"Menstruasi?" Mia memasang wajah kebingungan.
"Datang bulanmu lancar kan?" tanya Arsen memastikan kembali.
"Datang bulan?"
Arsen menepuk keningnya. "Jangan bilang kamu tidak pernah mengalami siklus menstruasi semenjak tinggal di sini bersama kami?"
Mila menggeleng bingung. Ia mencoba memikirkan apa yang dimaksud oleh majikannya itu.
Dengan gusar Arsen mengeluarkan buku kesehatannya khusus materi masalah kewanitaan. Buku itu diserahkan kepada Mila. "Baca!" Ia menunjuk bagian tertentu.
Mila mengangguk dan segera membaca bagian yang disuruh oleh sang majikan. Saat membaca perlahan, Mila mengerutkan kening. Jemarinya mulai bergerak sejenak melirik ke langit-langit.
"Aku sudah di sini selama tiga bulan kan, Tuan? Aku mulai lupa-lupa ingat dan memang mengalami masa-masa di mana waktu periodik bulanan datang secara teratur."
Tiba-tiba, ia merasakan sentuhan dan pelukan seseorang yang menciumnya dengan mesra dan hangat. "Aaagghh," ringisnya memijit kening merasa mendapat hantaman yang dahsyat pada otaknya.
"Kau kenapa?" Arsen menggenggam lengan Mila yang hampir ambruk
"A-aku ... aah, sedikit pusing, Tuan. Sepertinya aku masuk angin," ucapnya sekedarnya.
"Aku butuh jawaban yang pasti, jadi kamu bisa menjawabnya ya atau tidak," ucap Arsen serius menatap mata Mila. Wanita itu menjadi canggung dan mengangguk lemas.
"Jadi, selama tinggal di sini, kamu belum pernah mengalami datang bulan lagi?"
"Be ... lum, Tuan. Aku juga baru sadar saat membaca buku tadi.
Arsen mengeluarkan sebuah kotak, tetapi ia merasa ragu. "Apa kamu tahu ini apa?"
Mila menatap benda yang ada di tangan Arsen, lalu menggeleng lemah. "Emang, di dalamnya ada benda apa?"
Arsen membuka kotak, mengeluarkan isinya. Dari dalam kotak itu, terdapat benda putih pipih, yang sedikit lebih panjang dibanding jari. Pada ujungnya, terdapat bagian warna berbeda. Lalu ada benda bulat kecil, sebesar tutup botol balsem bewarna putih juga.
"Nanti, kamu masukkan air seni kamu ke dalam cawan kecil ini. Kalau kamu tidak tahu apa itu air seni, aku ganti katanya dengan air pipis."
Mia tersentak kaget dengan seketika. "A-air pipis? Ke dalam ini?" Mila menunjuk benda yang ukurannya tidak terlalu besar itu dengan pipi ditarik sebelah membuat matanya juga menyipit sebelah.
"Iya! Air pipismu masuk sini!" bentak sang tuan rumah.
Mila kembali tersentak, kali ini sedikit ketakutan. "Ta-tapi pasti gak muat, Tuan. Mana bisa wadah sekecil ini bisa menampung pipisku yang sangat banyak?"
Arsen menepuk keningnya. "Ya jangan semua air pipismu lah! Secukupnya saja! Yang penting kamu bisa merendam bagian ini!" Arsen menunjuk benda testpack yang tadi dikenalkan kepada Mila, lalu menyerahkan keduanya kepada Mila.
"Cepat lakukan!" bentaknya kembali membuat tubuh Mila bergetar, mata memicing karena kaget.
"Ta-tapi aku tidak lagi pengen pipis," ucapnya ragu ragu.
"Aku tidak mau tahu! Dalam lima menit, kamu sudah memperlihatkan benda itu yang sudah kamu rendam pada bagian warna yang berbeda dibanding yang lainnya itu." titahnya mengomandoi setengah memaksa.
Mila masih menatap kedua benda yang ada di tangannya itu dengan ragu. Ia masih bingung mencerna maksud dari penjelasan Arsen.
"Eeeh, malah diam aja? Buruan!" bentaknya kembali.
"Ba-baik, Tuan!" ucap Mila mundur hendak keluar dari ruang kerja Arsen.
"Eit, kau mau ke mana?" tanya Arsen kembali.
"Mau ke kamar mandi dalam kamarku. Aku akan mempraktikkannya di sana." terang Mila gugup karena perlakuan Arsen.
"Tidak perlu! Kamu langsung coba di sana saja!" Suara Arsen menggelegar menunjuk sebuah pintu yang sedang tertutup di ujung ruangan ini. Di sana ada kamar mandi yang memang jarang digunakannya.
"Ba-baik, Pak." Mila bergerak cepat karena gelegar suara bagaikan auman singa.
Di dalam kamar kecil itu Mila kembali memandangi dua benda yang ada di tangannya. Kepala ditelengkan masih merasa bingung harus berbuat apa dan memikirkan bagaimana caranya.
Mila mengambil posisi dan mencoba menampung air seni ke dalam cawan tersebut. "Aaahh, kena tangan," ringisnya menautkan gigi merasa jijik sendiri.
Mila meletakkan wadah itu di atas lantai kamar mandi, lalu mencoba mencelupkan ujung testpack yang diberikan oleh majikannya tadi. "Begini, apa begini ya?"
Setelah ia rasa selesai, Mila mencuci tangannya dan testpack tadi. Dengan langkah ragu, Mila keluar dari ruangan itu lalu menemukam Arsen yang jelas terlihat bertopang dagu menunggunya di meja kerja.
"Buat pipis aja kamu bisa selama itu?" Arsen mengambil alat tes yang diserahkan oleh Mila.
Namun, keningnya mengerut. Tidak ada tanda-tanda sama sekali pada bagian display window tersebut, tidak satu pun muncul garis di dalamnya.
"Kamu bener-bener udah merendam bagian ini ke air pipismu kan?"
Mia mengangguk cepat ketakutan. "Udah, Pak."
Arsen memandangi kembali alat itu dengan seksama. Ia mulai mengusap jemari pada dagunya. "Hmmm, mungkin alat ini sudah rusak. Ulangi!" titahnya sembari mencarikan alat tes kehamilan yang baru.
Mila masih menyisakan air seni yang digunakan sebelumnya. Kali ini ia mencelupkan dengan hati-hati. Setelah itu ia menyerahkan hasilnya kepada Arsen.
Arsen menunggu dan satu garis merah mulai muncul. Setelah beberapa menit, bayangan garis lurus yang tidak jelas pun muncul.
"Huuffftt, kenapa hasilnya malah meragukan begini? Esok kamu ke rumah sakit! Nanti aku akan meminta spesialis kandungan untuk memeriksamu."
Mila kembali merenung. "Hamil? Apa aku memiliki tanda-tanda kehamilan?" Wajah Mila memutih beserta bibirnya, kepalanya menggeleng beberapa kali dan mundur beberapa langkah. Kedua tangannya menyilang menutupi bagian dada.
Arsen terheran melihat reaksi yang diberikan Mila. "Kau kenapa lagi?"
"A-apa kamu yang menghamiliku diam-diam saat aku sedang tidur?"
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 129 Episodes
Comments
FieAme
brati iy
2023-04-11
0