustadz Alfarisi," tambah Andin lagi.

"Egois," ucap Qiana sambil menepuk kepala Andin.

"Kau pikir dengan begini Chila tidak akan dihukum apa?!"

"Kalau begitu sih masih mending, bagaimana kalau dia kabur dan tidak akan kembali?" tanya Qiana.

"Tidak mungkin, dia tidak akan kemana-mana. Dia tidak bodoh, dia tidak akan melarikan diri karena tidak hafal daerah sini," ujar Andin begitu tenang.

"Bagaimana apakah sudah ketemu?" tanya ustadz Alfarisi kepada para

santriwan-santriwatinya.

"Belum ustadz!" sere mereka dengan jawaban yang serempak.

"Ustadz dan ustadzah juga tidak menemui juga?"

"Tidak ada ustadz."

"Hmm, baiklah kita tunggu ustadzah Aini. Barangkali beliau membawa kabar yang baik."

Semua ustadz dan ustadzah mengangguk sambil menatap kedatangan ustadzah Aini yang sekarang masih melangkah ke arahnya.

"Bagaimana ustadzah? Ada di kamarkah?"

"Tidak ada ustadz, ustadzah. Seperti dia tidak kembali ke sana setelah kabur dari sekolahan."

"Bagaimana ini? Kalau sampai Kyai Miftah dan Nyai Fatimah tahu pasti akan kecewa padaku apalagi saat ini orang tua Chila sudah menjadi donatur tetap di pesantren ini," ucap ustadz Alfarisi dengan wajah yang terlihat sendu.

Sementara yang lain sedang heboh mencari dirinya, Fazila nampak santai di atas pohon sambil menikmati jambu air yang rasanya begitu manis di mulut Fazila.

Bersambung.

Terpopuler

Comments

Ita rahmawati

Ita rahmawati

ustadz dm ustadzahnya terkesan men spesialkan chila ya,,gtu aja di cari sampe pelajaran ditunda dn menelantarkan santri yg lain 🤭

2024-10-31

0

Dewi Anggya

Dewi Anggya

cariiii dipohon Jambu yg rindang ustadz dn ustadzah 🤭🤭🤭

2023-11-13

0

lihat semua
Episodes
1 Bab 1. Dokter Davin dan Chila 1
2 Bab 2. Dokter Davin dan Chila 2
3 Bab 3. Dokter Davin dan Chila 3( Hari Pertama di Pesantren)
4 Bab 4. Dokter Davin dan Chila 4
5 Bab 5. Dokter Davin dan Chila 5
6 Bab 6. Dokter Davin dan Chila 6
7 Bab 7. Dokter Davin dan Chila 7
8 Bab 8. Dokter Davin dan Chila 8
9 Bab 9. Dokter Davin dan Chila 9
10 Bab 10. Dokter Davin dan Chila 10
11 Bab 11. Dokter Davin dan Chila 11
12 Bab 12. Dokter Davin dan Chila 12.
13 Bab 13. Dokter Davin dan Chila 13
14 Bab 14. Dokter Davin dan Chila 14
15 Bab 15. Dokter Davin dan Chila 15.
16 Bab 16. Dokter Davin dan Chila 16.
17 Bab 17. Dokter Davin dan Chila 17
18 Bab 18. Dokter Davin dan Chila 18.
19 Bab 19. Dokter Davin dan Chila 19.
20 Bab 20. Dokter Davin dan Chila 20.
21 Bab 21. Dokter Davin dan Chila 21.
22 Bab 22. Dokter Davin dan Chila 22
23 Bab 23. Dokter Davin dan Chila 23
24 Bab 24. Dokter Davin dan Chila 24
25 Bab 25. Dokter Davin dan Chila 25
26 Bab 26. Rencana Perjodohan
27 Bab 27. Dokter Davin dan Chila 27
28 Bab 28. Dokter Davin dan Chila 28
29 Bab 29 Dokter Davin dan Chila 29
30 Bab 30. Ketahuan
31 Bab 31. Terlambat
32 Bab 32. Kiriman
33 Bab 33. Bertemu
34 Bab 34. Bertemu Lagi
35 Bab 35. Lamaran Tiba-tiba
36 Bab 36. Penolakan
37 Bab 37. Curhat
38 Bab 38. Undangan Pernikahan
39 Bab 39. Ikhlas
40 Bab 40. Adik Yang Menjengkelkan
41 Bab 41. Permintaan Chila
42 Bab 42. Kecewa
43 Bab 43. Gundah Gulana
44 Bab 44. Sebelum Terlambat
45 Bab 45. Bertemu Suster Tantri
46 Bab 46. Ketahuan
47 Bab 47. Waktu Terakhir
48 Bab 48. Pingsan
49 Bab 49. Sakit
50 Bab 50. Dokter Cinta
51 Bab 51. Mencari Dokter Davin
52 Bab 52. Curiga
53 Bab 53. Meminta Bantuan Dilvara
54 Bab 54. Ketemu
55 Bab 55. Kartu Nama
56 Bab 56. Menemui Dokter Davin
57 Bab 56. Bertemu Chila
58 Bab 58. Dokter Davin dan Chila
59 Bab 59. Penjelasan
60 Bab 60. Perseteruan
61 Bab 61. Perhatian
62 Bab 62. Alasan
63 Bab 63. Pembuktian
64 Bab 64. Ancaman
65 Bab 65. Gertakan
66 Bab 66. Berubah Pikiran
67 Bab 67. Restu
68 Bab 68. Bersemangat
69 Bab 69. Mencurigakan
70 Bab 70. Mengejar
71 Bab 71. Kangen
72 Bab 72. Botulinum Toxin
73 Bab 73. Rencana Lamaran
74 Bab 74. Insomnia
75 Bab 75. Kecewa
76 Bab 76. Sebuah Nasehat
77 Bab 78. Kecelakaan
78 Bsb 79. Saingan Baru
79 Bab 79. Belanja Bersama
80 Bab 80. Rasanya Ingin Menikah Saja
81 Bab 81. Cewek Matre
82 Bab 82. Perhatian
83 Bab 83. Hari Pertunangan
84 Bab 84. Hari Pertunangan (2)
85 Bab 85. Badmood
86 Bab 86. Marah
87 Bab 87. Ada Apa Sebenarnya?
88 Bab 88. Sikap Yang Aneh
89 Bab 89. Dari Hati ke Hati
90 Bab 90. Kebetulan Yang Disengaja
91 Bab 91. Penjelasan Suster Dinda
92 Bab 92. Kebanyakan Micin
93 Bab 93. Kembali ke Pesantren 1
94 Bab 94. Malu
95 Bab 95. Semakin Yakin
96 Bab 96. Mencari Perhatian
97 Bab 97. Pernyataan Cinta Dimas
98 Bab 98. Ada Yang Mengawasi
99 Bab 99. Rasa Takut
100 Bab 100. Mengerjai Dimas
101 Bab 101. Ukuran
102 Bab 102. Ngambek
103 Bab 103.Tiba di Pesantren
104 Bab 104. Kecewa
105 Bab 105. Perpisahan
106 Bab 106. Perasaan Izzam
107 Bab 107. Tertangkap Basah
108 Bab 108. Teror
109 Bab 109. Permintaan Maaf
110 Bab 110. Penuturan dokter Davin
111 Bab 111. Ada Yang Mengikuti
112 Bab 112. Penangkapan
113 Bab 113. Iseng
114 Bab 114. Hari Santri
115 Bab 115. Tragedi di Perkemahan.
116 Bab 116. Benar Hilang
117 Bab 117. Jejak
118 Bab 118. Aksi Penyelamatan 1
119 Bab 119. Aksi Penyelamatan 2
120 Bab 120. Penguntit
121 Bab 121. Surprise
122 Bab 122. Hari Pernikahan
123 Bab 123. Hari Pernikahan 2
124 Bab 124. Masih di Suasana Pesta
125 Bab 125. Gara-gara Kado Laknat
126 Bab 126. Seperti Digerebek.
127 Bab 127. Unboxing
128 Bab 128. Terciduk
129 Bab 129.
130 Bab 130. Tiket Bulan Madu
131 Bab 131. Bulan Madu
132 Bab 132. Masih Malu-malu
133 Bab 133. Hamil?
134 Bab 134. Pulang
135 Bab 135.
136 Bab 136. Kabar Baik
137 Bab 137. Ngidam
138 Bab 138.
139 Bab 139.
140 Bab 140.
141 Bab 141.
Episodes

Updated 141 Episodes

1
Bab 1. Dokter Davin dan Chila 1
2
Bab 2. Dokter Davin dan Chila 2
3
Bab 3. Dokter Davin dan Chila 3( Hari Pertama di Pesantren)
4
Bab 4. Dokter Davin dan Chila 4
5
Bab 5. Dokter Davin dan Chila 5
6
Bab 6. Dokter Davin dan Chila 6
7
Bab 7. Dokter Davin dan Chila 7
8
Bab 8. Dokter Davin dan Chila 8
9
Bab 9. Dokter Davin dan Chila 9
10
Bab 10. Dokter Davin dan Chila 10
11
Bab 11. Dokter Davin dan Chila 11
12
Bab 12. Dokter Davin dan Chila 12.
13
Bab 13. Dokter Davin dan Chila 13
14
Bab 14. Dokter Davin dan Chila 14
15
Bab 15. Dokter Davin dan Chila 15.
16
Bab 16. Dokter Davin dan Chila 16.
17
Bab 17. Dokter Davin dan Chila 17
18
Bab 18. Dokter Davin dan Chila 18.
19
Bab 19. Dokter Davin dan Chila 19.
20
Bab 20. Dokter Davin dan Chila 20.
21
Bab 21. Dokter Davin dan Chila 21.
22
Bab 22. Dokter Davin dan Chila 22
23
Bab 23. Dokter Davin dan Chila 23
24
Bab 24. Dokter Davin dan Chila 24
25
Bab 25. Dokter Davin dan Chila 25
26
Bab 26. Rencana Perjodohan
27
Bab 27. Dokter Davin dan Chila 27
28
Bab 28. Dokter Davin dan Chila 28
29
Bab 29 Dokter Davin dan Chila 29
30
Bab 30. Ketahuan
31
Bab 31. Terlambat
32
Bab 32. Kiriman
33
Bab 33. Bertemu
34
Bab 34. Bertemu Lagi
35
Bab 35. Lamaran Tiba-tiba
36
Bab 36. Penolakan
37
Bab 37. Curhat
38
Bab 38. Undangan Pernikahan
39
Bab 39. Ikhlas
40
Bab 40. Adik Yang Menjengkelkan
41
Bab 41. Permintaan Chila
42
Bab 42. Kecewa
43
Bab 43. Gundah Gulana
44
Bab 44. Sebelum Terlambat
45
Bab 45. Bertemu Suster Tantri
46
Bab 46. Ketahuan
47
Bab 47. Waktu Terakhir
48
Bab 48. Pingsan
49
Bab 49. Sakit
50
Bab 50. Dokter Cinta
51
Bab 51. Mencari Dokter Davin
52
Bab 52. Curiga
53
Bab 53. Meminta Bantuan Dilvara
54
Bab 54. Ketemu
55
Bab 55. Kartu Nama
56
Bab 56. Menemui Dokter Davin
57
Bab 56. Bertemu Chila
58
Bab 58. Dokter Davin dan Chila
59
Bab 59. Penjelasan
60
Bab 60. Perseteruan
61
Bab 61. Perhatian
62
Bab 62. Alasan
63
Bab 63. Pembuktian
64
Bab 64. Ancaman
65
Bab 65. Gertakan
66
Bab 66. Berubah Pikiran
67
Bab 67. Restu
68
Bab 68. Bersemangat
69
Bab 69. Mencurigakan
70
Bab 70. Mengejar
71
Bab 71. Kangen
72
Bab 72. Botulinum Toxin
73
Bab 73. Rencana Lamaran
74
Bab 74. Insomnia
75
Bab 75. Kecewa
76
Bab 76. Sebuah Nasehat
77
Bab 78. Kecelakaan
78
Bsb 79. Saingan Baru
79
Bab 79. Belanja Bersama
80
Bab 80. Rasanya Ingin Menikah Saja
81
Bab 81. Cewek Matre
82
Bab 82. Perhatian
83
Bab 83. Hari Pertunangan
84
Bab 84. Hari Pertunangan (2)
85
Bab 85. Badmood
86
Bab 86. Marah
87
Bab 87. Ada Apa Sebenarnya?
88
Bab 88. Sikap Yang Aneh
89
Bab 89. Dari Hati ke Hati
90
Bab 90. Kebetulan Yang Disengaja
91
Bab 91. Penjelasan Suster Dinda
92
Bab 92. Kebanyakan Micin
93
Bab 93. Kembali ke Pesantren 1
94
Bab 94. Malu
95
Bab 95. Semakin Yakin
96
Bab 96. Mencari Perhatian
97
Bab 97. Pernyataan Cinta Dimas
98
Bab 98. Ada Yang Mengawasi
99
Bab 99. Rasa Takut
100
Bab 100. Mengerjai Dimas
101
Bab 101. Ukuran
102
Bab 102. Ngambek
103
Bab 103.Tiba di Pesantren
104
Bab 104. Kecewa
105
Bab 105. Perpisahan
106
Bab 106. Perasaan Izzam
107
Bab 107. Tertangkap Basah
108
Bab 108. Teror
109
Bab 109. Permintaan Maaf
110
Bab 110. Penuturan dokter Davin
111
Bab 111. Ada Yang Mengikuti
112
Bab 112. Penangkapan
113
Bab 113. Iseng
114
Bab 114. Hari Santri
115
Bab 115. Tragedi di Perkemahan.
116
Bab 116. Benar Hilang
117
Bab 117. Jejak
118
Bab 118. Aksi Penyelamatan 1
119
Bab 119. Aksi Penyelamatan 2
120
Bab 120. Penguntit
121
Bab 121. Surprise
122
Bab 122. Hari Pernikahan
123
Bab 123. Hari Pernikahan 2
124
Bab 124. Masih di Suasana Pesta
125
Bab 125. Gara-gara Kado Laknat
126
Bab 126. Seperti Digerebek.
127
Bab 127. Unboxing
128
Bab 128. Terciduk
129
Bab 129.
130
Bab 130. Tiket Bulan Madu
131
Bab 131. Bulan Madu
132
Bab 132. Masih Malu-malu
133
Bab 133. Hamil?
134
Bab 134. Pulang
135
Bab 135.
136
Bab 136. Kabar Baik
137
Bab 137. Ngidam
138
Bab 138.
139
Bab 139.
140
Bab 140.
141
Bab 141.

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!