Pada malam hari, Arsen baru saja melepaskan organ-organ tubuh pada mangsa yang baru saja didapatkan oleh anak buahnya. Ia melepaskan APD yang digunakan selama operasi.
Ketika membersihkan tangan pada wastafel ruang bedah tersebut, ia teringat pada saat Mila dan pria asing itu saling bertatapan. Raut wajahnya berubah, deru buru napasnya terdengar dengan jelas. Tangannya mengepal dan ia meninju cermin yang ada di hadapannya.
Praaang
Gelegar suara cermin pecah mengagetkan semua orang yang sedang mengakhiri proses pembedahan organ yang mereka lakukan malam ini.
"Apa Anda baik-baik saja?" tanya Kano yang membuka APD yang masih terpasang.
"Huuuh!" Arsen melengos dan pergi tanpa satu kata pun.
Kano melirik sejenak, lalu menggelengkan kepalanya membuka peralatan sebagai asisten Arsen. Ia mencuci tangan sambil menatap cermin yang telah pecah oleh tangan sang big boss.
"Semenjak kehadiran wanita itu, sepertinya hati Boss Arsen berubah menjadi lebih lembut." Senyum tipis tersirat di bibir Kano yang masih membersihkan tangannya.
Saat hendak keluar dari gedung rumah sakit, sebuah kendaraan berhenti tepat di hadapan Arsen yang berjalan menuju kendaraannya yang terparkir. Dari dalam kendaraan itu, seorang pria yang terlihat sangat mapan, keluar dengan raut mengerut, sendu, dan tergesa-gesa.
"Dokter ... Dokter ...." Pria itu berdiri tepat di hadapan Arsen.
Pada bagian penumpang, pintu dibuka dari arah dalam. Tampak wanita sedang menangis memeluk seorang yang tertidur di atas pangkuannya. "Papa ... selamatkan Danisha, Pa ... selamatkan dia!"
Arsen segera memberi kode kepada para perawat yang berjaga malam ini. Tak lama kemudian, sebuah brangkar bergerak mendekati lobi. Perawat tersebut membantu wanita yang merupakan seorang ibu, untuk mengangkat gadis remaja yang tadinya tidur di pangkuan wanita tadi. Gadis remaja itu dinaikkan ke atas brangkar dan segera didorong menyusuri lorong rumah sakit.
"Tolong putri saya, Dok ... Selamatkan dia!" ucap pria itu mengikuti langkah kaki Arsen yang kembali masuk ke dalam gedung rumah sakit.
Arsen menyerahkan tas kerja yang sudah berada di tangannya tadi kepada perawat yang langsung hadir menghampirinya. Arsen mengambil stetoskop yang telah disiapkan oleh perawat lain.
Setelah mengecek denyut jantung, nadi, dan respon mata pada pasien belianya, Arsen segera melakukan PCR. Denyut jantung pada gadis belia itu sedikit melemah dan para perawat segera menyiapkan peralatan lain.
Arsen membantu memompa detak jantung Danisha dengan cepat, tetapi belum mendapat respon yang baik dari gadis lemah ini.
Setelah semua peralatan siap, Arsen memasangkan beberapa peralatan kesehatan yang ditempelkan pada dada kiri dan kanan pasiennya, yang menghubungkan dengan monitor EKG. Dengan seketika, langsung terdengar suara gerakan lemah denyut jantung Danisha, yang langsung ditunjukkan oleh monitor.
"Siapkan defibrilator!" titah Arsen.
Perawat yang mendampingi menganggukkan kepala, segera menyiapkan benda yang diminta oleh sang atasan. Setelah alat siap, Arsen memberi kode untuk memberi kode untuk memberikan memberikan level energi paling rendah.
Setelah itu, padle yang ada di kedua tangannya ditekankan pada bagian atas dada membuat Danisha tersentak. Setelah menunggu beberapa waktu, monitor EKG belum menunjukkan peningkatan denyut jantung Danisha.
"Tambah levelnya!"
Di luar ruangan, kedua orang tua gadis kecil itu saling berpelukan menunggu putri mereka ditangani oleh sang dokter.
"Pa, Danisha, Pa?"
Sang suami mengusap punggung istrinya. "Iya, semoga saja Danisha kita bisa kembali seperti sedia kala."
*
*
*
Keesokan pagi harinya, Mila merasakan gejolak hebat dari bagian perutnya kembali. Ia berlari cepat menuju ke kamar mandi.
"Huweek ... huweeeek ... huweeeekk ...."
Aziel mendengar suara aneh dari arah kamar Mila perlahan membuka pintu kamarnya. Saat menuju ke kamar Mila, mata dan bibirnya membulat, melihat sosok yang sedang berdiri di depan pintu kamar Mila. Orang itu terlihat lelah, masih memakai pakaian yang sama dengan hari sebelumnya.
"Papa? Papa lagi apa di depan kamar Mama?"
Arsen sedikit tersentak, mendapati Aziel tengah memergoki dirinya yang sedikit khawatir karena Mila mengalami morning sickness yang cukup parah.
Di tangannya telah tersedia pereda mual dan beberapa vitamin. Namun, akhirnya dia memilih untuk pergi menyisakan tanda tanya pada anaknya.
"Papa mau apa lagi? Mau marah-marah sama Mama lagi?" gumamnya menatap langkah sang ayah yang semakin menjauh
Aziel pun mulai menarik gagang pintu kamar Mila. Terdengar suara deritan petanda pintu tersebut tidak dikunci.
"Ehem ...." Ada suara dari arah luar kamar.
Aziel yang tadinya ingin menutup pintu dari dalam dikagetkan oleh deheman sang ayah. Aziel mengeluarkan kepalanya lewat celah pintu.
"Papa mau apa sih?"
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 129 Episodes
Comments
FieAme
srmangat ya thor
2023-04-17
0