BAB 18. TANGGUNGAN

“Pak, ini kopinya.” Ariana meletakkan secangkir kopi dimeja di dekat Arandra.

"Hm. Kamu cepat sarapan, nanti terlambat ke sekolah."

“Iya.” Ariana kemudian memakan sarapannya sambil sambil sesekali melihat suaminya sedang membaca pesan dari ponselnya dan menyeruput kopi buatannya. Ariana senang Arandra menyukai kopi buatannya terlihat Arandra hampir menghabiskan kopinya.

"Pak, sudah selesai. Ayo berangkat!”

Arandra sekilas melihat Ariana lalu merogoh kantong celananya dan mengeluarkan kunci mobil. “Ini kunci mobil, bawa mobil sendiri.”

"Mobil?” Ariana heran kenapa sang suami memberikan kunci mobil padahal dari awal ia datang ke rumah Arandra tidak membawa mobil, dilihat dari kuncinya juga sepertinya bukan mobilnya yang ia tinggal di rumah orang tuanya.

"Mobil dariku, Kamu gak mau hubungan Kita di ketahui siswa lainnya, kan. Sebelum kamu lulus kita berangkat masing-masing. Jadi tidak perlu aku jemput atau naik kendaraan umum. Ini uang jajan dan uang untuk keperluan pribadimu, dan ini uang untuk bayar sekolah tiga bulan kedepan, jangan di buat foya-foya sama teman-teman kamu. Kalau kurang bilang. uang belanja sudah sama bibi, kamu tidak usah memikirkan uang belanja, fokus belajar.”

"Tapi sekolah kan sudah tanggungan Mama papa, Pak!”

"Kamu itu sudah tanggunganku sampai kapan pun. orang tuamu sudah tidak ada lagi tanggungan. Paham!”

"Ck! Gak banyak omong, sekali ngomong kayak rel kereta api, Ya sudah saya berangkat dan terima kasih, ya Pak!” Ariana mengulurkan tangan menyalami Arandra.

"Hm, hati-hati! Hari ini aku tidak ke sekolah. Aku mau ke kantor, rapat. Jangan mencari masalah apalagi berkelahi.”

"Hm, cerewet!” Ariana hendak berjalan, Namun di tahan Arandra. karena melihat leher Ariana merah bekas tanda yang ia berikan tadi malam.

"Tunggu! Itu leher kamu merah, kamu gak malu?”

"Terus ngilanginnya bagaimana? Lagian nyosornya di leher!” pekik Ariana.

Arandra meletakkan ponselnya lalu menarik Ariana. agar duduk di kursi. "Punya foundation?”

"Gak!”

"Bibi! minta bawang putih?” seru Arandra memanggil asisten rumah tangganya yang sedang berada di dapur.

“Iya Den!” Bibi membawakan dua siung bawang putih lalu di berikan pada Arandra.

"Ini den.” Bibi meletakkan

"Untuk apa?” tanya Ariana bingung melihat Arandra mengupas bawang putih lalu membelahnya menjadi dua.

"Sini!” Arandra mendongakkan kepala Ariana kemudian menggosokkan bagian bawang putih yang di belah tersebut ke leher Ariana.

"Aduh! Sakit Pak!”

"Diam dulu, ini sudah mulai hilang.

"Pelan pak!”

"Sudah! Sana berangkat!”

Ariana kemudian melengang keluar sambil membawa semua pemberian suaminya. Namun tiba-tiba ia teringat belum mencium suaminya lalu ia pun kembali.

"Ada yang lupa!” seru Ariana membuat Arandra heran.

"Apa?”

'Cup' Ariana mencium pipi Arandra lalu ia berlari kecil meninggalkan Arandra. Arandra hanya menggeleng kepala melihat tingkah istrinya.

Mobil yang seharusnya ia hadiahkan untuk Felly, terpaksa Arandra berikan pada istrinya. Felly pun sudah tidak ingin menerima pemberian apa pun dari Arandra, termasuk cintanya lagi.

Ariana membulatkan mata melihat mobil baru pemberian suaminya. Mobil Lexus Archives RX-8 adalah impiannya, kini ada didepan matanya bahkan menjadi miliknya. Ia tidak percaya Suaminya memberikankan mobil yang termasuk mahal untuk kalangan dirinya yang masih pelajar.

"Wah ...! Mobil baru dari suami!” Ariana berlari kecil lalu memeluk cap mobilnya. ia senang mendapat perhatian dari sang suami.

"Ahem! Mau jam berapa kamu berangkat ke sekolah?” seru Arandra tiba-tiba yang juga akan berangkat ke kantor Papanya.

"He, Bapak. kagetin aja. Iya ini mau berangkat.” Ariana bergegas masuk kedalam mobil lalu mengendarai ke sekolah. Sementara itu Arandra pun berangkat ke kantor.

Sesampainya disekolah Ariana menjadi pusat perhatian karena mengendarai mobil baru. Dua sahabatnya melongo saat Ariana turun dari mobil. Ariana tersenyum dan melambaikan tangannya pada dua sahabatnya tersebut.

"Daniar, Rasty! kenapa bengong! Ayo masuk!” ajak Ariana.

"Mobil baru?” tanya Daniar.

"Hooh!”

“Ulang tahun kamu, kan masih lama, Ri. Dari Papa kamu?”

"Dari someone! Dah ah, yuk masuk!” Ariana menggandeng kedua sahabatnya tersebut menuju kelas, Daniar dan Rasty hanya saling pandang. Siapa seseorang yang dimaksud Ariana, yang mereka berdua tau, Ariana tidak memiliki seseorang yang spesial dan mereka hanya tahu laki-laki yang Ariana sukai hanyalah sang guru.

***

Kantor Arandra.

Arandra memasuki ruangannya dengan santai, sekretarisnya pun langsung menghampirinya." Selamat pagi, Pak Aran! Maaf ini file yang harus Anda tanda tangani dan rapat sebentar lagi di mulai!”

Arandra melihat sekertaris, Masih saja melakukan hal yang tidak ia sukai, yaitu memberikan pekerjaan sebelum ia duduk dan mengambil nafas.

"Berapa kali saya harus bilang sama kamu. Biarkan aku duduk dulu, ambil nafas, baru kamu memberikan apa yang saya minta!” Arandra kemudian duduk dengan kesal.

"Maaf, Pak! Bukan begitu, saya harus segera meminta tanda tangan Bapak secepatnya, karena sudah di tunggu Pak Danu.”

“Banyak alasan!” Arandra mengambil map tersebut kemudian menandatangani file yang diberikan sekertarisnya.

"Sudah! Ada lagi?” Arandra masih tampak kesal melihat sekertarisnya.

"Cukup, pak. Tidak ada. Dan ini bahan meetingnya!”

"Saya sudah baca dari email.”

Arandra sekilas melihat kesal sekertarisnya yang masih berdiri di depan mejanya. Sekertaris hanya tersenyum malu sebab ia juga lupa jika sudah mengirim bahan rapat ke email atasannya tersebut.

Sekertarisnya pun kembali ke meja kerjanya sambil membawa file yang sudah ditandatangani Arandra. Ia pun secepat kilat keluar dari ruangan menghindari tatapan tajam Arandra. Ia takut jika Arandra sudah marah.

Arandra pun bersiap untuk rapat, ia sekilas membaca emailnya lagi lalu mengenakan jasnya. Sebelum bangkit ia tersenyum melihat foto dirinya dan Felly yang masih ia pajang di meja kerjanya. Tak lama bingkai foto tersebut ia ambil dan ia masukkan kedalam laci. Ia tidak mau sang Papa mengetahui jika dirinya mencintai wanita lain selain isterinya. lalu ia pun bergegas ke ruang rapat.

Baru pertengahan menyampaikan presentasenya, ponselnya pun berdering, ia pun meminta izin untuk mengangkat sambungan ponselnya, sebab sudah beberapa kali ponselnya berdering. Ia melihat layar ponselnya rupanya dari kepala sekolah.

"Halo, iya pak surya.”

"Maaf, Pak! Ariana jatuh dari tangga.”

"Apa?” sejenak ia memijit panggil hidungnya,apa yang terjadi pada istrinya. Apa ia sedang berulah?

"Kenapa bisa terjadi?”

"Biasa, pak! Berkelahi dengan kelas lain.”

"Astaga!” Benar dugaan Arandra jika Ariana berkelahi, tapi ia juga khawatir sebab istrinya itu jatuh dari tangga.

"Baik, saya segera kesana!” Arandra menutup sambungan ponselnya.

"Siapa Ndra?” tanya pak Danu.

"Pak Surya. Ariana jatuh dari tangga.”

"Astaga! Ya sudah cepat kamu kesana. Nanti terjadi sesuatu sama dia bagaimana?”

"Iya, tapi setelah ini.” Arandra melanjutkan presentasenya yang baru setengah ia sampaikan. Bagaimanapun ia harus profesional walau pikirannya tertuju pada sang istri.

Terpopuler

Comments

blendos

blendos

Ariana berkelahi lagi padahal sudah diwanti wanti andra Hagan berkelahi lagi,semoga jatuhnya Ariana tidal membuat sakit parah

2023-05-04

1

lihat semua

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!