BAB 3 TERPAKSA

“Om, bagaimana kondisi papa ?” tanya Arandra saat dokter selesai memeriksa pak Danu. kebetulan Dokter yang memeriksanya adalah Omnya sendiri. Adik bungsu dari sang Ibu. Usianya pun hanya terpaut 2 tahun yaitu 27 tahun.

“Papamu terkena Serangan jantung ringan. Tapi kalau bisa jangan membuat Papamu stres, tertekan. Turuti saja kemauannya. Papamu Sudah tua, kamu harus membahagiakannya.”

“Sykukurlah!” Arandra mengusap wajahnya tanda leda sakit sang Papa tidak parah. Namun tidak di ketahui Arandra yang sebenarnya adalah Pak Danu hanya berpura-pura dan bersekongkol dengan sang dokter, Radit. Agar Arandra mau di jodohkan dengan Ariana.

Keluarga Ariana pun turut prihatin dengan kondisi pak Danu, sebab tidak mengetahui jika sakitnya hanyalah akal-akalan pak Danu saja. Mereka hanya menyimak apa yang disampaikan dokter. Ariana hanya duduk melihat Arandra.

"Om, boleh lihat Papa?”

“Silahkan.”

Arandra kemudian masuk kedalam ruang perawatan Papanya diikuti yang lain. Arandra menghampiri Pak Danu

Arandra melihat Papanya yang sedang memejamkan mata lalu memegang tangan papanya. Terlihat sang papa memang sudah tua begitu juga dengan sang Mama. Perlahan pak Danu membuka mata dan melihat Putranya.

"Ndra ...," lirihnya.

"Papa jangan banyak bicara dulu. Istirahat saja.”

"Iya, nanti Papa istirahat jika kamu mau menerima perjodohan ini,” ujar pak Danu dengan suara lemahnya yang di buat-buat.

"Pa ....”

“Papa ingin hari ini juga kalian bertunangan.”

"What...!” teriak Ariana dan langsung dibekab oleh kakaknya, Aris. Semua mata tertuju pada Ariana.

"Diam, om Danu lagi kayak gitu kamu teriak,” pekik Aris dan masih membekap mulut Ariana.

"Habisnya main tunangan-tunangan aja,” grutu Ariana kesal.

"Pa, apa harus secepat itu? kita kan butuh mempersiapkan semuanya, tunggu papa pulih dulu ya,” Sela sang Mama, Rena.

"Baiknya tunggu kau pulih dulu, Dan. Sekalian Kita Persiapan yang harus kita persiapkan untuk acara anak-anak kita!” sambung pak Johan, Papa Ariana.

"Baiklah. Minggu depan kalian akan tunangan.” lirih Pak Danu melihat Arandra dan Ariana pasrah.

"Bagaimana, Riana?” tanya pak Danu pada Ariana.

"Sebenarnya Ariana tidak mau, Om. Ariana masih sekolah dan pengen kuliah.”

"Kamu masih bisa sekolah Dan kuliah kok. Malah enak, kan. Punya guru calon suami sendiri.” goda Pak Danu membuat tawa, Namun Ariana dan Arandra hanya diam.

"Terserah kalian sebagai orang tua.” Ariana pun keluar, ia tidak tahu harus mengatakan apa. Disisi lain ia bahagia dan senang, seorang Arandra justru di jodohkan dengannya. Namun ia juga masih ingin bersekolah dan menyelesaikan pendidikannya.

Arandra kemudian mengikuti langkah Ariana yang keluar dari ruangan. Ariana duduk di kursi tunggu, ia merenung apakah harus menerima perjodohan ini atau tidak. Walau dalam hatinya begitu senang, tetapi ia juga memikirkan, apakah Arandra menerima atau terpaksa menerima perjodohan tersebut.

Arandra melihat Ariana, kenapa ia harus di jodohkan dengan gadis yang menurutnya bar-bar di sekolah, suka bolos dan berkelahi.

"Kau setuju dengan perjodohan ini?" tanya Arandra saat duduk di sebelah Ariana.

"Terpaksa! Karena melihat om Danu seperti itu! Bapak sendiri?”

"Sama seperti dirimu! TERPAKSA! Ya ... walau aku tahu, kau sebenarnya suka padaku?” tebak Arandra karena selama ini Ariana diam-diam terus memperhatikannya.

“Ih ... bapak ge'er! Ngapain saya suka sama Bapak, Bapak itu terlalu tua untuk saya! Jangan-jangan, Bapak yang diam-diam suka sama saya!” Ariana melihat tajam ke arah Arandra.

"Tidak usah mimpi sebelum tidur, bocah! Mana mungkin aku suka bocah ingusan, lempeng gak ada bentuk kayak kamu!”

"Liat saja nanti. Bapak pasti suka dengan saya!”

"Itu tidak mungkin!” Arandra kemudian meninggalkan Ariana begitu saja. Mana mungkin ia menyukai muridnya sendiri yang menurutnya masih bocah. Walau usianya sudah 18 tahun.

"Dasar guru sok ganteng! Eem... Memang ganteng, sih! Ah, bodo' Ah. Mending aku pulang.” Ariana kemudian menyusul orang tuanya dan berpamitan dengan keluarga Arandra untuk pulang lebih dulu, dengan alasan mengerjakan tugas sekolah yang belum selesai.

Keesokan harinya. Ariana terburu-buru masuk ke kelasnya. Ia berlari begitu kencang sebab ia sudah terlambat. Apalagi saat ini jam pelajaran calon tunangannya.

Ariana mengetuk pintu sambil melihat Arandra sedang menulis dipapan tulis. Arandra melihat ke arah sumber suara dan menatap Ariana datar.

"Maaf, Pak. Saya terlambat. ” Ariana takut menatap mata Arandra.

"Duduk!” Jawab Arandra datar, lalu Ariana menuju bangkunya.

"Eh, kamu tumben terlambat?” lirih Rasty yang duduk satu bangku dengannya.

"Mobilku masuk bengkel, tadi aku naik angkot!” jawab lirih Ariana, walau begitu masih terdengar di telinga Arandra, sang guru.

"Ariana! Kerjakan soal di depan!” titah Arandra tiba-tiba, membuat Ariana terkejut dan sesaat melongo melihat Arandra.

"Tapi, pak! Saya belum mengerti materi yang itu!”

"Maju, kerjakan!” Arandra mengarahkan tangannya ke arah Ariana sambil memegang spidol.

Ariana dengan kesal maju ke depan lalu meraih spidol dari tangan Arandra. Ia membaca soal matematika yang di berikan sang guru. Arandra berdiri di belakangnya sambil menyilangkan tangannya di dada dan melihat Ariana dari belakang.

"Ayo kerjakan," ucap Arandra.

"Is ... sabar kenapa. ini saya lagi mikir,” gumam Ariana sambil melihat tulisan penjelasan materi di sebelah soal yang akan ia kerjakan.

Ariana mulai mengerjakannya dan terus di perhatikan Arandra. Sesekali Arandra mengkoreksi jawaban dari Ariana.

"Kerjakan dulu soal X nya.”

"Oh, iya.” Ariana sekila melihat Ariana.

"Kenapa bisa terlambat?” tanya pelan Arandra.

"Naik angkot, mobil saya masih dibengkel."

Arandra sekilas melihat wajah cantik Ariana, Ia pikir Ariana gadis yang manja dan hanya menikmati fasilitas dari orang tuanya.

"Sudah,pak!” ucap Ariana melihat Arandra.

"Hm, duduk!” Arandra mengulurkan tangannya untuk meminta spidolnya. Ariana pun memberikannya sedikit kasar kemudian kembali ke bangkunya.

“Ok! siapa lagi yang belum paham soal Aljabar!”

Semua saling pandang, ada yang mengangguk mengerti, ada yang menggaruk rambutnya, Ada yang pura-pura mengerti.

"Semua Diam, saya anggap kalian paham, Ariana, sudah mengerti?” panggil Arandra saat melihat Ariana menulis jawaban di bukunya.

"Sudah pak!”

"Baiklah, Kita lanjut materi berikutnya! Yaitu persamaan linier!”

Arandra kemudian menuju mejanya dan duduk di kursinya sambil membuka buku materi yang akan di sampaikan sambil menunggu semua murid selesai mengerjakan soal yang ia berikan. Sesekali ia melihat Ariana yang begitu serius mengerjakan soal.

"Apa iya nanti dia jadi istriku! Ya Tuhan, papa ... memenganya tidak ada gadis lain!” batin Arandra lalu ia bangkit sambil membawa bukunya.

"Sudah semua?” tanya Arandra.

"Sudah, Pak!“ Arandra pun menghapus papan tulis lalu menuliskan judul materi selanjutnya. setelahnya ia menjelaskan materinya. Ariana pun menyimak dengan baik, walau hatinya berkecamuk saat pandangan mereka bertemu.

Terpopuler

Comments

Dony Pratama

Dony Pratama

kok ini Ariana sekilas melihat Ariana

2023-05-03

0

Dony Pratama

Dony Pratama

tenang pak Andra, sekarang masih lempeng belum ada bentuk, nanti kalau sudah jadi istrimu, Ariana Kasir makan yang banyak pasti cepet bisa ngebentuk tuh badan 😀

2023-05-03

0

Dony Pratama

Dony Pratama

dah tau rasanya nikah enak dah ga mau lanjut Kuliah Bantu Kamu ariana,sekolah dulu baru Nikah ya

2023-05-03

0

lihat semua

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!