"Hmm, sayang sekali," ucap Anggita dengan suara manja lalu tertawa terbahak-bahak.
"Sst! Jangan lebar-lebar tertawanya nanti ada yang melapor pada Nyai Fatimah," ucap Qiana memperingatkan.
"Apa, jadi di tempat ini juga dilarang tertawa?" tanya Fazila sambil tepuk jidat.
"Kok kayaknya lebih ngeri dari penjara ya?" lanjut Fazila lagi.
"Emang kamu pernah masuk penjara?" tanya Qiana heran dan Fazila langsung menggeleng.
"Yasudah nggak usah membandingkan kalau nggak pernah masuk ke tempat begituan. Lagipula yang dilarang bukan ketawanya, tetapi lebih kepada suara Anggita yang keras. Selain tidak dianjurkan juga bisa menganggu santriwati yang lain," jelas Qiana.
"Sudah jangan hanya ngomong, katanya mau menjalankan hukuman?" Andin yang dari tadi tidur terbangun akibat suara berisik teman satu kamarnya.
"Kau juga harus ikut, bantu kami!" mohon Fazila pada Andin.
"Astaga Chila! Mau membersihkan kamar mandi satu doang harus dikerjakan berempat? Yang ada tubuh kita nggak akan muat jika berada di dalam semua," keluh Andin. Gadis itu terlihat menguap beberapa kali lalu membenarkan posisi tidurnya.
"Sorry bantalku minta ditemani," ucap Andin lalu miring dan memeluk guling.
"Andin kau harus ikut!" tegas Fazila.
"Itu bukan tanggung jawabku Chila, jadi kerjakan saja bertiga!"
"Tapi kau harus setia kawan dong. Yang namanya sahabat itu harus berbagi suka duka, jangan sukanya doang, susahnya nggak mau."
"Iya Chila saya paham, tapi kali ini kalian juga harus paham bahwa saya butuh tidur," lirih Andin karena dia mulai terlelap.
Fazila tersenyum melihat Andin yang dengan begitu mudahnya terlelap kembali.
"Apa yang kau rencanakan?" bisik Anggita melihat sesuatu yang mencurigakan dengan senyum simpul Fazila.
"Tarik kakinya! Dia tidak boleh enak-enakan tidur sementara kita sedang berjuang di kamar mandi," ujar Fazila. Kalimat terakhir terdengar sedikit lebay di telinga Anggita dan Qiana. Namun, keduanya malah mengangguk bahkan masing-masing memegang kaki Andin sesuai perintah Fazila.
"Siap?" Fazila memberikan aba-aba. Keduanya mengangguk sambil tersenyum.
"Tarik!" perintah Fazila dan sontak keduanya langsung menarik kaki Fazila hingga tubuh Andin merosot dari kasur.
"Gempa! Gempa!" Andin langsung terduduk lemas di lantai sambil menatap dinding kamar pesantren.
"Loh kok dindingnya tidak bergerak?" Andin terlihat kebingungan.
"Hahaha!" Ketiganya tertawa renyah melihat Andin kebingungan. Lalu menutup mulut karena takut menganggu tidur yang lain.
"Kalian? Kalian yang mengerjai ku ya?" tanya Andin dengan suara kesal.
"Yap, kalau tidak ingin dikerjai lagi harus ikut dengan kami dan bantu pekerjaan kami!" tegas Fazila.
"Hmm, pantas saja si Heni tidak suka padamu. Mungkin aura-aura pembangkang plus suka memerintah sudah terpancar dari wajahmu. Jadi, penghuni baru saja di kamar ini sudah berlagak sok jadi penguasa," ucap Andin sambil mengucek mata.
Fazila yang dikatai oleh Andin tidak marah malah berusaha menahan tawa.
"Dasar gadis aneh! Dihina bukannya marah malah mau ketawa," ujar Andin lagi.
"Sudah! Mau bantuin nggak?"
"Iya-iya deh! Ayo tarik tanganku!" Andin merentangkan tangan ke depan lalu ditarik oleh Fazila hingga berdiri.
Dengan malas Andin mengikuti langkah ketiga sahabatnya yang berjalan di depan sedangkan Fazila beberapa kali menoleh ke belakang karena takut Andin menghilang.
"Nggak usah mengawasiku secara berlebihan begitu Chila! Aku bukan tawanan yang mau kabur," ucap Andin dan Fazila hanya membalas perkataan Andin dengan senyuman.
Sampai di kamar mandi Fazila malah menunggu di luar dengan kepala melongo di pintu.
"Ayo Chila bersihkan bareng-bareng biar cepat kelar!"
"Bukan apa-apa Anggit, tapi kamar mandinya sempit jadi aku sesak nafas kalau berdesakan dengan kalian di dalam."
"Alasan! Bilang saja sengaja mengajak Andin sebagai ganti dirimu untuk melakukan hukuman!"
Fazila langsung menoleh ke arah datangnya suara.
"Dia cenayang ya Din, kenapa tebakannya benar banget?"
"Jadi kau–"
"Sudah lanjutkan Din nanti aku kabulkan apa yang kamu inginkan!"
Andin tersenyum antusias. "Janji kan, Chila?"
Fazila mengangguk.
"Cih emang Tuhan bisa mengabulkan permintaan manusia?!"
Fazila hanya menelan ludah sambil memikirkan perkataan Heni.
Dia berpikir dimana letak kesalahan kalimatnya. Toh dirinya tidak mengatakan akan mengabulkan doa Andin. Entahlah Fazila gagal paham.
"Andin! Kamu keluar dan biarkan gadis manja ini menjalankan hukumannya sendiri! Kalau tidak seperti itu tidak akan ada efek jera terhadap gadis yang sok cantik ini!"
Fazila terbelalak mendengar perkataan Heni.
"Tapi Kak biarkan saya membantu teman saya!" mohon Andin.
"Tidak boleh! Kalau kamu masih ngotot, kamu akan saya laporkan kepada Nyai Fatimah!" ancam Heni.
"Chila bagaimana ini? Yang ada bukannya hanya aku yang dihukum tapi hukuman kalian bertiga akan ditambah kalau sampai Nyai Fatimah tahu saya melanggar peraturan atas keinginan kalian."
"Pergilah biar aku mengerjakan sendiri!" perintah Fazila.
"Baik." Andin keluar dari kamar mandi, tetapi tidak pergi dari tempat itu. Gadis itu lebih memilih menunggu ketiga sahabatnya di depan kamar santriwati lain yang langsung berhadapan dengan kamar mandi tersebut.
Begitupun dengan Heni, dia melangkah ke arah Andin lalu tiduran dengan beralaskan tikar. Tidak disangka wanita itu ketiduran sampai mendengkur.
"Sut! Sut!" Fazila memanggil Andin dengan suara seperti suara angin berhembus.
Andin yang mengerti kode dari Fazila langsung bertukar posisi.
Kini Fazila duduk bersantai di samping Heni sedangkan Andin membantu kedua temannya.
"Jam setengah empat mereka berhasil menyelesaikan hukuman karena benar-benar bekerja ekstra. Masih ada waktu setengah jam menuju waktu subuh.
"Lah kita kok malah membersihkan kamar mandi dulu sih sebelum shalat tahajud?" Anggita yang baru sadar langsung menggaruk kepalanya.
"Tenang masih ada waktu lima belas menit untuk mandi dan sholat tahajjud. Bukannya enak ya langsung menyambung ke subuh nanti," ujar Fazila dengan suara setengah berbisik.
"Kalau begitu ayo kita segera mandi!" ajak Qiana.
"Kalian dulu sajalah!" perintah Fazila.
"Sepertinya kau merencanakan sesuatu lagi," tebak Anggita dan ketiga sahabatnya yang hendak melangkah meninggalkan tempat itu urung karena penasaran dengan apa yang akan dilakukan oleh Fazila.
Dengan pelan Fazila mendekat ke arah Heni membuat ketiga sahabatnya meringis bercampur penasaran. Mereka mengira-ngira apa yang akan dilakukan Fazila saat ini terhadap diri Heni.
Akankah sama dengan yang sudah mereka lakukan pada Andin?
Fazila mendekatkan mulutnya ke telinga Heni.
"Allahuakbar, Allahuakbar!
Asyhaduallah ilahaillallah. Waasyhaduanna Muhammadar Rasulullah...."
"Gawat sudah iqamat. Aku bisa terlambat!" Heni dari posisi tidur langsung berdiri dengan kelabakan.
"Hahaha!"
"Hahaha!"
"Hahahaha!"
Ketiganya tidak dapat menahan tawa. Fazila bahkan terlihat tertawa terpingkal-pingkal karena merasa lucu dengan ekspresi Heni.
"Hei kalian ya ... dasar!" geram Heni sambil mengepalkan tangan.
Sikap Heni malah terlihat semakin lucu di mata ketiganya sehingga mereka tidak bisa berhenti tertawa.
"Ustadzah!" teriak Heni karena saking kesalnya.
"Kabur!" teriak Fazila lalu lari menuju kamarnya sendiri diikuti oleh ketiga sahabatnya.
Bersambung.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 141 Episodes
Comments
Pink Blossom
sprt'y andin hbs bgdng ya smlm bca² kitab stlh tahjud'an maasyaa allah😍😍
2023-05-30
0
Pink Blossom
wkwkk andin tdk stia kwn skli🤣🤣
2023-05-30
0
Pink Blossom
bkn d lrg trtwa,, mngkn mksd'y jgn trtwa trbahak² bgt,, kn ktwa jg ad adab'y mngkn mksud mreka sprt itu
2023-05-30
1