LOVE ME, SIR
Jam menunjukkan pukul 2 siang, semua Siswa satu persatu pulang ke rumah masing-masing, tidak terkecuali Arina dan dua sahabatnya, Daniar dan Rasty. Namun, gadis 18 tahun itu memilih untuk nongkrong di tempat favorit mereka yaitu kafe yang berada tak jauh dari sekolah mereka. Baru saja meminum setengah minumannya Arina melihat guru idolanya disekolah datang ke kafe bersama teman-temannya.
"Mampus, ada pak Aran!” Pekik Ariana. kedua sabahabatnya itu pun melihat arah dimana Ariana melihat sang guru.
"Ya sudah , biarkan saja. Ini, kan tempat umum,” balas Rasty.
"Iya, tapi tadi, kan aku gak ikut pelajaran pak Aran dan alasan sakit, jadi ketahuan dong aku pura-pura.”
"Syukurin, makanya kamu jangan suka bolos sama pelajaran Pak Aran. katanya guru idola, tapi bolos pas jam pelajarannya, bagaimana, sih?”
"Aku gak tahan liat tatapannya.” Ariana berusaha bersembunyi dari tatapan Aran, sang guru yang sedari tadi melihat ketiga muridnya yang asyik berbincang.
"Anak itu, katanya sakit, tapi malah keluyuran, ” batin Arandra sekilas melihat Ariana. Namun, Arandra tidak mau ambil pusing dan melanjutkan mengobrol dengan teman-temannya.
Ariana terus mencuri pandang ke arah Arandra, akan tetapi justru. dirinya sendiri yang salah tingkah.
"Pulang,yuk!” ajak Ariana pada kedua sahabatnya.
"Nanti, Na. Baru juga minum habis setengah,” protes Daniar.
'Dreeett... dreeett... suara ponsel Ariana bergetar membuat Ariana yang sedikit latah pun berteriak. Membuat semua melihat ke arahnya dan menertawakannya. kecuali Arandra yang hanya menatap tajam ke arah Ariana.
“Kan, Mama telpon!” Ariana pun segera mengangkat sambungan ponselnya.
"Ya halo, Ma!”
"Kamu dimana belum pulang!” terdengar teriakan sang Mama di sambungan ponselnya hingga Ariana menjauhkan ponsel dari telinganya.
"Mama ...! Aku lagi sama-sama Rasty dan Daniar, lagi kerja kelompok!”
"kerja kelompok! Mana ada kerja kelompok ada suara musik, pulang sekarang! Sudah tahu mau ada acara keluarga, kelayapan terus!”
“Iya, iya! Pulang!” Ariana mematikan sambungan ponselnya lalu memasukkan kedalam tas. Kemudian mengambil uang di saku seragam sekolahnya.
“Aku pulang dulu ya, Mama marah-marah! Ini uangnya nanti bayar ya. kembaliannya buat kalian.”
Ariana bangkit lalu berjalan menuju keluar. Dua sahabatnya hanya melongo melihat uang seratus ribu yang Ariana letakkan di meja. Bagaimana ada kembaliannya sedangkan total pesanan mereka saja lebih dari seratus ribu.
"Eh tokek dinding. Seratus ribu kurang!” seru Rasty
"Tambahin duit kamu dulu, besok aku ganti!” teriak Ariana yang jalannya terburu-buru dan sekilas melihat Arandra yang duduk santai bersama teman-temannya.
"Dasar tokek! Mobil elit duit sulit!” Pekik Daniar, walau begitu mereka tetap menambah kekurangannya.
Terlihat Ariana memasuki mobilnya lalu ia melanjutkan mobilnya dengan kecepatan sedang. Arandra hanya menggeleng melihat tingkah muridnya tersebut dari dalam kafe. Setelah mobil Ariana menghilang dari pandangan matanya. Tak lama Arandra juga mendapat pesan dari sang Mama.
"Bro, aku pulang dulu ya. Aku lupa ada acara keluarga. Beaok Kita bicara lagi proyek baru kita.”
“Acara keluarga apa sih, Ndra?”
" Aku juga tidak tahu. Orang tuaku bilang aku harus hadir.”
"Wah...! jangan-jangan kamu mau di jodohkan?”
Arandra tertawa lalu bangkit dari duduknya.“ Ini sudah jaman modern tidak ada yang di jodoh-jodkhkan, ya sudah, See you!”
Arandra kemudian keluar dari kafe dengan begitu santainya. Kedua muridnya Daniar dan Rasty hanya bisa diam-diam mencuri pandang ke arah sang guru yang terkenal killer itu
Di perjalanan Arandra tidak sengaja melihat Ariana sedang menendang ban mobilnya sambil menerima panggilan ponselnya. Rupanya ban mobilnya bocor tetapi tidak bisa menggantinya.
Arandra menepikan mobilnya lalu ia keluar menghampiri Ariana.“ Kenapa?”
"Astaga burung naga! Bapak! kaget tau pak!” Ariana terkejut memegangi dadanya bersamaan dengan itu ponselnya pun terjatuh dari tangannya.
"Tu, kan jatuh hape saya!”
"Ban mobil kamu kenapa?” tanya Arandra lagi
"Bocor!”
Arandra melihat Ariana lalu melihat jam tangannya. Jika ia ingin membantu memasang ban mobilnya, tapi ia juga pasti akan terlambat pulang jika membantu Ariana.
"Ayo ikut saya!” Seperti Biasa nada bicara guru idola Ariana itu terdengar kaku dan datar.
"Terus mobilnya?”
"Hubungi mobil derek, saya tidak bisa membantu?” Arandra berjalan menuju mobilnya, Sedangkan Ariana melongo melihat Arandra.
"Kalau mau tumpangan masuk! kalau tidak saya tinggal!” ujar Arandra sebelum masuk kedalam mobil.
Ariana melihat sekelilingnya dan tempat tersebut begitu sepi. Ia bergegas berlari sambil menekan tombol kontrol kunci mobilnya lalu masuk kedalam mobil Arandra.
Tanpa menunggu Ariana mengenakan sabuk pengaman, Arandra langsung menekan pedal gas mobilnya membuat kening Ariana teratuk dasbor mobil.
"Aduh! Sakit pak! Bapak mau kasih tumpangan atau mau mencelakai saya!” protes Ariana sambil mengusap keningnya. Namun, Arandra hanya diam tidak memperdulikan Ariana.
Ariana memasang wajah kesal, Namun ia begitu senang bisa satu malam mobil dengan guru idolanya. Ariana mencuri pandang ditail wajah sang guru hingga membuat dirinya tersenyum.
Arandra menambah kecepatan mobilnya, sebab ia juga terburu-buru. Kecepatan mobilnya membuat Ariana ketakutan, akan tetapi ia tidak berani protes dan hanya berpegang. Hanya butuh setengah jam mobil Arandra sampai di depan rumah Ariana.
Ariana masih mengumpulkan nyawa sebelum ia turun, ia masih syok dengan kecepatan mobil yang di kendarai Arandra.
"Turun, sudah sampai!”
Ariana melihat Arandra dengan mata berkaca-kaca Karena takut lalu ia turun tanpa mengucapkan terima kasih. Arandra hanya menggelengkan kepalanya melihat muridnya itu yang menurutnya tidak tau sopan santun. Ariana berjalan masuk kedalam halaman rumahnya dengan kaki gemetar dan terduduk di teras rumah. Arandra pun segera melajukan mobilnya setelah memastikan murid Badungnya itu masuk kedalam rumah.
"Astaghfirullah! Non. Kok duduk di lantai?” tanya asisten rumah tangga yang melihat Ariana terduduk di lantai teras.
"Bi, Aku masih hidup ya Bi. Belum jadi hantu, kan?”
Si Bibi tertawa terpingkal-pingkal melihat ekspresi wajah Ariana yang memang syok.“ Ya masih Non. Kaki non masih napak di bumi, kan. Memangnya Non, habis ngapain. Kok merasa sudah mati?”
"Ouh! Masih hidup ya, Bi. Tidak apa-apa, Bi. Ya sudah saya masuk kedalam. Tolong bawakan tas saya ke kamar.” Ariana berjalan tertatih, Sang Mama yang melihat Ariana berjalan sempoyongan pun mengerutkan dahinya, apa yang terjadi dengan sang Anak.
"Kamu kenapa?” tanya Sang Mama saat Ariana sudah duduk di sofa ruang tengah.
"Mama tanya nanti saja ya, kakiku tremor, habis di ajak ngebut guru killer.”
"Guru killer. Mobil kamu mana?”
"Pak Aran, Mobilku bannya bocor. aku tinggal di jalan Anggrek. Terus tadi numpang Mobil pak Aran. Di ajak ngebut. Jantungku rasanya mau copot.
"Lebay loe!” saut sang kakak yang bernama Aris lalu duduk di samping Ariana.
"Apaan sih! Sana-sana!” Ariana mendorong-dorong sang kakak agar menjauh darinya.
"Sudah-sudah. Ariana, kamu mandi siap-siap kita menyusul Papa ke hotel untuk pertemuan keluarga. Dandan yang cantik.”
“Hm....” Dengan malas Ariana naik ke lantai atas menuju kamarnya.
***
Ariana
Arandra priyawan
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 40 Episodes
Comments
Dony Pratama
murid badung masih punya Rasa takut mati diajak ngebutan Mobil ya
2023-04-24
0
ㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤCㅤㅤㅤㅤ
makanya jangan main-main
2023-04-14
1
Om Rudi
Om Rudihadir
2023-04-14
1