"A-apa Tuan yang menghamiliku diam-diam saat aku sedang tidur?"
Bibir Arsen kembali menyeringai. "Apa kau melupakan semua kisah tentang kita? Kisah malam bersama denganku? Kau ini kan istriku?"
"Bapak jangan bercanda! Dulu tiap hari aja Anda selalu mengusir dan memperlakukanku dengan buruk!" Mila menggelengkan kepala dengan cepat. Dia teringat kembali perlakuan kasar Arsen kepada dirinya semenjak pertama bertemu.
Mulut Arsen terkunci menyadari kesalahannya. "Oh, enggak. Kau bukan istriku. Seperti yang aku katakan, istriku itu bernama Jovita." Ia melirik membuang muka kepada Mila yang tampak tak percaya.
Mila masih merasa bingung dengan dirinya yang saat ini. Aku hamil? Apakah aku telah melakukan sesuatu membuatku hamil? Dengan siapa? Atau aku ini adalah korban perk0saan yang lalu dibuang?
Mila mengusap perutnya memejamkan mata. Dalam bayangannya secara samar terlintas sentuhan penuh cinta. "Siapa dia? Ada apa di antara kami berdua?"
Lalu, Mila memandangi perutnya yang mulai sedikit mengembang dibanding biasanya. "Bagaimana pun proses terjadinya kamu, kamu adalah titipan yang tiada ternilai bagiku."
Mila melangkah kan kakinya menuju kamar Aziel. Di sana, tampak wajah bocah duduk di atas ranjang. Mulutnya membulat, dan tangannya terlipat pada dada.
"Halo boss kecil, kenapa manyun begitu?"
Aziel yang disapa membuang muka membelakangi Mila. Mila tersenyum kikuk beringsut naik ke atas ranjang bocah lima tahun itu.
"Aziel kenapa? Apa kamu marah kepada Mama?"
"Kenapa Mama lama sekali? Aziel kan udah nunggu Mama semenjak tadi. Waktu Aziel cari ke kamar Mama, ternyata tak ada orang. Aziel panggilin, tapi Mama tidak menyahut." Mulut kecil Aziel kembali membulat menatap Mila di ujung matanya.
Mila menghela napas lalu tersenyum mengacak rambut Aziel. "Iya, maaf ya Sayang. Tadi Mama ada urusan. Sekarang, urusannya sudah beres. Makanya Mama terlambat menemui Aziel."
Bocah tampan bermata coklat itu menatap Mila membulatkan mata mencoba memahami setiap informasi yang disampaikan oleh. "Mama ada urusan? Urusan kayak apa? Aziel mau ikut juga."
"Udah beres kok. Besok Mama mau ke rumah sakit tempat papamu bekerja. Kamu mau ikut nggak?"
Aziel mengangguk cepat. "Mau mau! Aziel mau ikut Ma. Aziel juga sudah lama nggak main di ke sana."
Tanpa diketahui oleh kedua orang di sana, diam-diam Arsen mendengar obrolan mereka berdua. "Ck, dia hamil? Kenapa aku bisa mengatakan hal tadi? Ini sungguh sangat memalukan."
*
*
*
Keesokan hari Mila menggandeng tangan Aziel menyusuri koridor rumah sakit. Beberapa perawat menyadari kehadiran Aziel, boss cilik yang membuat repot para perawat beberapa waktu lalu, langsung menyambutnya dengan hangat.
"Waaah, Aziel ...." ucap Melian, perawat yang bertugas menjaga Aziel.
Bocah tampan itu langsung merangkul Melian. "Halo Tante, Aziel kangen sama Tante," ucapnya.
"Iya, kamu udah lama banget ya nggak ke sini?"
"Iya, Tante. Aziel udah punya Mama. Jadi Aziel mau sama Mama aja."
"Mama?"
Semua perawat tercengang memandang wanita yang berdiri di dekat Aziel. Mila tercekat mendapat tatapan menyidik yang ditujukan kepadanya. Ia menundukan kepala menggaruk pelipisnya.
"Emang papa boss kapan menikah lagi? Kenapa tidak berbicara apa-apa kepada kami?" Celetuk salah satu perawat dengan wajah angkuh.
"Iya, kenapa kami tidak diundang? Palingan papa boss dijebak oleh dia. Sengaja pura-pura amnesia lalu menjerat papa boss dengan rayuannya," umpat perawat yang lain.
Mila menundukkan kepala dengan tuduhan yang menohok itu. Ia tidak tahu harus menjawab tuduhan itu dengan cara bagaimana.
"Tante, jangan bilang seperti itu kepada Mamaku!" marah Aziel tidak menerima Mia diperlakukan seperti itu oleh semua orang di rumah sakit.
"Dia itu tidak pantas berdampingan dengan papamu, Aziel. Ada Dokter Liani yang lebih pantas menggantikan mamamu," guman Melian.
Wajah Aziel seketika merah padam dan menangis dengan sangat kencang. "Aku tidak suka sama Tante Liani. Aku hanya mau memanggil mama kepada Mama Mila. Nggak mau yang lain! Nggak maaauuu!" teriaknya dalam tangisan memeluk Mila yang tertunduk oleh cecaran para perawat.
Tanpa mereka sadari, obrolan p4nas tersebut didengar oleh seorang pria muda yang tampan. "Jadi, dia bukan ibu kandung anak itu?"
"Ekheeem."
Situasi heboh tersebut seketika berubah hening atas kehadiran seseorang yang menggunakan jas putih.
"Apa-apaan ini? Apa yang kalian lakukan kepada anak saya?" Arsen tak segan mengeluarkan hardikannya terhadap anak buah yang membuat Aziel menangis.
Di samping Arsen, tampak seorang wanita cantik berambut panjang bergelombang, turut bungkam karena suara Arsen yang garang. Dia adalah seorang dokter spesialis kandungan yang sengaja diminta Arsen untuk memeriksa Mila.
"Papaaaa ...." Aziel melepas pelukannya dari Mila berlari pindah ke Arsen.
"Diam lah! Anak laki-laki tidak boleh menangis!" Arsen menanggapi aduan anaknya dengan dingin.
Bocah laki-laki itu tersentak tertegun mendapat perlakuan di luar harapannya. Tubuh Aziel bergetar hebat. "Papa jahaaat!" teriaknya berlari menyusuri koridor. Mila berlari mengejar Aziel.
"Nanti, saya akan berbicara dengan kalian semua!" Arsen pun bergerak menyusul kedua orang tersebut meninggalkan semua orang. Termasuk Liani, sang dokter spesialis kandungan.
Dari tempat lain, terlihat seorang pria muda yang bermasalah karena selalu merasa mual setiap pagi tanpa sebab, terus mengingat apa yang baru saja dijelaskan oleh dokter yang menangani kasusnya.
"Aneh, kata dokter itu lambungku dalam keadaan sehat tanpa masalah apa pun, tetapi, kenapa malah selalu mual pada waktu yang sama?"
"Azieel, Azieeel! Tunggu!"
Axel mendengar suara yang begitu kental dan sangat ia hapal. Kepalanya mulai liar mencari sosok tadi yang ia perhatikan.
Matanya melihat jelas sosok bocah laki-laki yang baru saja ia lihat kemarin berlari sambil menangis. Setelah bocah laki-laki itu melewatinya, jantung Axel langsung berdebar melihat sosok yang terus berada di dalam pikirannya.
"Aziieel! Tungguin Mama!" Netra milik Mila menangkap bola mata yang terus memperhatikan langkahnya. Wajah Mila pun membulat, tetapi ia terus bergerak mengejar Aziel dengan langkah cepat sembari memegangi perutnya.
Tangan Axel refleks begitu saja menangkap tangan Mila saat lewat di dekatnya. Acel menarik Mia dan ....
Bug
Mila mendarat ke dalam pelukannya. Beberapa saat mata mereka saling bertautan dalam diam.
Jantung Mila berdebar dengan sangat cepat ketika berada di dalam pelukan pria yang kemarin ia temui ini. Begitu juga dengan Axel, rasa itu persis sama dengan pelukannya dengan sang istri.
Mila merasa gugup, meronta melepaskan diri. "Apa yang kamu lakukan? Lepaskan aku? Aku sedang mengejar anakku!"
"APA YANG KAU LAKUKAN?" Terdengar suara garang yang muncul dari sisi lain. Sang pemilik suara melepaskan dekapan tersebut dengan paksa.
"Kau berani macam-macam dengan istriku?"
Kali ini Mila mengerutkan keningnya. Ada rasa tidak terima di dalam hatinya saat sang majikan kembali mengaku sebagai suaminya.
"Kau bisa aku tuntut karena telah menyentuh istriku dengan sembarangan! Ini tidak ada bedanya dengan pelecehan terhadap wanita yang telah bersuami!" Tambah Arsen terus menuduh Axel.
"Saya—" Acel pun merasa bingung pada apa yang telah ia lakukan. Entah kenapa dia tidak menerima wanita itu dikatakan sebagai istrinya.
"Ada apa, Boss?"
Seseorang berpakaian serba hitam muncul, di ujung lengan kemeja panjangnya tampak coretan-coretan yang mungkin memenuhi tubuhnya.
"Tangkap dia! Dia sudah berani macam-macam pada Mia!"
...****************...
Visual yaaah. Sebenarnya Author agak gak pede ngasih visual, takut diprotes sama yang baca. Tapi, kakak readers boleh ngehaluin idolanya sendiri kok ya. Ini hanya ada dalam kepala Author saja. Biar ngehalu makin lancar.
Yuvita
Axel Anggara Kusuma
Aziel
Arsenio Wijaya
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 129 Episodes
Comments
FieAme
di cerita sebelah 😂
2023-04-11
0
FieAme
aziel berasa kenal
2023-04-11
0