Bab 15. Dokter Davin dan Chila 15.

"Ih jorok, ngapain kamu nyemplungin baju cucianmu ke dalam bak mandi itu!" protes Fazila sambil menunjuk bak mandi yang terbuat dari semen di dalam kamar mandi khusus santriwati yang kebetulan pintunya tidak ditutup itu.

"Emangnya kenapa?" Santri yang diajak bicara oleh Fazila mengernyit.

"Ini lebih dari dua kulla, jadi mau diapain akan tetap suci."

"Ih, itu jadi kotor aku merasa jijik." Sepertinya Fazila harus mengurungkan niatnya untuk mandi jika semua santriwati seperti yang dihadapinya sekarang.

"lebay," ejek santri tadi.

"Mentang-mentang anak orang kaya. Ingat kata Buk Nyai, semua status kita di sini sama. Sama-sama hanya santri," ucap santri tadi membuat Fazila urung lagi untuk pergi.

Fazila kembali mendekat.

"Seharusnya suci itu juga tidak kotor. Kalau kamu nyemplungin pakaian yang masih banyak detergennya itu maka akan berbahaya pada tubuh kita."

"Emang kamu dokter apa, sok pintar seperti itu?!"

"Cih, tidak perlu jadi dokter hanya untuk tahu itu. Pantas saja aku lihat banyak santriwati di sini yang korengan, jangan-jangan karena kamu nyunci bajunya begitu. Kulit mereka terkontaminasi dengan deterjen dan air kotor."

"Enak aja nyalahin aku. Emang dasar tubuh mereka aja yang sensitif. Lagian bukan cuma aku saja kok yang lain juga."

"Makanya airnya jadi kotor." Fazila menampakkan raut wajah jijiknya membuat santri itu ilfil pada Fazila.

"Yang lain nggak masalah, kok kamu yang protes?!"

"Terserah pokoknya aku tidak mau mandi di situ." Fazila malah pergi ke sebuah kran mandi khusus berwudhu di sebelah kamar mandi karena kamar mandi yang lain masih tertutup yang artinya masih ada santriwati yang mandi di dalam.

Fazila mandi dengan tubuh yang masih terbungkus pakaian.

Santri tadi menggeleng lalu menghentikan aktivitasnya. Ia pergi dan melapor tentang Fazila yang melanggar aturan. Yaitu telah mandi di tempat yang tidak dianjurkan.

Dua orang pengurus datang dan berjalan ke arah Fazila dan menegur. Dia menyampaikan bahwa Fazila harus dihukum.

Gadis itu tidak terima, tidak mau dihukum. Fazila melawan sehingga menimbulkan rasa tidak suka pada pada diri ketiga gadis itu. Dua santri pengurus dan santri yang tadi melapor.

"Jangan melawan ya kamu! Sudah tahu, kan apa jabatan kita di sini?"

Fazila terdiam dia mengingat sesuatu, saat ketika ia telat naik ke Masjid untuk shalat berjamaah. Salah satu perempuan ini yang melapor pada Bu Nyai hingga dia harus dihukum untuk membersihkan toilet.

Heni ... ya, perempuan itu adalah Heni.

"Cih jadi pengurus aja belagu. Jadi pengurus aja syok. Sok ngelarang santriwati lain melakukan kesalahan. Dikit-dikit lapor. Telepon sama keluarga aja dibatasi, dirinya sendiri malah teleponan sama cowok nggak kenal waktu. Pantas nggak sih jadi pengurus?"

"Kamu ya, minta dipites kayaknya." Kedua pengurus itu geram dan langsung mendekati Fazila dengan posisi seperti orang mencekik.

"Aaaaa!" Fazila langsung berteriak heboh membuat para santriwati lain berkerumunan ke arahnya. Bahkan banyak dari mereka yang hanya menggunakan handuk saja. Karena saking kagetnya, mereka langsung menghentikan aktivitas mandi dan keluar dari kamar mandi.

"Ada apa ini?" Ustadzah Ana lari terburu-buru menghampiri kerumunan para santri.

"Ini ustadzah, Fazila bertengkar dengan dua pengurus ini," jawab santriwati yang kedapatan oleh Fazila mencuci baju secara tidak wajar di kamar mandi tadi.

"Ustadzah mau kalian jelaskan apa masalahnya!" perintah ustadzah Ana agar mereka langsung berbicara pada intinya. Santriwati yang mencuci baju itu pun menceritakan ketika dirinya diprotes oleh Fazila dan gadis itu malah memilih mandi di tempat yang dilarang untuk mandi. Namun, ketika ditegur oleh pengurus Fazila melawan.

"Habisnya saya jijik Ustadzah, masa aku harus mandi bekas cucian dia. Iya kalau dia tidak punya penyakit kulit yang menular, kalau punya bagaimana? Bisa rusak nih kulit Chila," ucap Fazila sambil menunjuk kepada santriwati tadi.

"Jelaskan Ratih apa ini maksudnya?"

Santri yang bernama Ratih itu pun menjelaskan dengan sombongnya. Dia yakin dia yang benar maka Fazila pasti akan kena amarah karena telah melanggar aturan.

"Bukankah kalau air yang dua kulla atau lebih jika kemasukan hal najis pun tetap suci ya Ustadzah. Itu kata ustadz."

"Tapi aku jijik melihatnya Ustadzah. Bukankah sesuatu yang halal saja kalau kita jijik hukumnya berubah haram, kan ustadzah?"

"Betul," jawab ustadzah Anna membenarkan perkataan Fazila.

"Tapi ini beda Chila, ini masalah suci bukan masalah halal. Yang ustadz ajarkan ya itu tadi, kalau memasukkan barang najis tetap suci." Ratih tetap ngotot.

"Oh ya sudah kalau begitu besok aku akan boker di sana. Jangan dibuang ya airnya. Tetap gunakan untuk mandi dan cuci baju, kan masih suci."

Semua santriwati yang berkerumun menganga mendengar perkataan Fazila yang aneh.

"Hah apa-apaan sih kamu." Ratih mendorong tubuh Fazila ke belakang karena kesal dengan ucapannya.

Fazila tidak mau kalah, dia balas mendorong tubuh gadis itu. Dia tidak takut toh ustadzah Anna melihat siapa yang memulai.

"Sudah-sudah! Malah senang membuat keributan. Mau kalian aku hukum semuanya?"

"Tidak Ustadzah," jawab mereka serempak.

"Masalah air yang najis atau suci ustadzah akan jelaskan lebih detail lagi."

Mereka semua mengangguk.

"Baiklah, Ustadzah akan mulai menjelaskan. Apabila ada air yang jumlahnya 2 qullah lalu terkena najis, menurut Imam Syafi’i, Imam Maalik, Imam Hanafi, dan Imam Ahmad, sepakat bahwa air tersebut suci kecuali apabila air tersebut berubah rasa, bau, maupun warna, maka air tersebut hukumnya najis. Namun, jika sifat-sifatnya tidak berubah maka perlu ditinjau apakah air tersebut mencapai dua qullah atau tidak. Jika air tersebut mencapai dua qullah maka hukumnya tetap suci, akan tetapi apabila air kurang dari dua qullah maka hukumnya mutanajis. Mengerti?"

"Mengerti Ustadzah," jawab mereka serempak.

"Jadi apa kesimpulannya mengenai air dalam kamar mandi ini?"

"Tetap suci kalau warna, bau dan rasanya tidak berubah," jawab salah seorang santri.

"Dan saya yakin pasti rasanya sudah berubah, bau detergen dan bau badan si Ratih," jawab Fazila membuat Ratih melotot ke arah Fazila.

"Kalau kata Fazila tadi mau boker di situ berubah nggak sifat airnya?" tanya ustadzah lagi.

"Bau eek ustadzah, ih." Seorang santri jijik membayangkannya.

"Terus kalau sebagian besar kalian cuci bajunya seperti Ratih tadi, kira-kira berubah nggak sifat airnya?" tanya Ustadzah Anna lagi.

"Berubah Ustadzah."

"Tidak Ustadzah," jawab yang lain.

"Tidaklah Ustadzah, orang warnanya masih tidak berubah," jawab salah satu pengurus siswa tadi.

"Kalau ingin bukti silahkan dicicipi," tantang Fazila, sontak dia mendapatkan pelototan lagi.

"Tidak berubah!"

"Berubah!"

Para santri masih saja berdebat.

"Hindarkan keragu-raguan. Lebih baik berhati-hatilah dalam mengambil semua tindakan. Kan di kamar mandi ada gayung. Kita manfaatkan saja daripada was-was."

"Baik Ustadzah terima kasih atas pencerahannya," ucap salah seorang santriwati.

"Cepat mandi sebentar lagi waktunya sekolah. Jangan sampai ada yang telat lagi." Ustadzah Anna memperingatkan.

"Baik Ustadzah," jawab mereka serempak.

"Kamu Fat dan Heni kalau ada hal beginian beritahu ustadz atau ustadzah biar tidak menghakimi sendiri." Ustadzah Ana memperingatkan karena mendengar perkataan Fazila bahwa keduanya hampir mencekik hanya karena kesal.

"Kamu kalau jijik mari ikut Ustadzah. Mandi di kamar mandi para ustadzah," ucap ustadzah Ana pada Fazila.

Wanita itu mengangguk sambil tersenyum.

"Ayo!"

"Baik Ustadzah, terima kasih."

"Skornya dua banding satu," ucap Fazila pada pengurus itu sambil berjalan mengikuti ustadzah Ana.

Mereka bertiga membelalakkan mata karena melihat Fazila semakin berani saja. Terutama Heni yang semakin benci pada Fazila.

Bersambung....

Terpopuler

Comments

bunda syifa

bunda syifa

lagian meskipun tetap suci masak nyuci langsung d masukin bak mandi, dikira nyuci d sungai kali

2023-12-30

1

Dewi Anggya

Dewi Anggya

swiiiiip terselip pesan agamanya disini 👌👌👌😊

2023-11-13

1

lihat semua
Episodes
1 Bab 1. Dokter Davin dan Chila 1
2 Bab 2. Dokter Davin dan Chila 2
3 Bab 3. Dokter Davin dan Chila 3( Hari Pertama di Pesantren)
4 Bab 4. Dokter Davin dan Chila 4
5 Bab 5. Dokter Davin dan Chila 5
6 Bab 6. Dokter Davin dan Chila 6
7 Bab 7. Dokter Davin dan Chila 7
8 Bab 8. Dokter Davin dan Chila 8
9 Bab 9. Dokter Davin dan Chila 9
10 Bab 10. Dokter Davin dan Chila 10
11 Bab 11. Dokter Davin dan Chila 11
12 Bab 12. Dokter Davin dan Chila 12.
13 Bab 13. Dokter Davin dan Chila 13
14 Bab 14. Dokter Davin dan Chila 14
15 Bab 15. Dokter Davin dan Chila 15.
16 Bab 16. Dokter Davin dan Chila 16.
17 Bab 17. Dokter Davin dan Chila 17
18 Bab 18. Dokter Davin dan Chila 18.
19 Bab 19. Dokter Davin dan Chila 19.
20 Bab 20. Dokter Davin dan Chila 20.
21 Bab 21. Dokter Davin dan Chila 21.
22 Bab 22. Dokter Davin dan Chila 22
23 Bab 23. Dokter Davin dan Chila 23
24 Bab 24. Dokter Davin dan Chila 24
25 Bab 25. Dokter Davin dan Chila 25
26 Bab 26. Rencana Perjodohan
27 Bab 27. Dokter Davin dan Chila 27
28 Bab 28. Dokter Davin dan Chila 28
29 Bab 29 Dokter Davin dan Chila 29
30 Bab 30. Ketahuan
31 Bab 31. Terlambat
32 Bab 32. Kiriman
33 Bab 33. Bertemu
34 Bab 34. Bertemu Lagi
35 Bab 35. Lamaran Tiba-tiba
36 Bab 36. Penolakan
37 Bab 37. Curhat
38 Bab 38. Undangan Pernikahan
39 Bab 39. Ikhlas
40 Bab 40. Adik Yang Menjengkelkan
41 Bab 41. Permintaan Chila
42 Bab 42. Kecewa
43 Bab 43. Gundah Gulana
44 Bab 44. Sebelum Terlambat
45 Bab 45. Bertemu Suster Tantri
46 Bab 46. Ketahuan
47 Bab 47. Waktu Terakhir
48 Bab 48. Pingsan
49 Bab 49. Sakit
50 Bab 50. Dokter Cinta
51 Bab 51. Mencari Dokter Davin
52 Bab 52. Curiga
53 Bab 53. Meminta Bantuan Dilvara
54 Bab 54. Ketemu
55 Bab 55. Kartu Nama
56 Bab 56. Menemui Dokter Davin
57 Bab 56. Bertemu Chila
58 Bab 58. Dokter Davin dan Chila
59 Bab 59. Penjelasan
60 Bab 60. Perseteruan
61 Bab 61. Perhatian
62 Bab 62. Alasan
63 Bab 63. Pembuktian
64 Bab 64. Ancaman
65 Bab 65. Gertakan
66 Bab 66. Berubah Pikiran
67 Bab 67. Restu
68 Bab 68. Bersemangat
69 Bab 69. Mencurigakan
70 Bab 70. Mengejar
71 Bab 71. Kangen
72 Bab 72. Botulinum Toxin
73 Bab 73. Rencana Lamaran
74 Bab 74. Insomnia
75 Bab 75. Kecewa
76 Bab 76. Sebuah Nasehat
77 Bab 78. Kecelakaan
78 Bsb 79. Saingan Baru
79 Bab 79. Belanja Bersama
80 Bab 80. Rasanya Ingin Menikah Saja
81 Bab 81. Cewek Matre
82 Bab 82. Perhatian
83 Bab 83. Hari Pertunangan
84 Bab 84. Hari Pertunangan (2)
85 Bab 85. Badmood
86 Bab 86. Marah
87 Bab 87. Ada Apa Sebenarnya?
88 Bab 88. Sikap Yang Aneh
89 Bab 89. Dari Hati ke Hati
90 Bab 90. Kebetulan Yang Disengaja
91 Bab 91. Penjelasan Suster Dinda
92 Bab 92. Kebanyakan Micin
93 Bab 93. Kembali ke Pesantren 1
94 Bab 94. Malu
95 Bab 95. Semakin Yakin
96 Bab 96. Mencari Perhatian
97 Bab 97. Pernyataan Cinta Dimas
98 Bab 98. Ada Yang Mengawasi
99 Bab 99. Rasa Takut
100 Bab 100. Mengerjai Dimas
101 Bab 101. Ukuran
102 Bab 102. Ngambek
103 Bab 103.Tiba di Pesantren
104 Bab 104. Kecewa
105 Bab 105. Perpisahan
106 Bab 106. Perasaan Izzam
107 Bab 107. Tertangkap Basah
108 Bab 108. Teror
109 Bab 109. Permintaan Maaf
110 Bab 110. Penuturan dokter Davin
111 Bab 111. Ada Yang Mengikuti
112 Bab 112. Penangkapan
113 Bab 113. Iseng
114 Bab 114. Hari Santri
115 Bab 115. Tragedi di Perkemahan.
116 Bab 116. Benar Hilang
117 Bab 117. Jejak
118 Bab 118. Aksi Penyelamatan 1
119 Bab 119. Aksi Penyelamatan 2
120 Bab 120. Penguntit
121 Bab 121. Surprise
122 Bab 122. Hari Pernikahan
123 Bab 123. Hari Pernikahan 2
124 Bab 124. Masih di Suasana Pesta
125 Bab 125. Gara-gara Kado Laknat
126 Bab 126. Seperti Digerebek.
127 Bab 127. Unboxing
128 Bab 128. Terciduk
129 Bab 129.
130 Bab 130. Tiket Bulan Madu
131 Bab 131. Bulan Madu
132 Bab 132. Masih Malu-malu
133 Bab 133. Hamil?
134 Bab 134. Pulang
135 Bab 135.
136 Bab 136. Kabar Baik
137 Bab 137. Ngidam
138 Bab 138.
139 Bab 139.
140 Bab 140.
141 Bab 141.
Episodes

Updated 141 Episodes

1
Bab 1. Dokter Davin dan Chila 1
2
Bab 2. Dokter Davin dan Chila 2
3
Bab 3. Dokter Davin dan Chila 3( Hari Pertama di Pesantren)
4
Bab 4. Dokter Davin dan Chila 4
5
Bab 5. Dokter Davin dan Chila 5
6
Bab 6. Dokter Davin dan Chila 6
7
Bab 7. Dokter Davin dan Chila 7
8
Bab 8. Dokter Davin dan Chila 8
9
Bab 9. Dokter Davin dan Chila 9
10
Bab 10. Dokter Davin dan Chila 10
11
Bab 11. Dokter Davin dan Chila 11
12
Bab 12. Dokter Davin dan Chila 12.
13
Bab 13. Dokter Davin dan Chila 13
14
Bab 14. Dokter Davin dan Chila 14
15
Bab 15. Dokter Davin dan Chila 15.
16
Bab 16. Dokter Davin dan Chila 16.
17
Bab 17. Dokter Davin dan Chila 17
18
Bab 18. Dokter Davin dan Chila 18.
19
Bab 19. Dokter Davin dan Chila 19.
20
Bab 20. Dokter Davin dan Chila 20.
21
Bab 21. Dokter Davin dan Chila 21.
22
Bab 22. Dokter Davin dan Chila 22
23
Bab 23. Dokter Davin dan Chila 23
24
Bab 24. Dokter Davin dan Chila 24
25
Bab 25. Dokter Davin dan Chila 25
26
Bab 26. Rencana Perjodohan
27
Bab 27. Dokter Davin dan Chila 27
28
Bab 28. Dokter Davin dan Chila 28
29
Bab 29 Dokter Davin dan Chila 29
30
Bab 30. Ketahuan
31
Bab 31. Terlambat
32
Bab 32. Kiriman
33
Bab 33. Bertemu
34
Bab 34. Bertemu Lagi
35
Bab 35. Lamaran Tiba-tiba
36
Bab 36. Penolakan
37
Bab 37. Curhat
38
Bab 38. Undangan Pernikahan
39
Bab 39. Ikhlas
40
Bab 40. Adik Yang Menjengkelkan
41
Bab 41. Permintaan Chila
42
Bab 42. Kecewa
43
Bab 43. Gundah Gulana
44
Bab 44. Sebelum Terlambat
45
Bab 45. Bertemu Suster Tantri
46
Bab 46. Ketahuan
47
Bab 47. Waktu Terakhir
48
Bab 48. Pingsan
49
Bab 49. Sakit
50
Bab 50. Dokter Cinta
51
Bab 51. Mencari Dokter Davin
52
Bab 52. Curiga
53
Bab 53. Meminta Bantuan Dilvara
54
Bab 54. Ketemu
55
Bab 55. Kartu Nama
56
Bab 56. Menemui Dokter Davin
57
Bab 56. Bertemu Chila
58
Bab 58. Dokter Davin dan Chila
59
Bab 59. Penjelasan
60
Bab 60. Perseteruan
61
Bab 61. Perhatian
62
Bab 62. Alasan
63
Bab 63. Pembuktian
64
Bab 64. Ancaman
65
Bab 65. Gertakan
66
Bab 66. Berubah Pikiran
67
Bab 67. Restu
68
Bab 68. Bersemangat
69
Bab 69. Mencurigakan
70
Bab 70. Mengejar
71
Bab 71. Kangen
72
Bab 72. Botulinum Toxin
73
Bab 73. Rencana Lamaran
74
Bab 74. Insomnia
75
Bab 75. Kecewa
76
Bab 76. Sebuah Nasehat
77
Bab 78. Kecelakaan
78
Bsb 79. Saingan Baru
79
Bab 79. Belanja Bersama
80
Bab 80. Rasanya Ingin Menikah Saja
81
Bab 81. Cewek Matre
82
Bab 82. Perhatian
83
Bab 83. Hari Pertunangan
84
Bab 84. Hari Pertunangan (2)
85
Bab 85. Badmood
86
Bab 86. Marah
87
Bab 87. Ada Apa Sebenarnya?
88
Bab 88. Sikap Yang Aneh
89
Bab 89. Dari Hati ke Hati
90
Bab 90. Kebetulan Yang Disengaja
91
Bab 91. Penjelasan Suster Dinda
92
Bab 92. Kebanyakan Micin
93
Bab 93. Kembali ke Pesantren 1
94
Bab 94. Malu
95
Bab 95. Semakin Yakin
96
Bab 96. Mencari Perhatian
97
Bab 97. Pernyataan Cinta Dimas
98
Bab 98. Ada Yang Mengawasi
99
Bab 99. Rasa Takut
100
Bab 100. Mengerjai Dimas
101
Bab 101. Ukuran
102
Bab 102. Ngambek
103
Bab 103.Tiba di Pesantren
104
Bab 104. Kecewa
105
Bab 105. Perpisahan
106
Bab 106. Perasaan Izzam
107
Bab 107. Tertangkap Basah
108
Bab 108. Teror
109
Bab 109. Permintaan Maaf
110
Bab 110. Penuturan dokter Davin
111
Bab 111. Ada Yang Mengikuti
112
Bab 112. Penangkapan
113
Bab 113. Iseng
114
Bab 114. Hari Santri
115
Bab 115. Tragedi di Perkemahan.
116
Bab 116. Benar Hilang
117
Bab 117. Jejak
118
Bab 118. Aksi Penyelamatan 1
119
Bab 119. Aksi Penyelamatan 2
120
Bab 120. Penguntit
121
Bab 121. Surprise
122
Bab 122. Hari Pernikahan
123
Bab 123. Hari Pernikahan 2
124
Bab 124. Masih di Suasana Pesta
125
Bab 125. Gara-gara Kado Laknat
126
Bab 126. Seperti Digerebek.
127
Bab 127. Unboxing
128
Bab 128. Terciduk
129
Bab 129.
130
Bab 130. Tiket Bulan Madu
131
Bab 131. Bulan Madu
132
Bab 132. Masih Malu-malu
133
Bab 133. Hamil?
134
Bab 134. Pulang
135
Bab 135.
136
Bab 136. Kabar Baik
137
Bab 137. Ngidam
138
Bab 138.
139
Bab 139.
140
Bab 140.
141
Bab 141.

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!