"Tapi aku tidak mau putus begitu saja, Ndra! hubungan kita sudah 3 tahun dan kamu memutuskan begitu saja.” Felly benar-benar tidak terima dengan keputusan yang diambil Arandra yang memutuskan hubungan yang 3 tahun terakhir mereka jalin penuh kasih dan sayang.
Arandra memeluk Felly, ia sebenarnya juga tidak ingin mengakhiri hubungannya begitu saja. Bagaimana pun Arandra sangat mencintai Felly. “Aku tahu, tapi aku tidak bisa mengatakan tidak pada orang tuaku, Apalagi Papa mempunyai sakit jantung.”
"Ndra, kamu tahu, kan aku cinta sama kamu. Dari jaman kuliah aku sudah suka sama kamu hingga akhirnya hubungan pacaran kita sudah tiga tahun. Aku menunggumu selesai S2, setelah itu kita menikah tapi kenapa kamu justru mengakhiri hubungan kita. Salahku apa, Ndra?” Felly meronta dalam pelukan Arandra.
“Aku juga cinta sama kamu, Fell. Tapi kita tidak mungkin bisa bersama lagi. Aku bisa saja menikahimu dan menikahi gadis pilihan orang tuaku. tapi aku tidak ingin menyakiti kamu dan gadis itu!” Arandra menakup kedua pipi Felly dan berusaha memberi pengertian pada Felly, bahwa ia juga tidak berdaya.
"Tapi nyatanya aku yang tersakiti saat ini, Keputusamu begitu mendadak, Ndra! Dan itu tidak adil bagiku!”
"Felly, maafkan aku. Aku tahu kamu pasti sakit hati dengan semua keputusan yang mendadak ini. Tapi aku hanya mencoba mengakhiri hubungan ini dengan baik-baik. Maafkan aku, percayalah aku hanya MENCINTAIMU!” tegas Arandra memeluk Felly kembali. Felly masih menangis dan memeluk Arandra dengan erat. Mau tidak mau ia juga harus menghargai keputusan kekasihnya itu. Selama ini Arandra begitu menghormati dirinya sebagai wanita dan tidak pernah mencoba melakukan hal yang tidak-tidak.
“Maafkan aku,”lirih Arandra lagi dan kembali menakup kedua pipi Felly dan mengusap air matanya dengan ibu jarinya.
"Kapan hari pernikahanmu?” tanya Felly yang berpura-pura tenang dan menerima keputusan Arandra mengakhiri hubungannya. Namun batinnya begitu sakit.
"Lusa, di rumah gadis itu!”
"Baiklah, Selamat atas pernikahanmu nanti. Maaf, aku tidak bisa hadir. Sekarang pulanglah!”
“Maafkan aku, Felly. Aku mencintaimu.” Arandra kemudian mencium kening Felly kemudian perlahan melangkah keluar dari apartemen Felly. Saat Arandra sudah keluar Felly menangis sejadi-jadinya. Arandra tahu hal itu tapi ia harus tega dengan keputusannya.
Saat dimobil, Arandra juga meneteskan air mata. Ia begitu berat harus mengakhiri hubungannya dengan Felly.
Sesampainya di rumah, Arandra melihat ruangan tamunya di hias sedemikian rupa, ia heran kenapa rumahnya di hias oleh sang Mama. Tampak beberapa orang yang ia duga orang suruhan sang Mama.
"Ma, kok di hias. Ada acara apa?” tanya Arandra.
"Pernikahan diadakan dirumah kamu. Karena Kalau di rumah Ariana, ketahuan dong kalau ada pernikahan. Kamu setuju kan, pernikahannya disini?”
"Terserah Mama saja.” Arandra kemudian masuk ke ruangan tengah.
“Pa, Riana mana?” tanya Arandra pada sang Papa saat melihat Pak Danu sedang duduk di sofa sambil menerima panggilan telepon.
"Ada di kamarnya?”
Arandra pun bergegas ke kamar Ariana sambil membawa sebuah map. Arandra masuk tanpa mengetuk pintu lebih dulu membuat Ariana terkejut.
"Ya Tuhan, Bapak! Bisa tidak mengetuk pintu dulu!”
"Apa aku harus mengetuk kamar calon istriku sendiri?” Arandra menghampiri Ariana yang sedang duduk di kursi meja belajar.
"Ini surat perjanjian pernikahan kita,” ujar Arandra memberikan map yang ia bawa.
"Surat perjanjian pernikahan?” Ariana pun membacanya poinnya satu persatu hingga ia melotot saat membaca poin terakhir yang menyatakan jika pernikahan sudah berjalan dua tahun mereka akan berpisah dengan alasan tidak ada kecocokan lagi.
"Gila! Gak! Saya tidak mau perjanjiannya seperti ini. Maaf Pak, Kalau Bapak menikahi saya hanya untuk menceraikan saya, lebih baik tidak usah menikah! Saya memang masih kecil di mata semua orang. Tapi saya tahu pernikahan itu sakral. Jika Bapak keberatan dengan perjodohan ini. Baik! Batalkan saja. saya akan mengatakan langsung dengan Om Danu! Dari pada Saya ujungnya menjadi Janda!” Tegas Ariana. Ariana bangkit dari duduknya lalu melepar map tersenyum ke dada Arandra lalu berjalan menuju keluar. Namun Arandra meraih tangan Ariana.
"Kamu mau jantung papa kambuh?” Arandra menarik Ariana agar berdiri di hadapannya.
“Saya tidak peduli!” Ariana kembali menatap tajam Arandra , begitu juga Arandra.
Arandra tidak menyangka gadis dihadapannya itu mempunyai pemikiran dewasa tentang pernikahan.
“Ok, tidak ada perceraian. Tapi satu hal, aku tidak pernah mencintaimu! Walau aku memberikan kesempatan dirimu untuk membuat aku menyukaimu.”
"Kita lihat saja nanti! Saya pastikan cepat atau lambat Bapak akan takut kehilangan saya!” tegas Ariana lalu berjalan keluar.
"Mau kemana?” tanya Arandra.
"Beli cilok! Mau?” saut Ariana nyeleneh sambil terus berjalan keluar.
Arandra menghela nafas panjang lalu berbaring di tempat tidur milik Ariana. Ia memikirkan ucapan Ariana yang mengatakan pernikahan itu sakral. Tapi bagaimana menikah tanpa cinta? Apa pernikahan bisa di sebut sakral?
Memikirkan hal itu Arandra justru semakin pusing, lalu ia memutuskan menyusul Ariana keluar. Ia mencari keberadaan Ariana dan menemukan gadis tersebut sedang duduk santai di teras sambil memakan apa yang ia sebutkan tadi.
Arandra duduk di kursi samping Ariana, Ariana hanya melirik tipis ke arah Arandra sambil memakan ciloknya.
"Jadi lelaki itu jangan plin-plan, Pak. Harus tegas, kalau dari awal Bapak tidak mau yang bilang tidak mau! Jangan dipertengahan jalan Bapak balik badan. Belum bertempur kok, kabur!” ujar Ariana santai.
“Rasakan dulu kasih sayang yang saya berikan, baru Bapak komentar. Tapi saya jamin suatu saat nanti Bapak akan lebih mencintai saya dari pada si Felly!” sambung Ariana lagi membuat Arandra mengerutkan dahinya, dari mana ia tahu tentang Felly, pujaan hatinya.
"Dari mana kamu tahu tentang pacarku?”
"Wanita yang mencintai seseorang pasti tahu apa yang di cintainya.” Selama ini Ariana sudah mengetahui siapa saja yang menjalin hubungan dengan gurunya tersebut. Bahkan pergaulan Arandra di luar sekolah semua diketahui Ariana.
"Tapi, saya tidak sebucin itu, pak. Saya masih pakai logika. Ya kalau Bapak tidak mau, tidak apa-apa. Bukan saya yang rugi!”
"Sok bijak, sok jual mahal!” ketus Arandra.
"Ya harus jual mahal dong! Saya, kan cantik , pinter dan saya punya privilege tersendiri.”
“Halah ... tukang berantem disekolah punya keistimewaan? Dari mana istimewanya?”
"Cie ... Bapak penasaran ya...! Hayo mulai penasaran, kan... sama saya? Hayo ngaku!” Ariana menaik turunkan alisnya sambil tersenyum membuat Arandra jengah.
"Gak usah ge'er!” Arandra merebut piring berisikan cilok dari tangan Ariana lalu memakan cilok tersebut satu persatu.
Ariana tersenyum tipis dan berharap Arandra membuka hati untuk dirinya. Ia juga tahu jika pagi tadi Arandra menemui Felly untuk memutuskan hubungannya. Semua ia ketahui sebab ia selama ini meminta bantuan kepada salah satu sopir rumahnya untuk mencaritahu rhubungan sang guru dan kekasihnya.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 40 Episodes
Comments
Ruminah Ruminah
gh
2023-07-04
0
Dony Pratama
Riana bener bener cinta ke Andra ya, sampe dia rela bayar sopirnya buat Cari tau keadaan andrra
2023-05-03
0
рaᷱyͥmͩeꙷnͣᴛ⁰³🇮🇩
semangat Ariana. sesusah apa kamu menaklukkan guru killer mu jalani saja. kalau sudah lelah, tinggalkan
2023-04-15
0