Ijazah Dan Pelaminan

Ijazah Dan Pelaminan

Minggatnya Andini

"Pih... " Isak tangis seorang wanita paruh baya memenuhi ruang tengah sebuah rumah yang terletak di pinggir gunung sebuah desa yang begitu terpencil jauh dari hiruk pikuk kehidupan perkotaan.

"Sabar Mih.. Nanti Pipih akan cari Andiri dan membawanya kembali pulang." Sahutnya tegas sambil memeluk erat istrinya.

Jauh di lubuk hatinya menyimpan rasa marah, kecewa dan sedih berkecamuk jadi satu. "Dimana kamu Dini.. " Gumamnya dalam hati sambil terus memeluk istrinya yang masih menangis memikirkan Andini yang sudah tiga hari pergi dari rumah.

"Pokoknya Mimih ga mau tau. Kamu harus menemui pria itu siang ini sepulang sekolah! Makanya nanti jangan terlambat pulang."

"Dini kan sudah bilang gak mau Mih.. Dini ingin meneruskan sekolah ke SMEA. Lagipula sekarang Dini kan masih kelas tiga SMP, belum kepikiran untuk... itu Miih.. " Andini merengek pada Ibunya sambil menatap Ibunya tak kuasa meneruskan kata-katanya.

Bulir air mata mulai terlihat di sudut mata gadis belia berambut panjang yang memakai bando warna merah dengan seragam putih biru yang dia kenakan. Sambil mengenakan sepatu, Andini menunggu jawaban Ibunya yang masih terus membisu.

Tapi Bu Salamah tidak menghiraukan putrinya. Bu Salamah fokus ke penggorengan yang ada di depannya. Setiap pagi Bu Salamah harus sudah memasak menyediakan makanan buat pekerja perkebunan milik suaminya.

Andini beranjak dari kursi makan yang berada tidak jauh dari Bu Salamah yang asik memasukan kayu bakar ke dalam tungku.

"Dini berangkat sekolah dulu Mih." Sambil meraih tangan Ibunya. Setelah mencium punggung tangan Bu Salamah, Andini berangkat ke sekolah berjalan kaki menempuh jarak kurang lebih 3 kilo untuk sampai ke terminal angkutan kota.

Setiap hari Andini berangkat ke sekolah selepas subuh mengingat jarak yang di tempuh dengan jalan kaki begitu jauh. Belum lagi dari terminal ke sekolah harus naik angkutan umum selama 15 menit. Dan ini Andini lakukan semenjak dari kelas satu Sekolah Menengah Pertama.

Sepanjang jalan Andini hanya menundukan wajahnya sesekali menyeka air matanya dengan punggung tangannya. Air mata yang terus mengalir membasahi pipinya yang kuning langsat yang menjadi saksi kesedihan Andini dalam seminggu terakhir ini yang terus-terusan di bujuk Ibunya untuk menikah setelah lulus Sekolah Menengah Pertama.

Andini putri ketiga dari pasangan suami istri Pak Husein dan Bu Salamah.

Mereka termasuk keluarga terpandang di kampungnya.

Pak Husein di kenal tegas berwibawa begitu di segani oleh penduduk sekitar sebagai ketua kuwu. Sedangkan Bu Salamah sebagai ibu rumah tangga yang di kenal ramah dan baik hati, sehingga banyak orang yang menyukainya.

Andini anak ketiga di keluarga Pak Husein bahkan perempuan pertama yang berhasil meneruskan sekolah hingga ke jenjang Sekolah Menengah Pertama.

Cita-cita Andini begitu menggebu ingin meneruskan sekolah ke Sekolah Menengah Ekonomi Atas. Setelah itu Andini memimpikan bangku kuliah di kejuruan Ariyanti.

Andini tidak menghiraukan semua teman sebayanya sudah berkeluarga bahkan ada yang sudah memiliki anak.

"Pokonya aku harus melanjutkan sekolah sebisa mungkin bagaimanapun caranya." Gumamnya dalam hati Andini sambil terus berjalan tanpa sedikitpun mengangkat kepalanya. Hanya menunduk sambil teringat obrolan orangtuanya.

"Pih, masih ingat adik sepupu kita yang ada di kota." kata Bu Salamah sore itu sambil menikmati secangkir teh hangat.

"Iya. Kenapa tiba-tiba membicarakan dia Mih?" Jawab Pak Husein sambil menyantap pisang goreng hangat buatan isterinya.

"Bagaimana kalau kita terima saja laki-laki yang dia sodorkan untuk putri kita Andini?"

"Tapi Mih.. Andini masih sekolah. Belum lulus Mih." Sahut Pak Husein sambil meneguk teh hangat yang sudah ada di depannya.

"Mimih tahu Pih. Setidaknya kita terima saja dulu. Kita minta dia untuk menunggu Andini sampai lulus. Bukankah hanya tinggal enam bulan anak kita lulus sekolahnya Pih. Lagipula semua teman-teman Andini di kampung kita sudah berumahtangga semuanya Pih."

Dengan antusias Bu Salamah menyampaikan pada suaminya tentang keinginannya agar putri ketiganya segera menikah.

"Jangan sampai orang-orang di kampung kita membicarakan Andini yang belum menikah hingga saat ini. Mimih ga mau putri kita di sebut perawan tua." lanjut Bu Salamah tanpa menunggu sepatah katapun keluar dari mulut suaminya.

Pak Husein hanya bisa menatap istrinya yang duduk tepat di depannya. Helaan nafas saja yang keluar dari mulut Pak Husein.

"Din.."

"Ya..!" Andini beranjak dari tempat duduknya menatap orang yang menpuk bahunya dengan tiba-tiba, seketika membuyarkan lamunanya.

"Rima. Ah kamu ngagetin aja. Ada apa?" tanya Andini pada sahabatnya yang bernama Rima.

"Yakin kamu belum mau pulang? Kamu sudah tiga hari tidak pulang ke rumah Din. Kasian orangtuamu pasti sekarang lagi kebingungan harus mencari kamu kemana."

Andini tertunduk bingung.

"Biarkan aku disini semalam lagi Rim. Aku juga takut pulang kerumah. Pipih sama Mimih pasti memarahiku." Sahut Andini.

Matanya mulai berkaca-kaca. Tak tertahankan lagi bulir air matanya menetes.

Rima hanya bisa memeluk sahabatnya yang sudah di kenal semenjak mereka masuk ke Sekolah yang sama.

"Rim.. Kamu kan tahu aku pengen sekali meneruskan ke SMEA. Mimih sama Pipih malah menyuruhku menikah dengan laki-laki pilihan mereka." Lanjut Andini menahan tangisnya dalam pelukan sahabatnya itu.

"Aku tahu Din ini pasti berat. Aku juga bingung ga bisa bantu. Malah aku berharap kita bisa satu sekolah lagi. Tapi aku mau ke SMA."

Andini makin terisak mendengar sahabatnya dengan begitu yakin akan melanjutkan sekolahnya.

"Kenapa orangtuaku ga seperti orangtua Rima ya Allah." Dalam hati Andini meracau penuh dengan kesedihan.

"Rim, aku iri sama orangtua kamu yang mau mengerti dan bolehin kamu terus sekolah. Aku bayangin nikahan aja udah seperti mau muntah." Sambil bergidik Andini mengusap-usap bahunya sendiri.

"Hihi iya." jawab Rima sambil tertawa kecil.

"Terus nanti punya anak udah ga bisa ngapa-ngapain ya Din." Lanjut Rima seolah terkesan memanas-manasi.

"Udah ah Rim. Ga usah bayangin kesitu aku makin takut tahu." tegas Andini seraya duduk di kursi.

Rima pun turut duduk di samping sahabatnya itu.

Lama mereka berdua termenung asik dengan lamunannya masing-masing.

"Ah..." Andini berdiri menghadap sahabatnya. "Aku punya ide Rim."

"Kamuuuu... Ngagetin aja." Setengah melebarkan matanya Rima berdiri memandang Andini.

Sementara itu di rumah orangtuanya Andini terlihat seolah tidak ada kehidupan disana.

"Bu.. Harus kemana lagi kami mencari Andini. Kita sudah mendatangi semua sanak saudara tapi tidak ada satu pun yang mengetahui keberadaan Andini." Tutur Ibu Salamah yang tengah berada di rumah oraangtuanya.

"Andini pasti pulang Sal, Ibu yakin. Tapi satu pesan Ibu jangan marahi Andini ketika tiba di rumah."

Jawab Ibu Imas penuh penegasan. Salamah hanya mengangguk sambil menyeka bulir-bulir bening yang membasahi sudut matanya.

"Tidak ada salahnya sebagai orangtua menuruti apa yang menjadi keinginan anak. Apalagi Andini hanya ingin melanjutkan sekolah." Sambung Ibu Imas sambil menyodorkan secangkir teh hangat tak lupa juga dengan kue cemilan sebagai pelengkap.

"Tapi Buu..."

"Sudah Salamah kita turuti saja kemauan Andini. Ibu yakin Andini pasti bisa menyelesaikan sekolahnya. Tak baik juga memaksanya menikah jika Andini menolak sampai pergi dari rumah berhari-hari. Bukankah ini akan menjadi kebanggaan keluarga kita jika Andini berhasil melanjutkan sekolah ke yang lebih tinggi. Lupakan soal menikahkan Andini. Lagipula kita ini keluarga cukup terpandang. Mampu untuk menyekolahkan Andini. Biarkan Andini menyusul Surya. Tidak baik juga Andini melangkahi kakak laki-lakinya"

Panjang lebar Ibu Imas menasehati anaknya.

Salamah hanya diam membisu tak menjawab satu katapun terhadap Ibunya itu.

"Ada benarnya juga yang dikatakan Ibu. Kenapa aku tidak kepikiran Surya." Dalam hati Bu Salamah meracau sambil menimbang-nimbang perkataan Ibunya.

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!