"Selamat pagi anak-anak!” sapa Arandra masuk kedalam kelas Ariana.
"Selamat pagi, pak guru!” Semua murid berdiri memberi salam pada sang guru, kecuali Ariana yang masih duduk dan menahan malu melihat gurunya sekaligus suaminya itu.
"Ok, tugas yang saya titipkan sama Bu Greta selama saya tidak masuk, tolong di kumpulkan.” Arandra duduk sambil sekilas melihat istrinya yang melongo mendengar kata 'TUGAS' pasalnya ia tidak mengetahui sama sekali jika Arandra memberikan tugas saat sama-sama tidak hadir di sekolah.
"Rasty kenapa kamu tidak bilang kalau ada tugas! Mampus! aku gak tahu!” pekik Ariana pada Rasty yang duduk disebelahnya.
"Aku datang ke rumahmu, katanya gak boleh ada yang ganggu,” balas Rasty sambil mengambil buku tugasnya.
"Ariana Meta Cantika Salim, ada apa bisik-bisik? kumpulkan tugasmu, yang lain juga.”
"Anu, Pak! Tugas saya ketinggalan di rumah!” Ariana tersenyum takut.
"Berdiri didepan!”
"Hah?”
"Atau mau berdiri di lapangan didepan tiang bendera.”
Ariana bangkit dari duduknya dengan wajah kesal, dengan susah payah ia berjalan menuju kedepan menahan rasa sakit di perutnya.
"Kamu kenapa?” tanya Arandra berpura-pura tidak mengetahui Ariana menahan sakit di perut dan bagian intinya, sebab itu semua karena ulahnya.
"Pakai tanya lagi!” gumam Ariana saat di hadapan Arandra. Arandra hanya menahan senyumnya.
Ariana berdiri didepan kelas dengan wajah kesal sambil memegangi perutnya dan murid yang lainnya mengumpulkan tugas di meja Arandra.
"Jangan contoh murid seperti dia ya, lupa dengan tugasnya.” Arandra sengaja membuat Ariana semakin kesal.
"Awas ya!” Gumam Ariana.
"Ok, kalian semua kerjakan soal berikutnya ya, Saya akan memeriksa hasil tugas kalian. Kamu Riana, coba selesaikan tugas kemarin dipapan tulis. Kalau kamu bisa, saya anggap tugas kamu selesai.” Arandra memberikan spidolnya pada Ariana.
"Saya mana bisa materi yang ini. Saya belum mempelajarinya?” ucap Ariana pelan sambil mengeratkan giginya dan hanya Arandra yang bisa mendengar ucapan Ariana.
"Itu urusanmu, pelajari sendiri. Kalau bisa aku akan memberi nilai sesuai kemampuanmu! Kalau gak bisa, tunggu saja hukumanku nanti malam.” balas Arandra pelan sambil menyodorkan buku materi tugas yang belum Ariana kerjakan.
Dengan kesal Ariana mengambil buku tersebut, sambil berdiri ia mempelajari sendiri materi pelajaran matematika tentang persamaan kuadrat. Ariana dengan tenang membaca materi tersebut lalu melihat contoh soalnya. Kemudian ia mencoba memecahkan soal itu sendiri tanpa bantuan sang guru. Arandra percaya jika Ariana bisa dan mampu memahaminya sendiri, sebab ia tahu Ariana anak yang cerdas dan cepat tanggap.
"Yes dapat!” seru Ariana saat menemukan jawaban soalnya sambil mengetuk spidolnya di papan tulis membuat Arandra dan teman sekelasnya terkejut.
"Eh tokek, kaget tahu!” teriak Daniar.
"Kau kesurupan, Ri?” sambung siswa lainnya.
"He, sorry!”
"Sudah, kerjakan. Riana lanjut!” sambung Arandra sekilas melihat Ariana yang hanya nyengir kuda pada teman-temannya dan sang guru.
Rasty terus melihat gelagat Arandra dan Ariana, apalagi saat ini ia melihat cincin yang sama melingkar dijari manis keduanya, dan hanya Rasty yang menyadari hal tersebut. Namun, dari gelagat mereka, Rasty tidak menemukan tanda-tanda yang mencurigakan saat ini. Justru Arandra masih tampak sama, dingin dan biasa saja. Begitu juga Ariana.
Ariana terus mengerjakan soal-soalnya dipapan tulis dan Arandra selesai memeriksa tugas murid lainnya. ia juga membagikan buku tugas tersebut sesuai nama muridnya sambil sesekali melihat Ariana.
Setelah selesai Membagikan buku-buku tugas muridnya, Arandra menghampiri Ariana dan berdiri dibelakangnya sambil mengoreksi jawaban yang di tulis Ariana.
“Tentukan nilai X dulu!” Arandra menghapus jawaban Ariana yang salah lalu mengajarkan Ariana bagaimana caranya menyelesaikan persamaan tersebut.
"Sudah, pak!”
"Hm, pintar istriku!” bisik Arandra pelan membuat seulas senyum di bibir Ariana karena Arandra menyebut dirinya istri.
Ariana menyerahkan spidolnya pada Arandra lalu kembali duduk dengan hati berbunga. Arandra duduk di tepi ujung mejanya sambil mengoreksi jawaban Ariana.
"Ok, jawabannya semua benar! Seratus untuk Ariana!” seru Arandra membuat semua mata murid lainnya melihat ke arah Ariana. Mana bisa dengan mengerjakan 4 soal Ariana mendapatkan nilai seratus sedangkan mereka yang menyelesaikan 6 mendapat nilai dibawah Ariana.
“Pak! Gak adil dong! Masa' Ariana dapat seratus padahal dia kan, gak ngerjain tugas dan cuma ngerjain 4 soal di papan tulis!” protes salah satu murid.
"Kamu bisa menyelesaikan soal itu tanpa ada penjelasan materi lebih dulu seperti Ariana? terus apa jawaban kalain ada yang sama dengan Ariana, Kalau iya dapat seratus. Kalau dibawah seratus pasti ada yang salah. Dimata pelajaran saya, Ariana memang mempunyai nilai lebih bagi saya, nilai minusnya, Ariana suka berkelahi, bukan begitu Ariana.”
“Bapak sukanya buka aib!” balas Ariana kesal.
"Tapi tetap gak adil pak!” seru murid lainnya lagi.
"Yang menilai kualitas kalian itu saya, saya lebih tahu kemampuan kalian satu persatu! Jangan pikir selama ini saya terkesan diam, kalian anggap tidak memperhatikan kalian dalam mengikuti pelajaran bahkan di luar kelas, saya tahu kebiasaan kalian.”
Arandra melihat murid yang protes tersebut lalu tersenyum kemudian melihat Ariana yang masih berdiri didepan kelas. Sejenak Arandra menghela nafas lalu bangkit dari duduknya.
"Ariana, duduk!” titah Arandra.
"Ok, kita masuk ke materi selanjutnya.”
"Aduh!” pekik Ariana saat berjalan menuju bangkunya. Arandra menoleh melihat Ariana sedikit membungkuk memegangi perutnya.
"Riana, are you ok?”
"Ya, pak! Gak apa-apa!”
"Izin aja ke UKS, Ri.” ujar Rasty pelan saat Ariana duduk.
"Gak kok, gak apa-apa.” Ariana tersenyum lalu mengikuti penjelasan Arandra didepan kelas.
Arandra mengajar sampai jam pertama selesai setelah itu berganti pelajaran. Ariana pun mengikuti pelajaran jam kedua sampai bell istirahat pertama. Saat istirahat, Ariana tidak ke kantin, ia memilih di dalam kelas sebab ia menyalin semua mata pelajaran yang tertinggal. Arandra yang sudah lebih dulu mencari-cari keberadaan Ariana. Ia hanya melihat Daniar dan Rasty di kantin.
Namun, Arandra bersikap biasa seolah tidak peduli istrinya itu sudah makan atau belum. Tetapi Arandra sengaja duduk di dekat tempat biasa Ariana dan Rasty duduk agar tahu mereka berdua membahas tentang apa.
"Rasty, Sudah beli titipan Riana?” tanya Daniar
"Sudah ini, dia minta ciki sama air mineral!” balas Rasty sambil menunjukkan pesanan Ariana.
"Tumben itu anak gak makan, emang gak laper?”
"Gak tau! Tapi dia kebiasaan kalau lagi kerjain tugas suka lupa makan. tambahin beli roti atau apa biar keisi perutnya. Dia kan habis sakit!” ujar Daniar dan di dengar Arandra.
Arandra bergegas bangkit dari duduknya lalu membeli sejumlah makan dan minuman serta memesan nasi soto pada penjaga kantin lalu memintanya untuk membawa ke ruangannya.
"Rasty tolong panggilkan Ariana, suruh ke ruanganku,” ujar Arandra pada Rasty setelah memesan makanan.
"Baik, pak!” Rasty mengerutkan dahinya tanda tanya ada apa Ariana dipanggil ke ruangan Arandra?
Arandra kemudian keluar dari kantin menuju ruangannya. sedangkan Rasty dan Daniar masih tanda tanya.
"Ada apa ya, kok Ariana dipanggil?” tanya Rasty.
"Gak tau, mungkin mau ngomongin masalah olimpiade matematika.” balas Daniar.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 40 Episodes
Comments
yuni kazandozi
andra daah mulai perhatian tuh ke riana
2023-05-04
1