BAB 15 ANAK PINTAR

FLASHBACK - MALAM PERTAMA

Setelah orang tua Arandra pulang, Arandra masuk kedalam kamar dan mendapati Ariana duduk di sofa kamarnya. Arandra melihat istrinya itu masih duduk santai sambil membaca buku. Dengan masih menggunakan lingerie ia duduk seenaknya hingga terlihat belahan pahanya dan juga dadanya.

Arandra duduk disamping Ariana membuat Ariana terkejut.“ Bapak? Kenapa masuk gak ketuk pintu dulu?” kesal Ariana memukul lengan Arandra.

“Ini kamar siapa?”

“Hehe, lupa. Kamar Bapak! Oh iya, Mama, Papa sudah pulang?”

"Hm" Arandra mengambil buku Ariana lalu membuangnya begitu saja, Ariana heran kenapa bukunya dibuang. Arandra mendekati Ariana lalu menarik tengkuknya dan menciumnya. Awalnya Ariana memberontak karena Arandra menyerangnya tiba-tiba. Namun saat Arandra menurunkan ciumannya ke lehernya, Ariana tersenyum dan langsung memeluk Arandra.

"Jangan salahkan aku kalau besok kamu gak bisa jalan atau gak bisa masuk sekolah.”

"Oh ya, buktikan.” Akhirnya Arandra benar-benar melakukannya hingga Ariana tak berdaya.

FLASHBACK OFF

***

“Bapak manggil saya?” tanya Ariana saat sudah masuk di ruangan Arandra. Arandra memang mempunyai ruangan sendiri sebagai guru di sekolahannya sendiri, tetapi ia juga memiliki tempat di ruangan sesama guru.

"Hm, duduk. Makan itu, kamu belum makan, kan?”

Ariana duduk dikursi diseberang meja Arandra. sejenak ia melihat Arandra. Kenapa tiba-tiba disekolah sang guru begitu perhatian.

"Ayo dimakan!”

"Iya!” Ariana pun memakan sotonya dan melihat Arandra yang sibuk dengan laptopnya dan sesekali membalas pesan yang masuk diponselnya. ia melihat Arandra yang tampak acuh, dan memang itu karakternya.

“Kamu saya daftar lomba olimpiade matematika, ada tiga siswa dari sekolah kita yang ikut. Dua dari kelas 3 A dan dari kelas 3 C, kamu. Peserta lainnya seperti biasa dari Mahendra internasional school.”

Ariana tersedak saat mendengar nama sekolah milik Ardan disebut. pasalnya sekolah tersebut adalah sekolah dengan Siswa pilihan, tidak sembarangan Siswa bisa masuk ke sekolah tersebut.

"Pak, gak salah sekolah kita melawan siswa mahendra.”

"Kenapa? Kalau anak-anak sekolah disini mampu, kenapa tidak. saya sudah bicara dengan Pak Devan selaku anak pemilik sekolah disana. Kalau sekolah kita juga akan turut serta.”

"Pak Devan? Em ... kalau gak salah yang waktu itu dikafe ya, sama Bapak.”

"Hm! Oh iya, kamu pintar, Kenapa tidak masuk sekolah disana?”

"Sudah pak! Tapi... ya begitulah, saingannya berat. Kalau disana nanti saya gak ketemu Bapak, malah ketemu Pak Devan! Nikahnya nanti sama pak Devan” Ariana tertawa melihat wajah Arandra berubah sedikit kesal lalu memukul pelan kepala Ariana dengan pulpen.

"Jangan berharap! Sudah, habiskan.”

"Cemburu ya...!”Ledek Ariana

“Sudah habiskan!

“Sudah kenyang!”

Arandra menatap Ariana lalu mengambil alih sendoknya kemudian menyuapi Ariana. Dengan wajah datar Arandra terus menyuapi istrinya

"Permisi!” sapa kepala sekolah tiba-tiba masuk dan melihat Arandra menyuapi Ariana.

“Waduh... maaf Pak! Permisi!”

"Em ... tidak apa-apa, pak. Silahkan masuk ini sudah selesai.” Arandra sekilas tersenyum lalu meletakkan piringnya dimeja. Kepala sekolah masuk dan duduk disamping Ariana. Ariana tersenyum sopan bercampur malu.

“Pak, saya permisi!” pamit Ariana.

"Habiskan minummu dulu!” Arandra mengambilkan gelas miliknya dan menyodorkan pada Ariana. Ariana sekilas melihat Kepala sekolah. kepala sekolah hanya tersenyum. Dengan ragu Ariana mengambil gelas tersebut dari tangan Arandra lalu meminumnya sampai habis.

"Ini bawa air mineralnya!” sambung Arandra lagi sambil memberikan botol air mineralnya yang tadi ia pesan bersama soto dikantin.

"Terima kasih, pak! Mari Pak Surya!” Ariana tersenyum sopan pada pak Surya kemudian ia keluar dari ruangan Arandra.

"Maaf, Pak. Apa saya mengganggu?” tanya kepala sekolah yang memang sudah mengetahui pernikahan Ariana dan Arandra.

"Tidak, Pak Surya. Saya hanya mengingatkan Riana makan.” Arandra sekilas tersenyum.

"Oh iya, pak Aran. Bagaimana dengan olimpiade matematika nanti apa hanya dua orang saja dari sekolah kita?”

"Sudah, saya sudah daftarkan dua orang dari kelas 3 A dan dari kelas 3 C, Ariana.”

Pak Surya mengerutkan dahinya, mendengar Ariana menjadi peserta olimpiade matematika. Apa tidak salah mengikut sertakan Ariana, sebab selama ini Ariana terkenal bar-bar dan suka bolos di jam pelajaran matematika.

"Bapak yakin mengikut sertakan Ariana? Selama ini kita tahu Ariana seperti apa?”

Arandra tersenyum lalu menyandarkan punggungnya disandaran kursi. Ia tahu banyak yang meragukan istrinya.

"Awalnya saya berpikir seperti itu, tapi saya melihat pontensi dalam diri Ariana setelah naik kelas tiga ini, Pak. Sebenarnya anak itu pintar dalam pelajaran matematika, Saya bicara seperti ini bukan karena dia istri saya atau hal lainnya. Melainkan pada dasarnya anak itu memang pintar.”

"Baiklah, saya percayakan anak-anak yang ikut olympiade pada Bapak. Oh iya, apa pernikahan Bapak tidak dirayakan?" tanya pak Surya.

"Tidak, pak. Mungkin menuggu waktu yang tempat, Ariana juga masih sekolah,kan. Saya harap Anda juga bisa menjaga rahasia keluarga saya dan status saya juga status Ariana sebagai istri saya."

kepala sekolah mengangguk mengerti dan tidak ingin tahu lebih jauh tentang hubungan mereka.

Disisi lain Ariana tersenyum sambil melengang menuju kelasnya. Saat sampai di dalam kelas, semua mata tertuju pada Ariana, sebab semua teman sekelasnya tahu jika dirinya di panggil guru favorit mereka.

"Guys! Aku ikut olympiade matematika!" seru Ariana agar teman-temannya tidak curiga.

"Serius!" balas Rasty tidak percaya dan langsung menghampiri Ariana yang masih didepan kelas.

"Jangan bohong deh, Ri! Kami tahu kamu orangnya gimana?" saut salah satu temannya.

"Ye...! Gak percaya ya sudah. Aku akan berusaha buktikan sama kalian kalau aku tidak seperti yang kalian pikirkan. AKU BISA!" balas Ariana penuh semangat .

"Harusnya kalian dukung dong!" ujar Daniar kesal sahabatnya selalu disepelekan.

"Sudah, gak apa-apa. Yuk duduk, aku juga belum selesai nyalin materi kemarin." Mereka pun duduk di bangku masing-masing.

Tidak terasa waktu begitu cepat dan sudah menunjukkan jam 2 siang. Semua siswa bersiap untuk pulang kecuali siswa yang ditunjuk Arandra, Mereka harus mengikuti pelajaran tambahan bersama sang guru.

Sebelum kelas dimulai Arandra menyuruh muridnya makan lebih dulu, Arandra membelikan makanan untuk mereka. Mereka makan bersama di kantin sekolah.

"Habiskan makanan kalian, Saya tunggu dikelas 3 C.”

"Siap pak.”

Sekilas Arandra melihat Ariana yang juga melihatnya. Sejenak mereka melempar senyum, lalu Arandra meninggalkan kantin.

"Aku kira kelas 3 C gak ada yang pintar, ternyata kamu yang mewakili?” sinis murid lain yang beda kelas. Ariana tersenyum tipis dan melanjutkan makannya.

"Memangnya kamu bisa, Ri? Kayaknya kamu cuma bikin malu aja. Biang keributan, suka cari masalah. penampilanmu saja kayak gitu. Norak!”

"Terserah kalian menilaiku seperti apa! Yang jelas aku tidak seperti yang kalian pikirkan.”

"He! jangan sok pintar! Kamu kepilih karena berhasil merayu pak Aran, kan? Gak usah munak deh! Lagian kita semua sudah tahu kalau kelas kamu itu terkenal kelas pas-pasan.”

Ariana mencoba sabar dengan ucapan lawan bicaranya. Asal tidak membawa nama keluarganya, Ariana tetap bersabar walau dihina.

"Terus mau kamu apa?” tanya Ariana dengan nada tenang.

"Kamu ngundurin diri dari olimpiade ini.”

“Baik, tapi aku mau lihat kemampuan kalian dulu!” Ariana kemudian bangkit dari duduknya sambil membawa sisa minumannya dan menuju ke kelas yang di maksud Arandra.

Terpopuler

Comments

yuni kazandozi

yuni kazandozi

ayo ariana semangat,buktikan pada guru dan teman teman mu kalau kamu bisa

2023-05-04

1

lihat semua

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!