BAB 20 HIDUP HANYA SEKALI

Ariana masih tertidur dibrankar setelah meminum obat, Radit pun memandanginya penuh rasa iba dan prihatin dengan kondisi istri keponakan tersebut. ia juga tidak habis pikir, kenapa Ariana menyembunyikan penyakitnya dari orang-orang yang ia cintai.

Dokter Banyu juga mempunyai pikiran yang sama dengan Radit, Kenapa Ariana menyembunyikan penyakitnya.

“Dok, apa sudah lama Ariana mengidap tumor otak?” tanya Radit.

"Sekitar dua tahunan.”

“Astaga! kenapa tidak diam-diam memberitahu orang tuanya atau kerabatnya yang lain?”

"Ariana mengancam tidak akan mau menjalani pengobatan jika salah satu anggota keluarganya ada yang tahu penyakitnya dan dia juga tidak mau menjalani operasi karena takut sebagian memori kenangannya hilang.”

"Tidak, Keluarganya harus tahu terutama suaminya!”

Dokter Banyu mengerutkan dahinya lalu melihat Ariana. Apa benar gadis 18 tahun tersebut sudah menikah? Bukankah ia masih sekolah?”

"Suami? Bukankah dia masih sekolah?”

"Mereka dijodohkan orang tua mereka, orang tua mereka sahabatan dari jaman SMA, lalu orang tua dan kakak Ariana sibuk bekerja bolak balik keluar negeri.”

Dokter Banyu menghela nafas panjang, tidak menyangka masih saja ada orang tua yang mengabaikan kesehatan sang anak, bahkan tidak ada waktu untuk mendampingi.

“Beritahu Siapa pun, asal Ariana tidak tahu jika keluarga mengetahui sakitnya.”

Radit mengangguk mengerti maksud Dokter Banyu. Dokter Banyu keluar dari ruangan Ariana. Radit berpikir alasan Ariana tidak memberitahu keluarganya, ia ingin tahu langsung dari Ariana sendiri sebelum memberi tahu semua keluarganya.

"Om...,” panggil Ariana yang sudah terbangun dari tidurnya. Radit menoleh dan mendekati Ariana.

"Kamu istirahat saja.”

"Aku harus pulang Om, Nanti pak Aran mencari saya, saya sudah mendingan kok.” Ariana berusaha bangun Namun Radit menahannya.

"Ri, kamu jangan membahayakan kesehatanmu.”

“Om, saya kan udah minum obat, sudah di infus, Dokter Banyu pasti sudah mengizinkan pulang seperti biasa.” Ariana memaksa bangkit dan berusaha melepaskan infusnya sendiri.

"Ariana!” Radit memegang kedua pundak Ariana dan melihat Ariana agar tenang.

"Dengar, sakit kamu sudah stadium 3 Kamu harus menjalani operasi secepatnya atau....”

"Atau apa? Mati! Saya sudah tahu penyakit saya sendiri om. Kalau saya menjalani operasi, sebagian memoriku hilang dan saya tidak mau itu, terlebih memori indah bersama orang tua saya, dan memori indah bersama suami saya yang baru saya ciptakan bersamanya. Setidaknya aku mati dengan membawa kebahagiaan!”

perlahan Radit melepaskan tangannya dari pundak Ariana, ia tahu maksud Ariana, kenangan bersama orang yang ia cintai sangatlah berharga apalagi diakhir kehidupan dirinya.

"Selesai infus kedua. Boleh pulang!” Radit tidak tahu harus berbuat apa dan bagaimana. Ia memilih mengikuti Ariana.

Tidak terasa Jam menunjukkan 9 malam, Arandra kebingungan mencari Ariana yang tidak ada kabar, ponselnya pun tidak aktif. Ia juga sudah mencarinya ke rumah, Namun di rumahnya hanya ada asisten rumah tangganya. Saat ini Arandra sedang mondar-mandir di teras rumahnya sendiri sambil menghubungi asisten rumah istrinya untuk menanyakan keberadaan Ariana, apakah sudah pulang ke rumah atau masih di luar rumah Akan tetapi asistennya mengatakan belum ada tanda-tanda Ariana pulang.

"Ya Tuhan! kemana anak itu? Bisa-bisa dia bisa bikin gila kayak gini.” Arandra mengusap wajahnya, ia begitu frustasi memikirkan keberadaan Ariana.

Tak lama ada sebuah mobil masuk di pekarangan rumahnya. Ia tahu mobil itu milik Om nya, Radit. Ia memperhatikan wanita di samping kemudiannya. Arandra begitu geram melihat Istrinya bersama Radit, ia tanpa sadar ada rasa cemburu walau itu Om sendiri.

Arandra bergegas menghampiri Ariana saat Ariana keluar dari mobil. Ia begitu kesal bisa-bisanya ia bersama pulang bersama pria lain walau pria itu masih omnya sendiri.

"Dari mana saja kamu? ini sudah jam berapa? Ini jam 11 malam, Riana!”

"Iya... saya tahu!” jawab Ariana santai, namun ia sebenarnya juga takut melihat Arandra.

"Aku tanya kamu darimana? Kenapa mobil kamu tinggal di sekolah, hah!” kesal Arandra mencengkeram lengan Ariana.

"Auh! Sakit pak!” Ariana meringis menahan cengkraman tangan suaminya.

"Ndra! Jangan kasar!” Radit mencoba melepaskan cengkraman tangan Arandra.

“Om tidak usah ikut campur!”! Arandra mendorong Radit sampai terhuyung, Radi heran kenapa keponakan itu begitu marah tanpa tahu apa yang di alami Ariana.

"Ndra! Aku bilang jangan kasar sama perempuan, apalagi istrimu sendiri. Dia dari rumah sakit, dadanya sakit habis jatuh dari tangga di sekolah! beruntung tidak ada cidera serius!” sambung Radit berbohong, mengikuti kemauan Ariana.

"Kau tahu dia jatuh dari tangga kan? lalu kenapa kamu tidak khawatir, malah membiarkan dia di skors.”

Arandra berbalik dan melihat Ariana yang mengusap lengannya dan memperhatikan raut wajah sang istri yang tampak sedikit pucat.

"Kenapa kamu tidak menghubungiku kalau kamu ke rumah sakit?” tanya Arandra memegang kedua pundak Ariana. Ia melihat wajah istrinya yang memang terlihat pucat.

"Saya takut mengganggu bapak, katanya Bapak ada kuliah!”

Arandra memeluk Ariana. ia khawatir terjadi sesuatu padanya.

“Harusnya kamu memberi tahuku,Ri.” Arandra masih memeluk Ariana, Ariana hanya tersenyum dan membalas pelukan suaminya kemudian tersenyum melihat Radit, tanda terima kasihnya sudah tidak memberitahu suaminya tentang penyakit yang ia derita.

Radit menepuk punggung Arandra lalu meninggalkan mereka yang masih berpelukan. Ia terharu dengan cinta yang diberikan Ariana pada keponakannya.

Setelah mobil Radit keluar dari halaman rumahnya, Arandra dan Ariana masuk kedalam rumah. Arandra langsung membawa Ariana ke kamar dan menyuruhnya istirahat.

"Kamu sudah makan?” tanya Arandra sambil menyelimuti Ariana.

"Sudah di rumah sakit.”

"Sudah minum obat?”

"Hem.”

" Ya sudah, istirahat. Besok sekolah di rumah saja." ujar Arandra agar Ariana tetap belajar, Namun kalimat Arandra membuat Ariana bingung.

"Sekolah di rumah? Maksudnya?”

"Maksudnya tetap belajar di rumah. Sebentar lagi ikut olympiade, kan!”

Ariana membelakangi Arandra dan sedikit memarik selimutnya." Memangnya murid penuh sensasi seperti saya masih bisa ikut olimpiade?”

Arandra tersenyum lalu ikut berbaring di belakang Ariana lalu memeluknya.“ Aku tahu yang sebenarnya! Justru aku yang akan mengeluarkan Niki dari olimpiade.”

Ariana membalikkan tubuhnya menghadap Arandra.“ Darimana Bapak tahu kalau yang salah selama ini itu Niki?”

"Dari sahabat kamu!”

"Percuma, aku sudah di hukum guru BK!” Ariana beralih menatap langit-langit, rasanya sudah tidak ada harapan untuk ikut olimpiade, pasti ia akan ketinggalan banyak mata pelajaran.

"Hanya seminggu, kan?”

"Ih.. Bapak kenapa bukan belain saya, suruh guru BK hukum NiKi saja!”

"Katamu nanti Niki kehilangan beasiswanya, kasihan kan. Terima kasih ya sudah menjadi anak baik. Aku pikir kamu memang bandel!”

"Hidup hanya sekali, Pak. Untuk apa berbuat jahat Jatuh cinta juga sekali, hanya sama Bapak.” Ariana memeluk Arandra, Arandra hany tersenyum dan mengusap lembut pundak istrinya. Tanpa memahami arti ucapan sang istri.

Terpopuler

Comments

cengkir gading🤩

cengkir gading🤩

ya ampun ariana kamu punya penyakit serius kok ga ngomong keluarga, tetep semangat ariana, semoga om radit mau cerita ke andra tentang penyakit ariana, kasihan ariana sakit tak ada yang dampingi

2023-05-05

1

Mitha Ali

Mitha Ali

❤❤❤

2023-04-03

1

lihat semua

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!