BAB 19 PENYAKIT ARIANA

Arandra datang tergesa-gesa berjalan di koridor sekolah menuju ruangan BK. Ia geram dengan ulah Ariana, ia juga khawatir dengan kondisi Ariana yang jatuh dari tangga, berharap tidak ada luka serius.

Arandra mengetuk pintu ruang BK sambil melihat ke dalam karena pintu tersebut tidak di tutup. Matanya langsung tertuju pada Ariana yang sedang menunduk sambil menutup hidungnya dengan tisu karena tiba-tiba keluar darah sesaat sebelum Arandra datang.

"Permisi!” salam Arandra.

"Pak Aran, silahkan masuk, Pak!”

"Ada apa ini?” tanya Arandra melihat Ariana dan murid yang berkelahi dengan Ariana, Niki.

Ariana hanya diam, walau sebenarnya ia tidak salah, Niki memang senang mencari masalah dengan murid lainnya dan Ariana hanya membela murid yang diganggu Niki. Walau ujungnya ia yang terkena hukuman.

"Riana yang mulai duluan, pak! Saya kesal tiba-tiba dia yang menjambak rambut saya dari belakang, lalu kami berkelahi dan gak sengaja Riana kedorong dari tangga.”

Riana melihat Arandra sekilas, ia tidak berani menatap wajah suaminya yang penuh amarah, lalu ia melihat sekilas Niki yang menyampaikan kebohongan, Namun Ariana tidak ingin membela diri karena ia masih kasihan dengan Niki. Ariana takut jika menceritakan yang sebenarnya beasiswa Niki di cabut karena Niki termasuk pintar dan ia masuk di kelas unggulan dan selalu juara kelas apalagi sebentar lagi olimpiade. Niki hanya iri dengan Ariana yang memang anak orang kaya, semua serba ada dan mudah mendapatkan sesuatu. Tetapi Ariana tidak sombong dan selalu membantu siapapun yang membutuhkan.

"Apa benar, Riana?” tanya Arandra.

"Iya!” jawabnya datar sambil menunduk.

"Sudah pak, Saya selaku guru BK sudah memberikan hukuman pada Riana atas perilakunya. Saya skors dia selama 1 Minggu.”

"Bagus!” Arandra menatap tajam pada Ariana, ia begitu kecewa dengan sikap sang istri yang tidak berubah. kemudian ia meninggalkan ruangan BK dan menuju ruangannya tanpa tahu keadaan Ariana dan tanpa bertanya kejadian yang sebenarnya.

Ariana hanya tersenyum dalam hati, dan kecewa dengan Arandra yang tidak ingin mencari tahu kebenarannya. Hanya melihat dan mendengar satu sisi saja. Tapi tidak masalah, yang terpenting dirinya tidak merugikan siapapun.

"Ini surat panggilan untuk orang tuamu!” ucap guru BK pada Ariana sambil menyerahkan suratnya.

"Orang tua saya sedang ada di luar negeri, Pak.” balas Ariana.

"Kakakmu?”

"Sedang di luar kota.”

“Pantas saja kamu menjadi liar, tidak ada memperhatikan tingkahmu! orang tuamu itu tidak pantas di sebut orang tua, tidak tahu anaknya di sekolah seperti apa.”

Ariana menatap tajam guru BK, ia tidak menyukai jika orang tuanya disalahkan karena ulahnya. "Seberapa kenal Bapak dengan keluarga saya.” Ariana kemudian meninggalkan ruangan BK, saat sampai di pintu Ariana menggebrak daun pintu tersebut dengan begitu kuat, hingga guru BK terkejut dan siswa disekitar di luar ruangan BK juga terkejut dan melihat ke arah Ariana yang berjalan menuju kelasnya sambil masih menutup hidungnya yang masih mengeluarkan darah serta menahan sakit dikepalanya.

“Ri, kamu gak apa-apa? Harusnya kamu berterus terang sama pak Aran dan guru BK kalau Niki suka pungli sama siswa lainnya,” ucap Rasty yang mengikuti langkah Ariana menuju kelas di ikuti Daniar.

"Tidak apa-apa. Santai saja.”

“Riana, kamu gak apa-apa.” tanya Fathan tiba-tiba datang ke kelas Ariana mengkhawatirkan keadaan Ariana.

"I'm, fine!” Ariana tersenyum lalu ia duduk di bangkunya kemudian membereskan buku-bukunya membuat teman-teman dan dua sahabatnya serta Fathan heran.

"Kamu mau kemana, Ri?” tanya Rasty yang melihat wajah pucat Ariana. Ariana hanya senyum lalu bangkit dari duduknya.

"Aku mau pulang, aku diskors.” Ariana kemudian berjalan keluar.

"Ri, tunggu!” panggil Fathan mengejar Ariana dan meraih lengan Ariana.

"Aku antar ya, Kamu kayaknya sakit, muka kamu pucat!” ujar Fathan khawatir pada Ariana yang terlihat tidak baik-baik saja.

Ariana tersenyum lalu melepaskan tangan Fathan dari lengannya dan masih menutupi hidungnya dengan tisu. "Gak usah, aku bisa pulang sendiri kok. lagian ini masih jam sekolah.”

Ariana kemudian keluar dari kelasnya dan mendapat sorakan geng dari Niki. Namun, Ariana tidak peduli ia terus berjalan menelusuri lorong sekolah, dan mengabaikan tatapan mata siswa lainnya, ada yang sinis ada juga yang kasihan karena beberapa lainnya mengetahui yang sebenarnya. Ariana terus berjalan sambil melihat ponselnya menuju gerbang sekolah. Arandra hanya melihatnya dari kejauhan tanpa menyadari Ariana pulang tanpa mobil pemberiannya. Ariana memilih memesan taksi sebab pandangan sudah mulai berkunang-kunang.

"Pak ke rumah sakit ya!” ujar Ariana pada sopir taksi saat sudah di dalam taksi.

"Baik, Non. Rumah sakit mana, Non.” tanya sopir sambil melajukan mobilnya.

"Mila hospital.”

Sesampainya di rumah sakit Ariana menuju UGD, sebab darah yang keluar dari hidungnya semakin bertambah.

"Sus!” Ariana berjalan sempoyongan.

"Astaga!” suster jaga pun terkejut lalu sigap membantu Ariana berbaring di brankar.

“Santi, Wira, ada pasien urgent! Panggil dokter jaga!” seru perawat pada rekan kerjanya.

Santi bergegas menghubungi dokter jaga lalu mereka melihat Ariana.“ Ya Tuhan, ini kan pasien tiga bulan lalu,” ucap Wira, nurse yang mengenal Ariana sebab Ariana adalah pasien dokter Banyu pemilik rumah sakit tersebut.

"Kamu kenal pasien ini?” tanya suster yang bernama Ayu.

"Iya. Cepat tangani. Aku ambil rekam medisnya tiga bulan lalu dan menghubungi dokter Banyu. Setelah kamu pasang infus dan menghentikan pendarahan di hidungnya, segera bawa ke ruang MRI.”

"Ok!”

Wira si perawat laki-laki tersebut bergegas berlari mengambil rekam medis Ariana dan juga memanggil dokter Banyu.

"Dek, keluarganya sudah di kasih tau?” tanya salah satu perawat pada Ariana.

"Keluarga saya sedang di luar negeri, Sus.”

"Kerabat yang lain.”

"Tidak ada.”

"Ya Tuhan, terus yang bertanggung jawab siapa?”

"Saya sus, yang bertanggung jawab,“ seru seorang dokter.

"Dokter Radit?”

"Om, Radit?” gumam Ariana melihat Om dari suaminya ada di rumah sakit Mila.

"Saya yang bertanggung jawab. Pasien ini keponakan saya.” Radit melihat Ariana, apa yang terjadi dengan istri keponakan itu. Saat salah satu perawat memanggil Banyu ia sedang bersama dokter Banyu alhasil ia juga melihat rekam medis Ariana.

"Andra tahu penyakitmu?” tanya Radit. Ariana menggeleng.

"Tidak ada yang tahu saya sakit Om, termasuk Mama, Papa dan kak Aris, yang tahu hanya Bibi di rumah.”

"Ya sudah, aku akan memberi tahu Andra ya.”

“Jangan, Om! Jangan memberi tahu siapapun. cukup om dan Bibi yang tahu.” Ariana memohon pada Radit agar tidak memberitahu siapapun tentang penyakitnya.

Selama ini Ariana menyembunyikan penyakitnya dari siapapun. Ia berobat jalan sendiri, Namun tampaknya saat ini kondisi sedikit tidak baik-baik saja.

"Maaf, Dok. Pasien akan kami bawa ke MRI,” ucap salah satu perawat.

Radit mengangguk lalu ikut mengantarkan Ariana ke ruang MRI.

Terpopuler

Comments

blendos

blendos

kalau Ariana ngebela teman Kenapa yang dibela Ariana ga mau bantuin Ariana saat disidang guru ya,,Andra terlalu kamu, Ariana sakit hidung kluar darah gitu masak tetep ga peduli, laki apaan tuh,,

2023-05-04

0

biby

biby

kenapa kl anak berkonflik tdk d tindak
hrsx Ariana jujur pd guru kl si Niki itu prilakux buruk
paling tidak teman yg sdh d bantu Ariana memberikan kesaksian
tdk hanya mengorbankan diri demi menjaga org lain tetap terjaga nama baikx

2023-04-03

1

lihat semua

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!