Namun, Arsen terus melangkah cepat meninggalkan troli belanjaan yang dibawa oleh Mila.
Tubuh Axel terasa ingin melangkah cepat mengejar mereka. Akan tetapi, kakinya kaku tak berani bergerak melihat dekapan erat yang diberikan laki-laki itu pada wanita yang begitu mirip dengan Yuvi, istrinya.
Axel memegang dadanya, merasakan debaran luar biasa pada jantung yang tak menerima begitu saja dengan apa yang disampaikan orang asing itu. "Sayang, Apa benar itu kamu?"
Lalu netranya berpindah pada lelaki kecil yang terus mengekor pada genggaman laki-laki dewasa yang menariknya. "Namun, mereka sudah memiliki putra yang cukup besar. Apakah aku hanya sekedar berhalusinasi?"
Dengan langkah lesu, Axel beranjak dari posisinya. Sementara itu, Arsen melirik pria tadi yang terasa akan menjadi ancaman baginya.
"Ck!" Tanpa ia sadari decakan lewat bibirnya menyadarkan Mila yang dirangkul dalam dekapannya.
Mila mendorong Arsen melepaskan dirinya dari dalam dekapan majikannya. "Maaf, Tuan. Tiba-tiba saya merasa sangat lelah."
Arsen mematung merasa tertolak oleh wanita ini, tangannya masih mengambang merangkul angin karena posisi seseorang yang tadi di dalam dekapannya telah melepaskan diri. "Oh, ya ... terserah kau saja."
Aziel menarik-narik ujung pakaian Mila. "Mama ... Mama, kenapa?" Raut wajah bocah cilik itu terlihat khawatir dengan reaksi yang terjadi pada Mila.
"Maaf ya Aziel, Mama sedikit pusing. Kita bereskan saja belanjaannya yah?"
Aziel mengangguk setuju. Mila mendorong troli tadi hendak membawa ke kasir. Akan tetapi, Arsen merebut troli tersebut.
"Biar aku saja yang membawa. Kalian langsung saja menuju mobil! Aku akan membayar ini semua." Arsen mendorong troli ini hendak menuju kasir.
Setelah itu, Mila menggandeng Aziel hingga membuat bocah itu mengikuti langkahnya. Arsen menghentikan gerakan, memutar kepala diam-diam melirik wanita yang menggandeng putranya itu.
"Siapa pria tadi? Apa benar dia suami Mila? Yuvi?" gumamnya menatap punggung dua orang tersebut hingga terus bergerak menjauh dan menghilang.
Saat berada di area parkiran, Mila dan Aziel kembali dicegat oleh pria yang tadi. Mila menggenggam erat tangan baju yang ia pakai. Di dalam hatinya mulai muncul sebuah tanda tanya. Aziel berdiri tepat di hadapan Mila.
"Om siapa? Kenapa selalu ganggu mama aku?"
Axel kembali memperhatikan wajah wanita yang sangat ia yakini adalah istrinya. "Sayang sekali, ponsel yang berisi foto pernikahan kami, telah hilang. Jika ada bukti, kalian pasti mengerti alasan saya sangat kukuh meyakini bahwa dia sangat mirip dengan istri saya."
Mata Axel liar melirik setiap jengkal pada bagian tubuh wanita yang berada di belakang anak kecil itu. Netranya mulaj jatuh melirik ke arah jemari milik wanita bernama Mila ini. Namun, ia tidak bisa melihat bentuk cincin yang ada pada jemarinya.
"Maaf, apa saya boleh melihat itu?" Acel meunjuk tangan kiri Mila.
Mila segera menyembunyikan tangannya. Ia teringat akan perintah Arsen untuk tidak sembarangan dekat dengan siapa pun di kota ini. Mila memilih menarik Aziel mempercepat langkah menuju kendaraan mereka yang sedang terparkir.
"Hei! Tunggu! Aku hanya ingin memastikan!" ucap pria yang tidak dikenal itu terus mengikuti mereka menuju kendaraan mewah keluarga yang ditumpangi oleh mereka tadi. Pintu kendaraan yang sangat besar itu ditutup dengan segera, untuk mencoba terus menghindar.
Axel masih kukuh dengan kata hatinya mengetuk-ngetuk pintu kendaraan tersebut. "Tolong buka! Aku masih ingin bicara denganmu! Apa kamu marah padaku? Apa kamu sengaja begini karena takut pada mamaku? Ayo kita pindah rumah, tinggal berdua saja!" Axel mengetuk jendela tersebut.
Namun, jendela itu tak kunjung dibuka. Hal ini membuat Axel semakin gencar mengetuk jendela kendaraan mewah yang mereka naiki.
Namun, tubuh Axel tiba-tiba tertarik ke belakang. Ada tangan yang cukup besar menarik jas-nya dan mendorongnya hingga jatuh ke atas aspal parkiran.
"Apa yang kau lakukan? Kau membuat mereka ketakutan!"
Axel bangkit menatap pria yang sedang menggenggam sebuah bungkus hasil belanja di dalam super market tadi. "Saya hanya ingin memastikan apakah dia adalah istri yang hilang atau bukan."
Arsen memasang wajah datarnya, deru nafas berat bisa terdengar jelas oleh telinga Axel. "Kau jangan main-main denganku!"
Arsen mendekati Axel yang telah berdiri tegak di hadapannya. Ia melangkah mengintari Axel. "Apa pun pekerjaanmu mengenakan jas yang kau pakai ini, jangan sampai membuat kau berpikir bahwa kau sudah hebat! Apa yang kau cari dengan mengganggu keluarga saya?" Arsen mengusap jas Axel yang tidak berdebu.
"Saya tidak ingin menggangu keluargamu. Saya hanya ingin memastikan bahwa wanita yang ada di dalam mobil itu memang bukan istri saya. Jika bukan, maka saya tidak akan mengganggu lagi." Axel masih kukuh dengan apa yang aia rasa. Tak ada gentar sedikit pun dengan hawa dingin mencekam yang dikeluarkan oleh pria itu.
"Sebagai seorang pria, setidaknya kau tahu bagaimana ciri-ciri seseorang yang bersedia untuk ditanya olehmu. Bukan kah sudah kau lihat sendiri, dia sama sekali tidak tertarik untuk berbicara denganmu?" Arsen berjalan menjauhi Axel menuju kendaraan luas super mewah New Sprinter milik Arsen.
Netra Axel seketika menangkap wajah wanita yang terus membayangi dirinya. Entah kenapa hal ini membuat perut pria muda itu bergejolak.
Dengan cepat, Axel beranjak menjauh. "Huweeek! Huweeek!"
Pemandangan ini tidak lepas dari perhatian Arsen, Mila, dan Aziel yang berada di dalam kendaraan mewah tersebut. Melihat hal itu, entah kenapa perasaan Mila menjadi tidak nyaman. Tiba-tiba, ia turut merasakan gejolak hebat dari dalam lambungnya.
Mila segera keluar dari dalam kendaraan tersebut, turut serta memuntahkan isi dari dalam perutnya, tepat di samping Axel.
Pria yang tadinya lebih dulu muntah, kini membersihkan mulutnya menggunakan sapu tangan yang ada di dalam kantong celana. Setelah itu, ia ingin mengusap punggung wanita yang turut serta melakukan hal yang sama dengannya, tetapi tangan Axel ditepis kasar oleh Arsen.
"Jangan coba-coba menyentuhnya!!" Arsen mengusap punggung Mila yang terus memuntahkan isi dari dalam bagian lambungnya.
Axel mematung memperhatikan wanita yang terus membuat hatinya berdebar ini. Ia merasa begitu dekat, dan tak ingin menjauh dari wanita itu.
Hingga pada akhirnya, Mila tak lagi mengeluarkan apa pun dari dalam perutnya. Arsen menyerahkan sapu tangan yang tadinya berada di kantong dada kiri. Mila segera membersihkan sisa-sisa muntahan tersebut.
"Bagaimana sekarang?" tanyanya datar.
Mila menggeleng lemah. "Sepertinya aku merasa aneh melihat dia muntah seperti itu. Perutku terasa sangat tidak nyaman."
Axel mendekati kedua orang tersebut. "Apakah dia sedang hamil?"
"Kuperingatkan sekali lagi! Jangan mendekat!"
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 129 Episodes
Comments
FieAme
kasih tau nggak yaaa
2023-04-11
0