Arsen melirik Axel, bergantian melirik Mila yang tidak putus saling bertatapan. "Ck! Kenapa kau tak berhenti menatap istriku? Kau ingin menggodanya, hah?"
Axel membuang muka dan membisu dalam seribu tanda tanya. "Baik lah, saya pulang. Aziel, kamu hati-hati yaaa? Jangan sembarangan masuk kendaraan orang lagi." Axel melambaikan tangan dibalas dengan lambaian tangan dan anggukan Aziel.
"Makasi, Ooom," ucap dari mulut kecil bocah itu.
Tanpa berpikir panjang Axel melirik Mila kembali yang masih diam tanpa kata. Lalu balik badan menuju kendaraannya terparkir.
Mila terus memperhatikan Axel dan hal itu disadari oleh pria yang ada di sampingnya.
"Sampai kapan kau akan menatapnya seperti itu? Sampai bola matamu keluar dari rongganya dan aku jual kepada yang menginginkannya?"
Mila langsung menunduk sembari menggelengkan kepala. "Berhenti lah mengatakan aku ini istri, Anda. Karena sebenarnya kita tidak tidak memiliki hubungan seperti itu—"
Namun, Arsen beranjak menarik Aziel tanpa mendengarkan apa yang diucapkan oleh Mila. Hal ini membuat mulut Mila bungkam dan kembali tertunduk. Sejenak ia melirik ke arah bayangan pria yang tadi pergi, membuat perasaannya tak menentu. Tangannya kembali memegani dada.
"Selalu begini jika bertemu dengannya. Emang, dia itu siapa?"
*
*
*
Keesokan harinya, di saat melakukan pemeriksaan berkas laporan klient kasus perebutan warisan yang ia tangani, terdengar sebuah ketukan pintu dari arah luar ruang kerjanya. Ia mengangkat wajahnya dan membuka kaca mata yang digunakan khusus untuk membaca.
"Masuk lah!"
Dari arah luar, terlihat wajah asistennya membawa berkas dengan memasang wajah serius. "Pak, saya membawa berkas klient kita yang baru. Dia dituduh melakukan tindakan ilegal dan terlarang." Ia menyerahkan lembaran berkas yang tidak terlalu tebal itu.
Axel segera menerima dan membacanya. "Kasus jual beli organ?"
"Benar, Pak. Klient kita yang bernama Diki ini, merupakan praktisi kesehatan. Namun, ada beberapa pihak yang menuding ia melakukan tindakan ilegal jual beli organ manusia. Ia sudah bersumpah tidak pernah melakukannya."
Kening Axel berkerut mendapatkan penjelasan demikian. "Saya tertarik dengan kasus ini. Kalau begitu, berkasnya akan saya pelajari."
"Baik, Pak." Lala, sang asisten menaruh map yang berisi berkas yang baru saja masuk. Axel langsung membaca mempelajari kasus tersebut secara umun.
"Setelah menyelesaikan kasus klient yang saya urus saat ini, saya akan melakukan pemeriksaan terhadap klient dan mencari informasi lebih lanjut lagi. Kamu boleh kembali ke tempat."
"Baik, Pak ... saya permisi dulu."
Aklxel menaruh berkas klient baru lalu melanjutkan pekerjaan menangani kasus klient sebelumnya. Beberapa waktu kemudian, ia menuju ke persidangan dan melaksanakan tugasnya sebagai kuasa hukum pembela yang terdakwa. Beberapa waktu dalam persidangan dan akhirnya selesai juga. Kasus dimenangkan oleh Axel.
"Terima kasih saudara Axel sudah membantu saya dalam memenangkan hak warisan ini. Jujur, saya hampir putus asa karena seperti tidak ada harapan, warisan orang tua saya dimenangkan oleh pihak mereka," ucap pria sekutar 40-an menggunakan pakaian lusuh dan sederhana dengan wajah terharu.
Axel menepuk pelan pundak klientnya tersebut. "Ini adalah kewajiban saya, Pak. Saya tidak akan mengambil kasus memenangkan sebuah kesalahan. Saya lebih suka tidak dibayar, asalkan klient saya berdiri pada posisi yang benar."
"Jangan begitu, jika saya sudah memiliki uang, saya akan segera membayarnya. Bagaimana pun, kamu sudah membantu saya," ucap sang klient lagi.
"Tidak usah, Pak. Saya ikhlas."
Setelah perbincangan singkat, Axel segera menuju ke kantor kepolisian sembari membawa berkas yang ia dapatkan tadi. "Selamat siang, Komandan." Axel menjabat tangan Komandan Aji, orang yang bertanggung jawab dalam kasus ini.
"Selamat siang, Pengacara Axel. Sepertinya Anda yang akan menangani kasus baru Dokter Diki? Dia pasti meminta Anda untuk menjadi kuasa hukumnya," ucap Komandan Aji.
Axel tidak menjawab pertanyaan pria itu, tetapi matanya telah liar menatap berkas kasus yang ada di tangan Komandan Aji. Lawan bicaranya menyadari hal itu, segera menutupnya dengan sebuah buku.
"Saya membutuhkan informasi, Pak. Kenapa Dokter Diki bisa dijadikan sebagai tersangka? Bahkan, dia hanyalah Dokter Umum baru. Mungkin, belum memiliki perizinan praktek bedah, dan mungkin belum berani untuk membedah. Harusnya, kita memeriksa spesialis jika masalah ini terjadi." Axel membuka lembaran berkas kasus yang ada di dalam tas kerjanya.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 129 Episodes
Comments
FieAme
nah loh nah loh
2023-04-11
0