BAB 13 MEMANCING

Ariana tersenyum saat melihat dirinya mengenakan lingerie pemberian mertuanya. Kali ini ia akan mencoba merayu Arandra sesuai apa yang di ajarkan si Bibi dan dari apa yang ia pelajari di internet, serta ingin mengetes seberapa tebal iman seorang Arandra menghadapi wanita yang berpenampilan sedikit panas.

Namun saat Ariana masuk ke kamar Arandra. Arandra rupanya tengah bersiap ingin pergi." Bapak mau kemana?” tanya Ariana melihat berdiri di depan cermin.

"Astaga! Kau bisa Ketuk pintu, kan ?”

"Mau kemana?” tanya Ariana. Arandra membalikkan tubuhnya dan melihat Ariana dari atas sampai bawah

"Mau....” Arandra sedikit salah tingkah melihat pakaian Ariana.

"Aku mau pergi!” jawabnya datar berusaha mengendalikan dirinya.

Ariana mulai mendekati Arandra lalu mengalungkan tangannya ke lehernya."Yakin Bapak mau pergi begitu saja!” Ariana mulai mengusap lembut pipi Arandra dan tersenyum nakal.

Arandra melihat bibir Ariana lalu pandangan sekilas turun di dada Ariana yang kini begitu menantang dihadapannya. Sesekali ia menelan silvanya.

"Kenapa kamu jadi liar seperti ini?” tanya Arandra datar. Gadis yang ia sangka polos, ternyata pintar membuat dirinya gugup.

"Saya belajar banyak hal sebelum Bapak nikahi.”

"Dari siapa?”

"Ayolah, Pak! Jaman sekarang mudah untuk belajar banyak hal, Apa gunanya internet. Hm!” Ariana tersenyum lalu melepaskan tangannya dari leher Arandra.

"Pantes dari kemarin kamu nyosor terus!”

"Kan sama suami sendiri. memangnya salah nyosor sama suami sendiri!" Ariana kemudian duduk di atas tempat tidur di ikuti Arandra.

"Bapak mau pergi kemana, sih? Ini kan malam pengantin kita. Mau bertemu Felly atau pacar Bapak yang lain?”

Arandra terdiam, memang benar ia hendak menemui Felly tetapi sepertinya tidak mudah, sebab adanya Ariana yang terus menempel padanya.

"Tidak jadi!” Arandra sepertinya tidak tahan melihat tubuh Ariana, perlahan ia mendekati Ariana.

"Kamu ingin malam pengantin?” lirih Aranda.

"Hm,” jawab Ariana tersenyum.

“Tapi sakit!”

"Sakit?” Ariana memundurkan wajahnya melihat Arandra yang sudah bersiap menciumnya. Arandra menghela nafas panjang dan langsung bangkit dari duduknya.

"Kembali ke kamarmu. Aku mau sendiri?” Arandra berubah pikiran, ia tidak ingin melakukan jika Ariana belum siap.

"Bapak ngeselin!”

"Jangan memancingku Riana!”

"Aku memang sengaja memancing Bapak! Bapak ini sebenarnya normal gak sih!”

Arandra tersentak lalu melihat Ariana dengan tatapan kesal, bisa-bisanya gadis kecil itu mencap dirinya Pria tidak normal.

"Baik! Jangan salahkan aku kalau kamu besok tidak bisa masuk sekolah!” Arandra mulai membuka kancing kemejanya sedangkan Ariana justru ketakutan melihat raut wajah Arandra, yang memang hasratnya sudah mulai bangkit saat melihat Ariana masuk kedalam kamarnya.

"Kenapa? Kamu takut? Aku kan Suamimu! Kemari, aku buktikan, kalau aku pria normal.”

“Tapi muka Bapak jangan nyeremin gitu!” Ariana terus mundur.

Arandra tersenyum agar Ariana tidak takut sambil membuka semua kemejanya lalu menarik tali lingerie Ariana dan terlihat gundukan kembar miliki sang istri yang begitu menantang. Arandra mulai memainkan gundukan tersebut membuat Ariana memejamkan mata dan tersenyum kemudian mereka berciuman. Namun saat Arandra hendak membuka ikat pinggangnya, sang Mama tiba-tiba masuk tanpa permisi.

"Astaga! Haduh maaf!” ujar sang Mama lalu menutupi wajahnya.

"Mama!” gumam Arandra sambil menarik selimut untuk menutupi tubuh Ariana yang setengah polos. Arandra bangkit sambil menahan malu sedangkan Ariana menutupi wajahnya dengan selimut.

"Maaf, Ndra! Mama pikir kalian belum mau itu! ya sudah lanjutkan!”

"Sudah gak mood.”! Aranda kemudian keluar dan masih bertelanjang dada. Ia tidak tahu jika di ruang tengah ada sang Papa

"Cie...! Pengantin baru belah duren!” Pak Danu pun tertawa.

"Gak jadi! Mama ganggu!” Arandra menuju ruang makan untuk mengambil air minum.

Pak Danu melihat istrinya keluar kamar sambil tertawa kecil. Bisa-bisa sang istri lupa jika putranya sudah menikah.

"Mama ini mengganggu saja. Lihat putramu itu jadi kesal.”

"Lupa, Pa! Orang katanya tidur mau terpisah.” Bu Rena duduk di samping suaminya.

Arandra duduk di kursi meja makan dan membayangkan apa yang sudah ia lakukan pada Ariana. Gadis yang ia anggap mempunyai body lurus tidak berbentuk, rupanya mampu membuat dirinya meremang. Saat menggunakan seragam sekolah memang lekuk tubuh Ariana tidak berbentuk karena ia menggunakan baju sedikit longgar, tidak seperti siswa lainnya. Ariana terkesan tidak modis untuk anak sekolah jaman sekarang. Namun, paras wajahnya yang cantik, mampu menyihir semua siswa laki-laki yang ada di sekolah. Apalagi ia terkenal sedikit bar-bar atau melawan jika ada siswa atau guru yang menurutnya tidak logis, atau jika ada tindakan bullying di sekolah, ia lah yang selalu membela. Walau sering kali ia yang disalahkan.

Sementara itu Ariana masih dikamar, ia begitu malu dengan apa yang sudah ia lakukan. Harusnya ia tidak melakukan itu lebih dulu, kesannya ia seperti murahan, walau sebenarnya sah-sah saja melakukan hal itu dengan suaminya. Demi Arandra agar tidak menemui wanita lain ia rela seperti apa yang sudah ia lakukan.

"Mana aku baru satu bulan naik kelas tiga SMA. Masih lama lagi berhadapan sama pak Aran disekolah. Mampus! Tapi kan dia suamiku. Usia kita juga gak beda jauh! Beda 7 tahun saja. Tapi malu banget dia udah lihat iniku, mana udah mainin!” Gumam Ariana sambil membekap dadanya.

"Bodo', Ah! Tidur saja.” Ariana menarik selimutnya kemudian ia tidur dikamar Arandra.

***

Keesokan harinya disekolah. Ariana berjalan di koridor sekolah begitu pelan karena menahan sakit di perut dan bagian intinya. Arandra benar-benar menghajarnya saat tengah malam.

“Ya Tuhan Riana! Akhirnya kamu masuk sekolah! Kamu sakit? Atau masih sakit? Kenapa jalanmu seperti ini?” seru Rasty melihat Ariana datang.

"Ssstt! Diam, perutku sakit!” pekik Ariana saat dua sahabatnya itu melihat Ariana masuk kedalam kelas dan berjalan menuju bangkunya.

"Kalau masih sakit jangan masuk dulu!” balas Daniar

"Ya gak mungkin, aku kan udah gak masuk dua hari. Aku juga sudah ketinggalan banyak pelajaran!”

"Eh! hape kamu kenapa gak aktif?” saut Rasty sambil menepuk pundak Ariana.

"Disita Mama, tadi pagi baru dikasih!” bohong Ariana.

"Memangnya kamu salah apa? Kok hape disita, kita-kita susah hubungi kamu!” balas Rasty sambil melihat jari manis Ariana yang menggunakan cincin yang berbeda dari yang sebelumnya. Sebab cincin yang Ariana kenakan saat ini adalah cincin pernikahan yang sama dengan Arandra.

"Rasty ... aku kan sakit, jadi gak boleh main hape sama Mama!” jawab Ariana berbohong, ia sengaja berbohong sebab ia tidak ingin diganggu disaat acara pernikahannya. Maka dari itu ia mematikan ponselnya.

"Setidaknya kamu kasih tahu kita-kita, dong! kita juga khawatir sama keadaan kamu! Apalagi si Fathan, tanya kabar kamu terus.”

Ariana tertawa kecil menggelengkan kepalanya, ia tidak ambil pusing soal Fathan. Sebab Ia hanya menganggap teman.

Terpopuler

Comments

yuni kazandozi

yuni kazandozi

walaah sore gagal belah duren ternyata malamnya tetep digempur to

2023-05-04

1

lihat semua

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!