Untuk memeriahkan 17-an tahun ini, pihak SMA Swasta Gaul mengadakan berbagai macam perlombaan, seperti busana merah putih, tarik tambang, futsal, badminton, tenis meja, membaca puisi dan masih banyak lagi.
Zahid ikut lomba tenis meja. Dari pagi tadi dia berhasil mengalahkan lawan-lawannya di babak gugur hingga akhirnya masuk ke final. Dari pinggir arena permainan banyak dijejeri oleh para penonton, baik guru maupun murid.
Dari awal perlombaan sampai sekarang Devrieya terus menyaksikan performanya yang begitu gemilang, entah Zahid ingin jadi juara karena apa, bisa jadi cuma mencari perhatian Devrieya.
Zahid menguasai berbagai teknik dasar bermain tenis meja, mulai dari memegang bet, service sampai bagaimana caranya men-smes, seperti teknik berjabat tangan atau shakehand grip, teknik penhold grip, dan teknik seemiller grip.
Sekarang Zahid dan Martin tengah saling berhadap-hadapan setelah mendapat jatah istirahat selama hampir tiga puluh menit. Sekarang mereka berdua sudah kembali bersiap untuk tampil di babak final.
Martin memberikan service pembuka, lalu Zahid menerima bola dengan teknik square stance dan melakukan pukulan balik ke arah Martin. Bola terus terpantul dari bet satu, menyentuh meja, dan dipukul lagi oleh bet satunya. Di awal pertandingan belum begitu panas, tensi permainan masih belum tinggi.
Devrieya yang ditemani tiga temannya duduk dengan rapi menyaksikannya. Dia makin kagum saja sama Zahid sebab tidak hanya cerdas otaknya dan tinggi nyalinya tetapi fisiknya Zahid juga tidak bisa diremehkan.
Zahid tambah bergairah tatkala mendengar sahutan dari pinggir arena, sesekali lirikan matanya tertuju pada gadis itu, sesekali pula senyumnya muncul dari wajah yang berpeluh, sesekali pula bergetar hatinya yang penuh syahdu.
Sekonyong-konyong Zahid dengan segenap chakra di tubuhnya melakukan pukulan forehand ke arah kiri musuh sehingga bola mengalami pergerakan yang cepat dan tidak bisa ditangkis oleh Martin.
Poin pertama buat Zahid!
Saat ini Zahid yang memberikan service dengan pukulan yang begitu keras ke arah kanan lawan. Diketahui bahwa massa sebuah bola pingpong adalah 2,7 gram atau 0,0027 kg dan kecepatan bola yang melesat adalah 110 mph atau 49,17 mps. Maka berapakah Energi Kinetik dari bola?
Ek \= ½ m.v^2
Ek \= ½ 0,0027 kg x 49,17^2 mps.
Ek \= ½ 0,0027 kg x 2417,68 mps
Ek \= 3,26 J
Lantas Martin dengan sigap memberikan pukulan balik dengan energi yang dikeluarkannya lumayan besar sehingga bola mengalami percepatan luar biasa, tapi Zahid tak begitu ingin menghitung berapa Joule Ek2-nya karena dia sibuk dengan pukulan backhhand.
Sehingga bola kecil terus terlempar kesana-kemari. Mereka berdua saling jual-beli serangan hingga keringat mereka tak berhenti bercucuran. Tiba-tiba Martin melakukan smash backhand yang menakjubkan.
Zahid terkesiap dan mundur dua langkah, lalu dengan tangkas mengembalikan bola itu tanpa ada power sehingga bola melambung pelan melewati atas net, Martin agak maju sedikit lalu memukul bola kembali dengan cukup kuat.
Permainan makin seru, para penonton makin tegang karena bola terus bolak-balik ke kiri dan ke kanan, sehingga mata penonton pun seirama dengan bola, mengerling-ngerling cantik, kepala mereka pun bergoyang-goyang dangdut.
Setelah Martin mencatatkan angka, Zahid sedikit goyah sehingga Martin dengan kecerdikan dan ketangkasan mampu terus mencuri poin demi poin. Set pertama dimenangkan Martin 10 – 5 !!!
Jika Zahid kalah pada set kedua ini, maka otomatis Martin yang menjadi juara. Zahid duduk sebentar mengatur napas. Devrie mendekatinya dengan membawa air mineral.
“Harus fokus!” Devrieya menyemangati. “Lumayan kalau juara kan duitnya bisa traktir aku makan lagi. He he.”
Zahid masih mendengus-dengus, tak mau berkomentar, lalu berdiri dan melanjutkan permainan. Benar saja, pada set kedua ini Zahid tampil beringas. Air mineral dari Devrieya barusan membuatnya lebih berenergi dan karena berkah mineralnya itu Zahid tidak merasa dehidrasi lagi.
Fokusnya kembali lagi. Tidak hanya pengaruh biologis seperti naiknya volume darah dan menurunnya konsentrasi plasma, tapi psikologis-nya pun membaik dan mood kemenangan itu pun timbul.
Dan satu smash forehand lagi !
Poin tambahan buat Zahid.
Badan Zahid kesana-kemari. Kakinya begitu lincah. Tangannya begitu gesit menangkis setiap serangan dan kuat memberikan offensive. Saat ini permainan benar-benar dikuasainya.
6 – 10 !
Lanjut set pamungkas.
Beberapa saat Martin menatap Zahid lurus-lurus dengan tatapan tajam bermaksud menjatuhkan mental lawan. Lantas Zahid memberikan tatapan balik sambil mengucek-ngucek hidungnya yang tidak gatal.
Semakin keras pukulan maka semakin keras pula dengusan napas yang keluar di antara mereka. Beberapa pukulan keras dari Martin sering mengarah ke tubuh Zahid sebab dia tahu kalau Zahid bisa menangkis baik dari sisi kiri atau kanan makanya dia menyasar ke bagian tengah.
Tapi Zahid segera mengubah posisi dengan gerakan two step, kemudian memasang kuda-kuda dan siap mengembalikan bola dengan kali ini lagi-lagi dengan pukulan forehand mematikan.
Eehh!!!
Bola sempat menyentuh meja dan tak mampu dipukul balik oleh Martin.
6 – 8 !
Dua poin lagi. Zahid masih tetap fokus.
Waktu menang jangan lengah,
Di akhir laga bisa saja kalah.
Walau tak suka sastra, Zahid ingat penggalan karmina yang pernah dibacakan Uzlah waktu masih SMP dulu. Ya, sekarang dia tidak boleh lengah apalagi sesumber waktu berada di atas angin, tapi harus tetap fokus sampai peluit panjang berbunyi.
Eh!
Pluukk!
Eh!
Pluukk!
Serangan demi serangan terus mereka gencarkan.
Zahid hampir kualahan menghadapi serangan yang bertubi-tubi tapi juga dia tidak mau menyerah. Yang membuatnya kalah pada set pertama tadi alasannya adalah karena Devrieya.
Zahid kehilangan fokus karena wajah dan jeritan Devrieya dari pinggir sana. Matanya ke arah bola, meja dan musuh, namun sebagian isi kepala dan hatinya sedang memikirkan yang lain. Ya mikirin gadis satu itu.
Zahid yang main, malah Devrieya yang tegang. Makanya set pertama tadi kacau balau. Dan set kedua tadi pun berhasil dia menangkan juga karena Devrieya alasannya sebab air mineral dan support yang begitu berpengaruh positif.
Begitu pun pada set ketiga ini. Devrieya jugalah yang mengembalikan fokusnya dan menggelorakan semangat 45-nya. Chakra yang tersisa ini begitu dikerahkannya dengan maksimal sekali sehingga pukulannya menghasilkan energi yang malas untuk dikalkulasikan jumlah Joule-nya.
Satu poin tambahan lagi buat Zahid.
“Yeaayy!!” pekik Devrieya.
Astaga, batin Zahid. Ah, tapi dia tetap fokus.
Dan pukulan forehand pamungkas. Tuuss!!!!
Masuk bung!
Zahid pemenangnya. Luar biasa!
“Yeaayy besok dtraktir!!” pungkas Devrieya sambil setengah meloncat.
Zahid menjauh dari arena, terus langsung duduk mengapar di atas rumput taman. Napasnya satu-satu. Bajunya basah. Hampir tiga puluh menit dia bermain. Kemudian Zahid menyandarkan badannya ke bangku batu di taman itu.
Sementara dengan memampang wajah ceria gembira Devrieya menghampirinya dengan membawa air mineral dan tisu. Senyumnya tak lepas sedari tadi dan matanya semakin mungil. Benar-benar berbunga-bunga.
Devrieya berkacak pinggang sambil berceloteh, “Kuis hari ini. Berapa jumlah kalori yang dikeluarkan oleh seorang gadis yang cantik, cerdas dan anak orang kaya selama menonton seluruh pertandingan tenis meja dari pagi sampai siang ini yang dimainkan oleh pria jagoan kuat dan tangkas luar biasa? Jawabannya adalah....”
Zahid yang masih ngos-ngosan memaksakan diri untuk menjawab, “Besok... akhh... aku... aku traktir.”
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 43 Episodes
Comments